Ingin anak cerdas? Kenali tahapan perkembangan kognitifnya!
Seperti diketahui, tiap anak memiliki tugas-tugas perkembangan. Salah satunya, perkembangan kognitif. Tentu saja, tugas-tugas perkembangan ini berbeda-beda pada tiap tahapan usia. Dalam hal perkembangan kognitif, anak usia prasekolah (3-5 tahun) berada dalam masa praoperasional. Oleh Piaget, pakar psikologi perkembangan kognitif, masa ini dimulai dari usia 2 tahun sampai 7 tahun.
Sebagai orangtua, sudah selayaknyalah kita mengetahui tahapan perkembangan kognitif ini. Tak lain agar kita dapat memberikan stimulasi secara tepat untuk mengasah kemam-puan kognitif si buah hati di usia ini, sehingga dapat berkembang optimal. Nah, seperti apa kemampuan kognitif si prasekolah, mari kita simak bersama penjelasan dari Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si., pengasuh rubrik Tanya Jawab Psikologi di tabloid ini.
TAHAPAN SIMBOLIK
Di masa praoperasional ini, kemampuan kognitif si prasekolah berada pada tahapan simbolik, yakni kemampuan menggunakan simbol. Salah satunya adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Contoh, kata "kursi" bisa mewakili keterangan benda yang dapat diduduki atau benda yang mempunyai empat kaki dan ada sandarannya. Jadi, kita bisa memberikan stimulus dan masukan mengenai bahasa kepada si prasekolah, karena saat ini kekuatan menyerap segala sesuatu tentang bahasa ada pada diri anak.
Selain melalui bahasa, kemampuan simbolik pada masa ini bisa juga diwujudkan melalui gambar. Contoh, si kecil menggambar sebuah persegi empat yang tidak beraturan, lalu dia mengatakan, "Ini gambar rumah. Bagus ya", atau "Sekarang aku gambar ikan," walaupun yang tertuang dalam kertas hanyalah sebuah garis melengkung bersambung, misalnya.
Yang penting diperhatikan, masukan atau stimulus yang diberikan haruslah berbentuk konkret; bisa dilihat, dipegang, dilakukan, dan dialami secara langsung. Percuma saja mengajarkan sesuatu atau memberi tahu hal yang abstrak karena anak tidak akan bisa mencerna-nya. Contoh, saat menginformasikan perbedaan van dan sedan, ajak anak masuk ke dalam dua jenis mobil tersebut bergantian. "Kalau sedan kecil, kursinya sedikit. Kalau van lega dan banyak kursinya," umpamanya.
BERMAIN KHAYAL
Kemampuan menggunakan simbol juga terlihat pada permainan simbolik yang dilakukan anak-anak usia ini, yaitu bermain khayal. Melalui permainan ini, anak bisa menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Contoh, disket yang kita kenal untuk menyimpan data dari CPU komputer, oleh si prasekolah bisa saja dianggap UFO. Anak juga bisa memberikan atribut tertentu pada suatu objek, misalnya boneka bisa menangis seperti manusia.
Kondisi ini merupakan kemajuan yang sangat pesat dalam kemampuan berpikir anak. Malah menurut penelitian para ahli, dengan bermain simbolik, anak akan lebih cepat dan kaya perkembangan bahasanya, baik dalam hal semantik (makna kata dan kalimat) maupun kosakatanya.
Selain itu, di masa praoperasional, si prasekolah juga sudah bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati suatu model tingkah laku. Jadi, anak sudah mampu melakukan sebuah peniruan tingkah laku yang pernah dilihatnya di waktu lampau. Karena itu pengalaman-pengalaman tersebut ia tampilkan dalam kegiatan bermain khayal, dimana anak berpura-pura menjadi tokoh tertentu dan melakukan apa yang biasanya dikerjakan oleh tokoh itu.
Pada tahap ini pula anak mampu menjalankan dua peran sekaligus yang memisahkan antara dunia "pura-pura" dengan dunia nyata. Sebagai contoh, pada saat bermain khayal seorang anak mendapat peran sebagai orang sakit yang tidak dapat berjalan. Tiba-tiba dalam situasi bermain ia berjalan-jalan. Saat temannya menegur, "Eh, kamu kan orang sakit yang tidak bisa jalan", maka si anak akan langsung menjawab bahwa dirinya bukan orang sakit.
MAMPU MENGELOMPOKKAN
Kemampuan lainnya adalah mengelompokkan, entah benda, warna, bentuk, maupun ukuran. Manfaatnya, anak terlatih untuk bisa berpikir secara logis. Jadi, baik sekali bila kita bisa menciptakan permainan yang dapat mengasah kemampuan kognitif dalam hal pengelompokan ini. Umpama, mengajak anak mengumpulkan mainan yang dimilikinya berdasarkan persamaan warna, atau mengumpulkan benda-benda yang ada di rumah berdasarkan ukuran tertentu.
Bila hal ini sering kita lakukan pada anak, maka semakin lama anak semakin mampu melakukan pengelompokan ke tingkat yang lebih tinggi, semisal mengelompokkan atas dasar dua hingga tiga dimensi.
Tentu saja, pada awalnya anak belum bisa memusatkan perhatian pada benda dua dimensi yang berbeda secara serempak. Dalam hal menyusun benda-benda berdasarkan urutan sesuai ukuran, misal, di masa praoperasional ini anak baru bisa merangkaikan dua benda, seperti tongkat A lebih pendek dari tongkat B. Tapi jika disuruh menyusun tongkat dari yang paling pendek sampai yang paling panjang, maka ia belum mampu melakukannya. Hal ini disebabkan anak baru bisa memusatkan satu hubungan pada satu saat dan belum bisa melihat keseluruhan.
Contoh lain, dalam perco-baannya, Piaget memperlihatkan pada anak-anak usia prasekolah, 20 kuncup kembang terbuat dari kertas; 18 kuncup berwarna cokelat dan sisanya berwarna putih. Saat ditanya mana yang paling banyak, apakah kuncup kembang berwarna cokelat ataukah kuncup kembang yang terbuat dari kertas, anak-anak itu menjawab yang paling banyak adalah kuncup kembang berwarna cokelat.
MENGURUTKAN SESUATU
Perkembangan kognitif lainnya dalam pengelompokan adalah menyusun menurut rangkaian atau urutan tertentu (sequence). Permainan yang menunjang hal ini contohnya bermain menyusun menara gelang.
Tahap perkembangan kognitif ini bila diasah dengan baik akan menghasilkan sistematika logika berpikir yang baik. Supaya lebih baik lagi, stimulasi yang kita berikan bisa juga dengan mengajak anak mengurutkan sesuatu sesuai yang kita contohkan. Misal, kita mengurutkan kubus, segitiga, lingkaran, silinder. Lalu, anak diminta untuk melanjutkan urutan tersebut dengan pola yang sama.
Efek yang bisa didapatkan oleh anak dengan pemberian stimulasi yang sangat sederhana ini adalah anak akan mampu dan mudah mengerti atau memahami aturan-aturan tertentu yang akan dia temui, mudah belajar membaca sebab kata-kata yang dibaca/ditulis terdiri atas susunan huruf dengan pola tertentu. Selain itu anak akan lebih mudah mencerna pelajaran yang berhubungan dengan bilangan, sebab sudah diperkenalkan dengan pengertian mana yang lebih kecil, lebih besar, dan seterusnya.
Yang perlu dipahami, untuk membuat permainan atau soal-soal seperti ini maka dituntut kreativitas. Semakin kreatif orangtua akan semakin berva-riasi cara belajar yang diterima anak. Tentu ini akan berban-ding lurus dengan manfaat yang diperoleh. Untuk sequence ini, buatlah permainan mengelompokkan benda berdasarkan urutan besar ke kecil, kecil ke besar, urutan warna, urutan bentuk, dan lainnya.
TIP-TIP PENTING
Dalam mengasah kemampuan kognitif anak usia prasekolah, ada beberapa hal yang penting diperhatikan orangtua seperti diungkap Mayke berikut ini:
* Hindari penggunaan kata-kata yang abstrak maupun yang bermakna ganda.
* Dalam mengenalkan konsep yang pertama kali, lebih baik kenalkan yang umum dulu dan sering dilihat anak sehari-hari. Contohnya, segala sesuatu yang ada di lingkungan rumah terlebih dulu.
* Selain itu, dalam menjelaskan sebuah konsep, terutama benda, mulailah dari fungsinya. Saat menjelaskan tentang "kursi", misal, kita memang harus memberikan penjelasan secara konkret (umpama, bentuknya persegi empat atau bulat, mempunyai empat kaki). Akan tetapi, penjelasan seperti itu akan lebih berarti jika terlebih dulu kita sampaikan fungsinya, "Kursi ini tempat duduk kita. Kursi yang panjang bisa juga dipakai untuk tiduran." Baru kemudian kita masuk ke bentuk konkret fisik si kursi. Stimulus mengenai fungsi sangat diperlukan anak yang belum terlalu menguasai bahasa. Bila kita memberikan penjabaran detail, kasihan si anak karena akan kesulitan menangkap dan mencernanya.
* Dalam mengenalkan konsep apa pun, selalu lakukan pengulangan.
tabloid-nakita
Tampilkan postingan dengan label Kemampuan menganalisa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kemampuan menganalisa. Tampilkan semua postingan
ASAH OTAK Lewat TEKA-TEKI
Tak hanya mengasah kreativitas, tapi juga kemampuan menganalisis.
"Aku buah-buahan, rasanya manis, rambutku banyak dan warnaku merah, apa hayo?" tanya Dika, bocah 4;6 tahun, kepada tiga teman mainnya. Di saat dua temannya mengernyitkan dahi, berpikir mencari jawaban tepat, tiba-tiba seorang temannya yang lain menjawab, "Buah rambutan!"
"Betul!" ucap Dika sambil menepuk bahu temannya itu.
Anak prasekolah, tepatnya mulai 4 sampai 6 tahun, memang senang bermain teka-teki. Kesenangan ini muncul karena pengaruh lingkungan ketika anak sudah bersosialisasi dengan teman-temannya, entah yang sebaya atau berumur di atasnya. "Nah, dari interaksi itu, mungkin saja anak mendengar atau mengamati teman-temannya bermain teka-teki," ujar Efriyani Djuwita, M.Si.
Bisa juga, main tebak-tebakan ini datang dari orangtua atau pengasuhnya. Saat senggang, beberapa orangtua sangat senang menggunakan permainan ini. Pengaruh lainnya bisa lewat media, entah televisi atau media cetak. Bahkan, beberapa majalah anak menyediakan kolom khusus teka-teki beserta hadiah bagi pengirim jawaban yang benar. Apalagi, tambah psikolog perkembangan anak yang akrab dipanggil Ita ini, kosakata, pengalaman, dan kemampuan kognitif anak juga sudah berkembang. "Mereka sudah bisa mencari jawaban dari potongan-potongan informasi yang di-namakan petunjuk. Jawaban itu diperoleh dari pengalamannya sehari-hari. Semakin kaya wawasan anak semakin mudah dia menjawab."
Selain itu, usia ini juga dikenal dengan usia cerewet. Anak senang bertanya dan menanyakan sesuatu. Nah, dengan permainan teka-teki, keterampilan berbahasanya seakan tersalurkan. Bahkan, beberapa anak yang cerdas sangat senang bila bisa membuat teka-teki sendiri.
TEKA-TEKI PORNO
Tentunya, anak tidak ujug-ujug bisa bermain teka-teki yang rumit, melainkan dimulai dari soal-soal sederhana. Awalnya sangat mungkin anak hanya bertanya-jawab tentang persamaan dan perbedaan dari sebuah kata atau benda. Umpama, "Apa persamaan bemo dan bajaj?", "Apa beda ikan dan kodok?", dan seterusnya. Dari situ anak belajar mengotak-atik kata-kata menjadi sebuah teka-teki.
Jadi, sesuai kemampuan kognisinya, teka-teki anak prasekolah umumnya cukup sederhana. Misal, di awal pertanyaan, anak akan menyebutkan kategori seperti, "Aku binatang.", "Aku buah-buahan....", dan sebagainya. Petunjuknya pun, biasanya cukup lengkap sehingga memudahkan mereka untuk menjawab. Beberapa teka-teki favorit, umumnya tak jauh dari dunia anak-anak, seperti tokoh jagoannya, binatang, mobil, buah-buahan, dan lainnya. Mereka senang mengenali ciri sesuatu benda, lalu mengubahnya menjadi teka-teki seru.
Yang jelas, permainan teka-teki dapat mengasah kreativitas dan memperkaya wawasan anak. Karenanya, Ita menyarankan orangtua agar menanggapi pertanyaan teka-teki anak. "Berpikirlah dan jawablah dengan serius, sehingga anak merasa dihargai. Hindari jawaban asal-asalan yang membuat anak malas dan ogah-ogahan memberikan soal teka-teki lagi," kata pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
Jika anak kehabisan ide, cobalah orangtua gantian memberikan pertanyaan kepada anak. Mulailah dari hal-hal yang dekat dengan anak. Jika anak sedang gandrung dengan Spiderman, misal, cobalah membuat soal teka-teki tentang jagoannya itu. Jika anak kesulitan menjawab, cobalah untuk memberikan petunjuk lebih banyak. Atau, anak bisa berpikir untuk beberapa lama sampai menemukan jawaban tepat. Boleh jadi orangtua memberikan teka-teki di malam hari, tetapi baru dijawab keesokan harinya oleh anak sepulang sekolah. Tak masalah. Kemudian, jika anak menemukan teka-teki di majalah dan kesulitan menjawabnya, sebaiknya orangtua bersama anak memecahkan soal teka-teki itu.
Namun, orangtua tetap harus melakukan pembatasan atau pengawasan. Tak semua teka-teki positif dan menghibur. Ada beberapa teka-teki yang berkonotasi negatif, jorok, berbau pornografi, atau pelecehan terhadap seseorang dan golongan tertentu. Jadi, orangtua harus memilah, teka-teki mana yang cocok dan tidak buat anak. Selamat berteka-teki bersama si buah hati!
4 MANFAAT MAIN TEKA-TEKI
1. Mengasah Daya Ingat
Saat teka-teki diluncurkan, anak akan menyisir semua arsip yang ada di kepalanya, untuk kemudian dicocokkan dengan petunjuk yang ada. Karenanya, permainan ini sangat baik untuk menjaga daya ingat anak. Selain itu, sangat mungkin anak menemukan kosakata baru yang belum dikuasainya. Dengan begitu, wawasan anak semakin kaya, kosakatanya pun bertambah banyak.
2. Belajar Klasifikasi
Anak belajar mengklasifikasikan, mana yang termasuk kategori buah-buahan, binatang, kendaraan, dan sebagainya. Saat disebutkan buah-buahan, pikiran anak akan melayang kepada jeruk, pepaya, rambutan, dan sebagainya. Demikian juga ketika pertanyaan itu merujuk kepada binatang, maka gajah, monyet, kodok, dan lainnya, akan segera melintas dalam pikirannya. Dengan keterampilan klasifikasi ini, anak akan mudah menata ribuan kosakata yang dikuasainya.
3. Mengembangkan Kemampuan Analisis
Anak belajar menganalisis jawaban yang tepat dari berbagai petunjuk yang ada. Dia belajar menggabungkan informasi itu dan menemukan jawabannya. Kemampuan analisis ini sangat berguna, khususnya saat anak masuk usia sekolah. Banyak sekali pertanyaan yang membutuhkan analisis, utamanya soal-soal yang memakai penggunaan cerita.
4. Menghibur
Permainan teka-teki sangat menghibur. Ini jelas permainan yang menyenangkan dan bisa mengakrabkan hubungan anak dengan orangtua, maupun antarteman sebaya. Bisa dilakukan di mana saja dan kapan pun, baik dalam perjalanan, di rumah, sekolah, maupun di saat-saat santai lainnya.
BEBERAPA CONTOH TEKA-TEKI ANAK
Orangtua bisa membuat beberapa soal teka-teki yang kreatif. Mulailah dari hal-hal yang dekat dengan keseharian anak. Sangat mungkin jawaban dari teka-teki itu lebih dari satu. Berikut beberapa contohnya:
* Buah-buahan
- Aku buah-buahan. Warna kulitku hijau. Warna dagingku merah. Rasaku manis. (Jawaban: semangka)
- Aku buah-buahan. Aku memiliki banyak duri tajam. Bauku harum dan rasaku manis. (Jawaban: durian)
* Binatang
- Aku binatang berkaki empat. Aku berbadan besar dan memiliki belalai panjang. (Jawaban: gajah)
- Aku binatang berkaki empat. Leherku panjaaangng... sekali. Aku memiliki banyak bintik di tubuhku. (Jawaban: jerapah)
- Aku binatang tanpa kaki dan tangan. Badanku panjang dan lentur. Gigiku tajam dan aku memiliki racun berbahaya. (Jawaban: ular)
* Jagoan
- Aku bisa memanjat gedung seperti laba-laba. Warna bajuku merah. Aku bisa mengeluarkan jala yang mampu menjerat lawan. (Jawaban: Spiderman)
- Aku seorang jagoan yang memiliki jubah. Aku bisa terbang dan di dadaku terdapat huruf S. Siapakah aku? (Jawaban: Superman)
(tabloid-nakita)
"Aku buah-buahan, rasanya manis, rambutku banyak dan warnaku merah, apa hayo?" tanya Dika, bocah 4;6 tahun, kepada tiga teman mainnya. Di saat dua temannya mengernyitkan dahi, berpikir mencari jawaban tepat, tiba-tiba seorang temannya yang lain menjawab, "Buah rambutan!"
"Betul!" ucap Dika sambil menepuk bahu temannya itu.
Anak prasekolah, tepatnya mulai 4 sampai 6 tahun, memang senang bermain teka-teki. Kesenangan ini muncul karena pengaruh lingkungan ketika anak sudah bersosialisasi dengan teman-temannya, entah yang sebaya atau berumur di atasnya. "Nah, dari interaksi itu, mungkin saja anak mendengar atau mengamati teman-temannya bermain teka-teki," ujar Efriyani Djuwita, M.Si.
Bisa juga, main tebak-tebakan ini datang dari orangtua atau pengasuhnya. Saat senggang, beberapa orangtua sangat senang menggunakan permainan ini. Pengaruh lainnya bisa lewat media, entah televisi atau media cetak. Bahkan, beberapa majalah anak menyediakan kolom khusus teka-teki beserta hadiah bagi pengirim jawaban yang benar. Apalagi, tambah psikolog perkembangan anak yang akrab dipanggil Ita ini, kosakata, pengalaman, dan kemampuan kognitif anak juga sudah berkembang. "Mereka sudah bisa mencari jawaban dari potongan-potongan informasi yang di-namakan petunjuk. Jawaban itu diperoleh dari pengalamannya sehari-hari. Semakin kaya wawasan anak semakin mudah dia menjawab."
Selain itu, usia ini juga dikenal dengan usia cerewet. Anak senang bertanya dan menanyakan sesuatu. Nah, dengan permainan teka-teki, keterampilan berbahasanya seakan tersalurkan. Bahkan, beberapa anak yang cerdas sangat senang bila bisa membuat teka-teki sendiri.
TEKA-TEKI PORNO
Tentunya, anak tidak ujug-ujug bisa bermain teka-teki yang rumit, melainkan dimulai dari soal-soal sederhana. Awalnya sangat mungkin anak hanya bertanya-jawab tentang persamaan dan perbedaan dari sebuah kata atau benda. Umpama, "Apa persamaan bemo dan bajaj?", "Apa beda ikan dan kodok?", dan seterusnya. Dari situ anak belajar mengotak-atik kata-kata menjadi sebuah teka-teki.
Jadi, sesuai kemampuan kognisinya, teka-teki anak prasekolah umumnya cukup sederhana. Misal, di awal pertanyaan, anak akan menyebutkan kategori seperti, "Aku binatang.", "Aku buah-buahan....", dan sebagainya. Petunjuknya pun, biasanya cukup lengkap sehingga memudahkan mereka untuk menjawab. Beberapa teka-teki favorit, umumnya tak jauh dari dunia anak-anak, seperti tokoh jagoannya, binatang, mobil, buah-buahan, dan lainnya. Mereka senang mengenali ciri sesuatu benda, lalu mengubahnya menjadi teka-teki seru.
Yang jelas, permainan teka-teki dapat mengasah kreativitas dan memperkaya wawasan anak. Karenanya, Ita menyarankan orangtua agar menanggapi pertanyaan teka-teki anak. "Berpikirlah dan jawablah dengan serius, sehingga anak merasa dihargai. Hindari jawaban asal-asalan yang membuat anak malas dan ogah-ogahan memberikan soal teka-teki lagi," kata pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
Jika anak kehabisan ide, cobalah orangtua gantian memberikan pertanyaan kepada anak. Mulailah dari hal-hal yang dekat dengan anak. Jika anak sedang gandrung dengan Spiderman, misal, cobalah membuat soal teka-teki tentang jagoannya itu. Jika anak kesulitan menjawab, cobalah untuk memberikan petunjuk lebih banyak. Atau, anak bisa berpikir untuk beberapa lama sampai menemukan jawaban tepat. Boleh jadi orangtua memberikan teka-teki di malam hari, tetapi baru dijawab keesokan harinya oleh anak sepulang sekolah. Tak masalah. Kemudian, jika anak menemukan teka-teki di majalah dan kesulitan menjawabnya, sebaiknya orangtua bersama anak memecahkan soal teka-teki itu.
Namun, orangtua tetap harus melakukan pembatasan atau pengawasan. Tak semua teka-teki positif dan menghibur. Ada beberapa teka-teki yang berkonotasi negatif, jorok, berbau pornografi, atau pelecehan terhadap seseorang dan golongan tertentu. Jadi, orangtua harus memilah, teka-teki mana yang cocok dan tidak buat anak. Selamat berteka-teki bersama si buah hati!
4 MANFAAT MAIN TEKA-TEKI
1. Mengasah Daya Ingat
Saat teka-teki diluncurkan, anak akan menyisir semua arsip yang ada di kepalanya, untuk kemudian dicocokkan dengan petunjuk yang ada. Karenanya, permainan ini sangat baik untuk menjaga daya ingat anak. Selain itu, sangat mungkin anak menemukan kosakata baru yang belum dikuasainya. Dengan begitu, wawasan anak semakin kaya, kosakatanya pun bertambah banyak.
2. Belajar Klasifikasi
Anak belajar mengklasifikasikan, mana yang termasuk kategori buah-buahan, binatang, kendaraan, dan sebagainya. Saat disebutkan buah-buahan, pikiran anak akan melayang kepada jeruk, pepaya, rambutan, dan sebagainya. Demikian juga ketika pertanyaan itu merujuk kepada binatang, maka gajah, monyet, kodok, dan lainnya, akan segera melintas dalam pikirannya. Dengan keterampilan klasifikasi ini, anak akan mudah menata ribuan kosakata yang dikuasainya.
3. Mengembangkan Kemampuan Analisis
Anak belajar menganalisis jawaban yang tepat dari berbagai petunjuk yang ada. Dia belajar menggabungkan informasi itu dan menemukan jawabannya. Kemampuan analisis ini sangat berguna, khususnya saat anak masuk usia sekolah. Banyak sekali pertanyaan yang membutuhkan analisis, utamanya soal-soal yang memakai penggunaan cerita.
4. Menghibur
Permainan teka-teki sangat menghibur. Ini jelas permainan yang menyenangkan dan bisa mengakrabkan hubungan anak dengan orangtua, maupun antarteman sebaya. Bisa dilakukan di mana saja dan kapan pun, baik dalam perjalanan, di rumah, sekolah, maupun di saat-saat santai lainnya.
BEBERAPA CONTOH TEKA-TEKI ANAK
Orangtua bisa membuat beberapa soal teka-teki yang kreatif. Mulailah dari hal-hal yang dekat dengan keseharian anak. Sangat mungkin jawaban dari teka-teki itu lebih dari satu. Berikut beberapa contohnya:
* Buah-buahan
- Aku buah-buahan. Warna kulitku hijau. Warna dagingku merah. Rasaku manis. (Jawaban: semangka)
- Aku buah-buahan. Aku memiliki banyak duri tajam. Bauku harum dan rasaku manis. (Jawaban: durian)
* Binatang
- Aku binatang berkaki empat. Aku berbadan besar dan memiliki belalai panjang. (Jawaban: gajah)
- Aku binatang berkaki empat. Leherku panjaaangng... sekali. Aku memiliki banyak bintik di tubuhku. (Jawaban: jerapah)
- Aku binatang tanpa kaki dan tangan. Badanku panjang dan lentur. Gigiku tajam dan aku memiliki racun berbahaya. (Jawaban: ular)
* Jagoan
- Aku bisa memanjat gedung seperti laba-laba. Warna bajuku merah. Aku bisa mengeluarkan jala yang mampu menjerat lawan. (Jawaban: Spiderman)
- Aku seorang jagoan yang memiliki jubah. Aku bisa terbang dan di dadaku terdapat huruf S. Siapakah aku? (Jawaban: Superman)
(tabloid-nakita)
Langganan:
Postingan (Atom)