Si 1 tahun Coba-Coba Manjat
“Wah, anakku sekarang mulai nakal, suka manjat-manjat,” tutur seorang ibu muda pada temannya. Anaknya kini memang sedang mencoba-coba mencari sesuatu yang tinggi untuk dipanjat. Mengapa anak usia ini ingin sekali memanjat?
Koordinasi otak, mata, lengan dan kaki
Keterampilan memanjat menyangkut kerja otak, yang memerintahkan mata-lengan dan kaki untuk bersama-sama bekerja menghasilkan gerakan yang disebut memanjat. Jadi, memanjat, meski tampak sepele, sebetulnya menyangkut kematangan berpikir, kematangan otot lengan dan kematangan otot tungkai dan batang tubuh.
Kematangan berpikir terjadi saat anak sadar akan adanya dimensi ketinggian, dan mulai berpikir bahwa benda-benda yang letaknya di atas dapat diraihnya dengan cara memanjat. Sedangkan kematangan otot lengan, adalah ketika anak mencoba menopang tubuhnya dan menjaga keseimbangan menggunakan kedua lengannya, kemudian menaikkan kaki.
Jelaslah, keinginan anak untuk mencoba memanjat tidak ada hubungannya dengan kenakalan atau keisengan.
Latihan sangat perlu
Rasa ingin tahu anak mengarahkannya untuk melakukan sesuatu, termasuk memanjat. Jangan halangi rasa ingin tahu si kecil dengan melarangnya memanjat, karena Anda takut ia jatuh. Sebab, keterampilan memanjat diperlukan anak kelak. Daripada melarangnya memanjat, lebih baik:
* Beri fasilitas yang aman untuk dipanjat . Misalnya, kursi yang kokoh atau meja rendah yang tidak terbuat dari kaca. Bisa juga mengajak anak menaiki tangga yang tersedia di play ground .
* Dampingi saat memanjat . Setelah memanjat, kadang-kadang anak tidak dapat turun sendiri. Bisa saja ia berteriak-teriak minta diturunkan. Bantu dan ajarkan si kecil cara turun yang tepat agar ia tidak jatuh.
* Jangan menjerit . Saat Anda melihat anak memanjat teralis, misalnya, jangan menjerit. Tetaplah tenang, dekati si kecil dan gapai dia. Jeritan Anda dapat membuat anak kaget, dan tidak mustahil ia malah terjatuh.
Immanuella F. Rachmani
Si 1 tahun Belajar Saat di Stroller
Keinginan anak usia satu tahunan untuk bereksplorasi kian meningkat. Bila ia sudah dapat berjalan, ia bisa berjalan terus karena ingin berinteraksi dengan sekitarnya. Agar tidak merambah wilayah-wilayah kotor di rumah, Anda melokalisir si kecil di satu tempat yang aman, dan memberinya mainan yang dapat membuatnya tenang. Tetapi, terlalu lama di dalam ruangan yang sama, anak bisa bosan.
Memanfaatkan stroller
Rasa ingin tahunya mendorong si satu tahun dengan kuat untuk mengembara. Membawanya ke luar rumah dengan kemampuan berjalannya yang belum sempurna bisa jadi membuat Anda khawatir ia terjatuh. Belum lagi, bila ia memungut benda-benda yang ditemuinya di jalan.
Memaksa anak terus-terusan ada di dalam rumah saja juga tak mudah. Apa yang dapat Anda lakukan agar si kecil aman dan Anda pun mudah mengontrol saat mengajaknya jalan-jalan ke luar rumah? Anda dapat menggunakan stroller untuk jalan-jalan di taman, bertemu teman sebaya dan lainnya. Ini pun sebetulnya tidak mudah, karena si kecil bisa cepat bosan juga duduk terus di stroller -nya. Keinginannya untuk berjalan dan terus berjalan memang sulit dibendung.
Duduk di stroller = pasif?
Meski di stroller, bukan berarti anak pasif. Berbagai hal dapat dilihat dan dipelajarinya. Namun dengan tidak dapat berjalan dan berkeliaran sendiri, bisa-bisa membuat anak frustrasi. Bila anak tampak mulai frustrasi di stroller -nya, beberapa hal dapat Anda lakukan sehingga kegiatan mengamati berbagai hal di sekeliling dengan terkendali ini tetap bisa dilakukan.
* Arahkan stroller ke tempat-tempat menarik . Ajak anak melihat, misalnya, kandang anjing atau kura-kura di kolam ikan milik tetangga.
* Alihkan perhatian . Tunjuk kapal terbang yang melintas di atas, mobil dengan warna yang mencolok atau bajaj berwarna cerah dan bersuara ‘seru’.
* Beri penghiburan . Sambil mendorong anak ke tempat-tempat yang menyenangkan, nyanyikan lagu-lagu berirama indah atau bercerita dengan kalimat menggunakan intonasi menarik.
* Bawa mainan . Siapkan mainan agar si satu tahun tetap asyik di stroller -nya. Apalagi saat ia tampak mulai bosan karena duduk terus.
* Beri pujian . Bila anak dapat duduk tenang selama jalan-jalan dengan stroller, beri ia pujian.
* Tetap di dekat anak . Anak merasa aman bila orang yang dipercayainya berada di dekatnya. Jangan berada jauh dari anak, karena ia akan merasa tidak aman, kemudian mencoba keluar dari stroller -nya.
Immanuella F. Rachmani
Si 5 Tahun Belajar Berlalu-Lintas
Disamping karena koordinasi gerak tubuhnya lebih baik, rentang perhatian semakin panjang, perkembangan fisik si 5 tahun pun semakin matang. Di masa ini anak biasanya lebih aktif bersosialisasi dan beraktivitas fisik dibanding masa sebelumnya. Bersepeda atau bermain otopet adalah salah satu kegemaran anak-anak usia ini. Manfaatkan kegiatan bermain si 5 tahun ini untuk belajar berlalu-lintas.
Hindari jalan raya
Ketika si kecil sudah mahir mengayuh, mendorong dengan kaki dan mengendalikan laju sepeda roda tiganya atau sepeda roda dua plus dua roda kecil penopangnya, atau in-line skate -nya, dapat dipastikan perkembangan fisiknya cukup matang untuk diajarkan dasar-dasar berlalu lintas. Dasar-dasar berlalu-lintas yang dapat Anda ajarkan, antara lain: mengendalikan laju sepeda, melihat ke kiri dan kanan saat hendak menyeberang, memberi tanda saat berbelok, atau memberi jalan pada teman yang akan lewat atau melewatinya.
Namun menurut Petra Schrand , psikolog dan kontributor tetap majalah Eltern di Jerman, tidak disarankan orang tua untuk membiarkan anak bermain di jalan yang dilalui kendaraan, walau hanya sesekali dilewati. Walaupun, tentu, ada pengecualian, yaitu bila Anda yakin jalan tersebut buntu dan tak dapat dilalui kendaraan. Ini karena indera pendengaran dan penglihatan anak-anak prasekolah pada dasarnya belum berkembang sempurna. Sehingga, sulit menuntut balita bersikap waspada terhadap kendaraan yang akan lewat berdasarkan deru yang terdengar dari kejauhan.
Demikian pula, kemampuan penglihatan si 5 tahun pun masih sangat terbatas. Ini menyebabkan ia belum dapat menangkap secara visual kendaraan yang melaju ke arahnya dari kejauhan. Selain itu, karena anak berkonsentrasi penuh pada kegiatan yang sedang dilakukannya, maka berbagai kejadian yang terjadi di sekitarnya, baru disadarinya jika jaraknya sudah sangat dekat.
Perlu pengawasan
Andreas Bergmeier , penasehat bidang anak dan remaja pada Badan Keamanan Berkendara kota Bonn, Jerman, berpendapat bahwa untuk dapat berlalu-lintas dengan baik, anak harus terampil berkendara terlebih dahulu. Seperti, terampil mengayuh sepeda atau otopet, juga mendorong dan melaju dengan in-line skate atau sepatu rodanya.
Dengan membiarkan anak bermain bersama teman-temannya yang juga menggunakan sepeda, otopet atau mainan beroda lainnya, pengalaman anak semakin kaya. Biarkan anak berinteraksi dengan teman-temannya di bawah pengawasan Anda. Kegiatan bermain dengan bersepeda atau kendaraan beroda tetap menyimpan risiko tinggi bagi si kecil jika tanpa pengawasan orang dewasa. Biarkan pengalaman dan keterampilan si 5 tahun bertambah. Demikian pula kesabaran dan kemampuannya mengendalikan ego.
Apa yang perlu diajarkan
Ajarkan anak cara aman berbelok, memutar haluan atau menyeberang di antara teman yang naik sepeda, mobil mainan atau lainnya. Misalnya, dengan memberi tanda hendak ke kanan atau ke kiri. Demikian pula anak mesti mengurangi kecepatan saat hendak berbelok, sehingga tidak hilang keseimbangan atau terpental. Ajarkan juga anak untuk hati-hati menyeberang di antara teman-teman beserta kendaraannya.
Selain melatih koordinasi dan kewaspadaan, si 5 tahun biasanya akan menyadari pentingnya aturan dan kepatuhan para pengendara di tempat bermain. Sejalan dengan perkembangan dan pertambahan usia anak, Anda dapat meningkatkan keterampilan dan pelajaran berlalu-lintas si kecil ini lebih lanjut.
Andi Maerzyda A. D. Th. (ayahbunda)
Bermain, Menggali Ilmu Pengetahuan
Martin kecil meraih pasir di hadapannya ketika suatu kali berlibur di pantai Anyer. “Ma, tanah ini kok berbeda dengan yang di rumah ya…. Yang di rumah e nggak bisa digenggam seperti ini,” katanya dengan nada heran. Kemudian sang mama pun menjelaskan beda tekstur pasir dan tanah di depan rumah mereka.
Memang, dunia sekitar adalah wilayah yang sangat luas untuk dieksplorasi buah hati Anda. Ada saja hal di sekeliling anak yang menarik minatnya lebih jauh. Ketertarikan si kecil inilah yang membuatnya begitu riang bermain-main dengan dunia ilmu pengetahuan. Apa yang perlu orang tua lakukan agar si kecil makin pandai lewat kegiatan bermainnya?
Si penjelajah sejati
Bermain menyenangkan bagi anak. Salah satu permainan yang mengasyikkan anak adalah permainan berdasar ilmu pengetahuan atau science . Sambil bermain si kecil juga mengeksplorasi dunia dengan caranya sendiri.
Coba perhatikan, bagaimana anak sangat tertarik mengamati ulat merayap di pohon, atau bagaimana ikan berenang di akuarium. Berbagai pertanyaan bermunculan dalam benaknya, dan ingin diketahui jawabannya.
Dr. Lucia French , pembantu professor di sekolah Warner, Amerika Serikat, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan memenuhi keinginan setiap anak untuk mengerti dunia dengan cara menyelidikinya. Menurut French, anak-anak usia 3 dan 4 tahun adalah penjelajah sejati. Bila Anda amati, si kecil yang tengah duduk santai di sofa tiba-tiba memasukkan biji jeruk, dan kemudian berusaha mengeluarkannya kembali. Atau ia berdiri, dan mengukur tinggi badan temannya di balik punggung sofa.
Melalui permainan ilmu pengetahuan anak belajar mengelola pemikirannya dalam memecahkan masalah. French mengemukakan bahwa bila anak melihat atau menyentuh objek yang ia minati dengan bagian dari tangan atau matanya, maka ia siap melakukan eksplorasi berdasarkan informasi yang ia miliki.
Berbagai kegiatan bermain bisa dilakukan bersama si kecil. Misalnya, sekembalinya Anda dan si kecil dari jalan-jalan tanyakan apa yang ia lihat. Bisa pula Anda meminta anak menggambar apa yang dilihatnya.
Belajar berbagai hal
Bagi anak yang gemar puzzle, Anda bisa menggunakan kegiatan menyusun keping-keping puzzle untuk mendorong si kecil belajar memecahkan masalah dan belajar tentang bentuk, ukuran dan warna.
Anda pun dapat mengajak anak menanam tumbuhan di kebun atau di pot. Ajaklah anak membuat catatan bersama tentang pertumbuhan “makanan” yang dikonsumsinya, serta bagaimana tanaman itu dapat tumbuh sehat.
Bermain sambil menggali pengetahuan memang mengasyikkan. Anak bahkan bisa mendapatkan pengetahuan tentang berbagai hal baru. Dengan belajar tentang konsep “besar-kecil”, ”cepat-lambat”, “berat-ringan”, anak terbantu untuk belajar matematika dan ilmu pengetahuan.
Menurut para ahli pendidikan dari National Science Foundation , Amerika Serikat, dalam bukunya Helping Children Learn at Home , rasa ingin tahu dan minat anak bereksplorasi dan melakukan percobaan, membuat anak-anak ini menjadi pakar matematika dan ilmu pengetahuan yang alami. Kesenangan dan rasa percaya diri dalam bermain ilmu pengetahuan membuat anak ketika dewasa menikmati belajar ilmu pengetahuan lebih mendalam.
Eleonora Bergita
Gaya Belajar Efektif
Setiap orang pasti mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda-beda. Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Nah, artikel berikut menjelaskan tujuh gaya belajar yang mungkin beberapa diantaranya bisa di terapkan pada anak didik kita :
1. Belajar dengan kata-kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
2. Belajar dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil akhir atau kesimpulan.
3. Belajar dengan gambar.
Ada sebagian orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu.
4. Belajar dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara mengingat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimana lagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.
5. Belajar dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
6. Belajar dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
7. Belajar dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.
Sumber : Depdiknas.go.id
Kenal Konsep Waktu
Konsep waktu bisa Anda perkenalkan sembari menerapkan disiplin. .
Danang sedang asyik main dengan teman-temannya. “Mainnya 5 menit lagi ya Nang, setelah itu mandi,” ujar Mira. “Iya, Ma,” jawab jagoan cilik berumur 5 tahun itu. Memangnya Danang sudah kenal konsep waktu?
Mulai dibiasakan
Walaupun belum terlalu memahami konsep waktu (sebuah konsep yang abstrak), namun dalam menerapkan disiplin, anak dapat diajarkan untuk menegosiasikan waktu. Si 5 tahun bisa mulai dibiasakan memakai pola waktu ketika melakukan berbagai kegiatan.
Misalnya mengatakan, “Nanti kita makan makan siang jam satu. Setelah itu istirahat dan pergi ke dokter jam empat sore.“ Tentu saja Anda dapat menggunakan alat bantu berupa jam yang besar dengan jarum panjang dan jarum pendek untuk mempermudah si kecil memahaminya.
Ketertarikan anak terhadap waktu yang cukup besar di usia ini mempermudah Anda mengenalkan konsep waktu Misalnya jika si kecil berkali-kali bertanya berapa lama lagi ayahnya sampai ke rumah; Anda dapat menjelaskannya dengan menunjukkan bahwa waktu tempuh dari kantor ke rumah kira-kira setengah jam. Itu berarti si kecil harus menunggu hingga jarum panjang bergerak dari angka 12 ke angka 6.
Atau Anda dapat menunjukkan waktu kapan ia boleh mulai nonton televisi dan kapan ia sudahi aktivitas menontonnya. Misalnya mengatakan ia dapat mulai menonton ketika jarum pendek menunjuk angka 4 dan berhenti menonton ketika jarum pendek menunjuk angka 5.
Memang si kecil tidak langsung mengerti penjelasan-penjelasan ini. Anak butuh waktu sekitar 1-2 tahun lagi untuk benar-benar memahami maknanya. Namun, dengan pembiasaan ini, si 5 tahun dapat memperkirakan dan membiasakan diri dengan penjelasan Anda mengenai waktu.
Alat negosiasi
Seiring berjalannya waktu, pemahaman si kecil terhadap konsep waktu kian baik. Waktu pun dapat digunakan sebagai alat negosiasi Anda ketika menerapkan disiplin padanya.
Misalnya ketika si kecil enggan beranjak dari depan televisi, Anda dapat menegosiasikannya dengan memperbolehkan ia tetap menonton televisi 10 menit lagi. Tentu saja Anda harus menunjukkan seperti apa 10 menit yang Anda maksud dengan menunjukkan pergeseran jarum panjang dan di mana jarum panjang berhenti yang merupakan saat si kecil harus menghentikan kegiatannya.
Walau negosiasi kadang-kadang berjalan alot dan si kecil kerap menawar waktu yang Anda tetapkan, namun cara mendisiplin seperti ini biasanya berhasil karena anak merasa keinginan terakomodasi dengan membiarkannya melakukan apa yang disenangi dalam batas waktu tertentu.
Keinginan Anda agar si 5 tahun melakukan apa yang Anda minta pun dapat terlaksana. Intinya, Anda dan si kecil sama-sama senang dengan pengaturan waktu ini.
Esthi Nimita Lubis
Manfaat Berkemah Bagi Kecerdasan Natural Anak
Memberikan izin kepada anak untuk berkemah memang tidak mudah. Terutama bagi orangtua yang tidak biasa melepaskan anak bermalam di suatu tempat yang baru dan bersama pihak lain. Kondisi seperti ini akan cenderung membuat orangtua ingin melarang anak agar tidak jadi ikut berkemah. Sebab, membiarkan anak pergi berkemah boleh jadi akan membuat perasaan orangtua menjadi terasa sangat tersiksa. Bayangan-bayangan negatif yang mungkin terjadi pada diri anak selama di perkemahan akan terasa sulit sekali untuk dihapuskan.
Menyikapi hal di atas, sebagai upaya untuk menghindarkan perasaan khawatir yang berlebihan maka orangtua seyogyanya meyakinkan terlebih dahulu bahwa anak akan mengikuti acara berkemah bersama orang-orang yang dapat dipercaya dan di lokasi yang tidak membahayakan (aman). Bila semuanya sudah jelas, janganlah orangtua lupa untuk memberikan penjelasan kepada anak tentang apa saja yang harus dilakukan apabila ia mendapatkan kendala saat berkemah. Selain itu, pesankan kepada anak dengan cara yang bijak agar ia selalu menjaga diri dengan baik.
Sejatinya, banyak nilai positif yang dapat diambil oleh anak melalui berkemah ini. Beberapa di antaranya adalah mengajarkan anak bagaimana bertahan hidup, belajar bekerja sama dengan orang lain bila ia membutuhkan bantuan, belajar bagaimana cara membuat tempat untuk beristirahat yang nyaman dan aman. Selain itu, berkemah juga baik untuk merangsang kecerdasan natural (naturalist intelligence) anak. Sebab, membiarkan anak berada di ruang terbuka dapat mendorong anak mengetahui banyak informasi dan pengetahuan tentang bentuk-bentuk alam yang ada di sekitarnya ( dr. Maya & Wido, 2006). (yer)
Sumber : perkembangananak.com
Main hujan-hujanan yuk!
Si kecil kedapatan main hujan-hujanan? Melihat ini, biasanya orang tua akan langsung melarang dan menyuruhnya masuk rumah. Lihat saja sebuah iklan televisi yang menampilkan reaksi umum orang tua saat mendapati anaknya main hujan-hujanan. Namun, betulkah si kecil tidak boleh sama sekali bermain hujan-hujanan? Juga benarkah dampak negatifnya lebih banyak daripada positifnya?
Pendapat Mira D. Amir, Psi., barangkali bisa menangkis segala kekhawatiran itu. Menurutnya, dengan persiapan dan perlakuan yang tepat, tidak ada alasan bagi orang tua untuk melarang anaknya main hujan-hujanan. Banyak sekali manfaat positif yang didapat ketika anak bermain hujan-hujanan. Salah satunya, anak-anak bisa bereksplorasi dengan lingkungannya.
Dunia anak-anak pun tidak bisa dipisahkan dari air. Tak heran jika anak-anak sangat gemar bermain hujan. "Tidak hanya di sini, tapi anak-anak di seluruh penjuru dunia pun menyukainya." Iya, dong, sejak bayi, kan, anak-anak sudah akrab dengan air. "Bukankah orang tua kita secara rutin memandikan bayi setiap pagi," ungkap psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia ini.
Nah, saat hujan, anak-anak bisa bermain berbagai macam permainan aktif, seperti sepak bola dan kejar-kejaran di tengah derasnya hujan. Fenomena hujan sendiri juga menimbulkan daya tarik bagi anak-anak. Dari kondisi cuaca yang cerah, lalu mendadak gelap kelabu, disusul butiran air hujan yang mengguyur pekarangan tentu membuat mereka penasaran. "Seperti apa, sih, rasanya jika tubuhku diterpa air hujan." Anak pun tergerak untuk mengeksplorasi lingkungannya.
SYARAT MAIN HUJAN
Bila orang tua khususnya di kota-kota besar khawatir melihat anaknya bermain hujan-hujanan, menurut Mira, sebenarnya bisa dimengerti. "Mungkin orang tua khawatir anaknya jatuh sakit setelah bermain hujan."
Namun, sebenarnya kehawatiran itu bisa diatasi dengan persiapan sebelum dan sesudah bermain hujan-hujanan. Dikatakan Mira, Orang tua bisa mengajukan beberapa syarat agar bermain hujan tetap bisa dilakukan tanpa harus mengundang risiko sakit. Misalnya, anak harus memakai jas hujan atau payung dan sepatu boot saat main hujan-hujanan.
Satu hal lagi diingatkan oleh Mira, jangan biarkan anak-anak bermain hujan sendirian. Bagaimanapun, pengawasan orang dewasa menghadapi berbagai kemungkinan yang timbul tetaplah perlu, seperti terpeleset, munculnya hewan seperti ular atau kelabang, dan sebagainya. Tanamkan pengertian ini pada anak agar ia tidak main hujan tanpa pengawasan orang dewasa. Jika anak kedapatan melanggar, jangan tanggung-tanggung, berilah sanksi yang mendidik. Misalnya, "Hingga minggu depan kamu tidak boleh main hujan-hujanan lagi, ya."
Adanya syarat ini juga disetujui dr. Adi Tagor, Sp.A, DPH, yang mengatakan, "Dengan persiapan yang baik, main hujan-hujanan, aman-aman saja, kok." Dokter dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta ini menambahkan, sebelum bermain hujan-hujanan, tubuh anak juga perlu dihangatkan agar dapat melawan suhu dingin di tengah terpaan hujan. Berikan ia minuman seperti teh hangat, susu hangat, atau seduhan jahe. Gosok pula badannya dengan balsem anak atau minyak kayu putih. Maklum, suhu tubuh anak cepat turun saat bermain hujan-hujanan. Apalagi jika saat itu angin kencang.
"Contoh gampangnya, jika tadinya suhu tubuh anak adalah 37 derajat Celcius, lalu suhu di luar saat hujan adalah 25 derajat Celcius, maka saat main hujan suhu tubuhnya otomatis akan turun, bahkan bisa mencapai 30 derajat Celcius. Dengan suhu hanya setinggi itu, akibatnya anak akan jatuh sakit. Tubuh manusia bisa berfungsi normal jika ada dalam kisaran suhu 35-37 derajat Celcius. Di bawah 35 derajat Celcius, maka tubuh akan sakit," papar Adi.
Efektivitas pencegahan sebelum main hujan-hujanan itu sudah dibuktikan oleh anak-anak nelayan yang biasa menyelam di air laut yang sangat dingin di daerah Maluku. "Mereka tidak pernah sakit meskipun aktivitas menyelam dilakukan berjam-jam, hal itu dikarenakan mereka memiliki tradisi menggosokkan minyak kayu putih ke tubuh mereka sebelum menyelam," lanjutnya.
Berikutnya, jangan lupa setelah main hujan-hujanan, lap sekujur tubuh si kecil dengan handuk kering. Lebih baik lagi jika si kecil dimandikan dengan air hangat agar tubuhnya bersih kembali. Selanjutnya, agar suhunya cepat menjadi normal, berikan minuman hangat. "Gosok juga tubuh si kecil dengan minyak kayu putih atau balsem."
Untuk menambah daya tahan tubuh anak, tidak ada salahnya setelah bermain hujan-hujanan ia diberi suplemen vitamin C sesuai dosis anak. "Jika vitamin C tidak tersedia, orang tua bisa menggantinya dengan minuman jeruk hangat."
Selain itu, orang tua juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan memberikan suplemen vitamin lainnya. "Saat ini sudah banyak beredar obat atau vitamin yang berfungsi menjaga daya tahan tubuh anak agar baik."
HATI-HATI HUJAN ASAM
Meskipun begitu, diingatkan oleh Adi, orang tua yang kebetulan tinggal di kawasan industri, sebaiknya tidak mengizinkan anak-anaknya bermain hujan-hujanan. Ia mengkhawatirkan tingginya tingkat polusi udara di kawasan seperti itu yang menyebabkan terjadinya hujan asam. "Polutan dari pabrik ini awalnya bercampur dengan udara dan naik ke atas awan, saat hujan turun, maka polutan tadi ikut turun bercampur dengan air hujan. Inilah yang dinamakan hujan asam."
Dampak negatif hujan asam tergantung kadar polutan yang tersebar di udara. Semakin tinggi kadar polutannya, dampaknya pun akan semakin berbahaya. "Jika kadarnya rendah mungkin hanya mengakibatkan mata merah dan gatal saja, tapi kalau kadarnya sangat tinggi, bisa mengakibatkan kecacatan pada mata."
Jangankan di kawasan industri, kondisi air hujan di kota-kota besar umumnya juga tak terhindarkan dari pencemaran asap kendaraan bermotor. Belum lagi, seperti diingatkan Mira, tingkat polusi yang juga tinggi pada sumber penguapan air seperti sungai dan laut. Beda halnya dengan kondisi air hujan di daerah yang relatif bebas polusi. Air hujan yang bersih jarang menyebabkan sakit.
Sebagai gantinya, Mira dan Adi mengusulkan, ajaklah anak-anak bermain air di bawah hujan buatan yang kini banyak tersedia di tempat-tempat rekreasi. Jika pergi ke tempat rekreasi dirasakan terlalu memberatkan, maka orang tua bisa mengakalinya dengan membuat hujan buatan di pekarangan rumah. Bisa dengan menggunakan selang berisi air atau menghidupkan alat penyiram rumput di pekarangan.
Memang, hujan buatan atau pergi ke tempat rekreasi tidak bisa menggantikan asyiknya main hujan sungguhan yang alami dan spontan. Tapi setidaknya hal itu bisa menjadi alternatif bermain yang aman buat anak. Atau, orang tua juga bisa memanfaatkan kesempatan liburan ke tempat kakek atau nenek yang masih tinggal di daerah pedesaan saat musim hujan tiba. "Tapi jangan lupa lakukan tindakan persiapan sebelum dan sesudah anak bermain hujan," tandas Adi.
MANFAAT MAIN HUJAN-HUJANAN
Mira mengungkapkan manfaat main hujan-hujanan:
1. Mengembangkan daya eksplorasi anak
Saat butir-butir hujan turun, anak-anak usia prasekolah biasanya selalu ingin mengeksplorasinya. Ternyata air hujan itu bisa membuat rumput pekarangan rumah terendam air. Juga got-got di jalan meluap hingga menyebabkan jalan tergenang. Manfaatnya peristiwa itu untuk memberikan masukan kepada anak. "Makanya, kalau buang bungkus permen jangan sembarangan, soalnya bisa membuat got tersumbat dan akhirnya mengakibatkan banjir."
2. Melatih motorik kasar
Bermain hujan-hujanan kerap diiringi berbagai permainan aktif. Anak-anak bisa berlari-larian, berloncat-loncatan, atau saling mencipratkan air. Permainan tersebut sangat baik untuk melatih motorik kasar, juga melatih kekuatan otot-otot tubuhnya. Aktivitas ini ibarat olahraga yang mampu membuat tubuh anak sehat dan bugar.
3. Melatih sosialisasi
Bermain saat hujan biasanya dilakukan secara berkelompok. Permainan yang dilakukan secara berkelompok memang dirasakan lebih menarik. Saat bermain, anak belajar bergaul dan beradaptasi dengan teman-temannya.
4. Mengasah kecerdasan alam
Lewat bermain hujan-hujanan, orang tua bisa mengenalkan berbagai fenomena alam dengan bahasa sederhana. Orang tua bisa mengenalkan fenomena hujan. Dengan begitu, kecerdasan alam anak akan semakin terasah. Anak-anak setidaknya tahu apa yang terjadi dalam lingkungannya.
5. Mengembangkan imajinasi
Saat bermain, anak-anak juga kerap mengembangkan imajinasinya. Di bawah terpaan hujan anak dapat mengumpamakan dirinya sebagai seorang penari. Juga ada anak yang membayangkan dirinya sebagai seorang jagoan. Semua itu bisa berdampak positif terhadap perkembangan mental anak. Selain imajinasi, anak-anak juga bebas mengembangkan ekspresinya. Mereka bebas berteriak, melompat, dan berlari-larian.
6. Menghilangkan stres
Aktivitas bermain membuat anak gembira. Terlebih jika ia sudah ikut kegiatan "sekolah". Aktivitas-aktivitas di "sekolah" yang membosankan bisa membuat anak stres. Nah, dengan bermain, anak bisa menghilangkan stresnya.
JANGAN BIARKAN MAIN HUJAN, JIKA ....
Baik Mira maupun Adi tidak setuju jika main hujan-hujanan dilakukan di tengah kondisi seperti ini:
1. Hujannya disertai petir
Petir sangatlah berbahaya karena mengandung muatan listrik yang sangat besar. Peristiwa alamiah ini juga tidak bisa dicegah. Petir akan menyambar objek di permukaan bumi berupa bangunan, instalasi, pepohonan tinggi, dan orang yang berada di tempat terbuka. Anak-anak yang bermain di pekarangan berisiko terkena petir.
Tanpa dilarang pun, anak-anak biasanya langsung takut begitu mendengar suara petir. Otomatis mereka juga akan segan bermain hujan-hujanan yang disertai petir.
2. Anak sedang sakit
Banyak anak tertarik bermain hujan-hujanan meskipun sedang sakit atau baru sembuh dari sakit. Dalam kondisi tubuh seperti ini, daya tahan tubuhnya sangatlah rendah. Dikhawatirkan ia akan jatuh sakit lagi. Orang tua tentunya bisa mengajukan keberatan dengan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami, seperti, "Kalau main hujan-hujanan sekarang, sakit kamu bisa bertambah parah. Kalau sudah sembuh benar, Ibu juga akan izinkan, kok."
3. Mainnya di luar lingkungan rumah
Bermain hujan-hujanan di luar pekarangan rumah juga tidak diajurkan. Selain anak jadi tidak mudah diawasi, risiko lain juga mengintai, seperti pohon tumbang, tersengat kabel listrik yang putus, terpeleset ke dalam got, atau tertabrak kendaraan.
4. Terlalu lama
Batasi main hujan-hujanan hanya sampai 30 menit atau satu jam saja. Jangan lebih dari itu, karena akan membahayakan kesehatan anak.
(tabloid-nakita)
Latihan Motorik Halus
Anak-anak usia prasekolah butuh persiapan dasar yang matang sebelum bersekolah. Persiapan dasar, yang bisa dilakukan melalui permainan, antara lain melenturkan otot-otot tangan agar mampu memainkan gerakan rumit. Yaitu, gerakan-gerakan halus yang harus dikuasainya untuk melakukan kegiatan akademik seperti menulis dan menggambar. Aktivitas-aktivitas apa sajakah itu?
Menggunting kertas
Kegiatan memegang dan menggerakkan gunting melatih otot-otot yang sama yang akan digunakan untuk menulis. Anda perlu mencermati cara si kecil memegang gunting. Posisi gunting yang benar adalah, ibu jari dan jari tengah berada di dalam lubang gunting, jari telunjuk berada di bagian luar lubang gunting untuk menstabilkan gerak gunting. Sementara, jari keempat dan kelima menekuk ke arah telapak tangan. Beri si kecil keleluasaan melakukan kegiatan ini.
Melipat kertas
Keterampilan membuat origami baru akan dikuasai sungguh-sungguh saat anak berusia enam tahun. Tetapi latihan dapat dimulai sejak anak berusia tiga tahun.
Untuk anak-anak usia prasekolah, Anda bisa melatihnya membentuk persegi panjang atau segitiga dari selembar kertas berbentuk bujur sangkar. Bila si kecil sudah mahir membuat lipatan sederhana, Anda bisa melatihnya melipat bentuk amplop.
Jari-jari anak usia prasekolah masih kerap ‘terpeleset’, sehingga lipatannya pun kerap melenceng. Jadi, jangan terlalu menuntutnya membuat lipatan yang rapi.
Latihan melipat kertas akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak, yaitu saat anak melipat dan menekan lipatan itu. Kekuatan bagian telapak dan jari dibutuhkan untuk memegang dan menggerakkan pensil.
Memutar koin
Memegang uang logam pada posisi berdiri, kemudian memutarnya hingga menghasilkan putaran yang baik sangat disukai anak. Anak usia kira-kira empat tahun mulai dapat melakukannya, meski kadangkala jarinya masih terpeleset. Kegiatan ini melatih kelenturan otot kecil pada jari tangan, seperti digunakan saat membuat huruf-huruf menggunakan pensil.
Menyambung titik-titik
Ajak anak melatih keterampilan motoriknya dengan menyambung titik-titik kecil membentuk sebuah gambar. Keterampilan ini dibutuhkannya untuk menulis.
Anak-anak usia prasekolah gemar melakukan kegiatan ini. Tapi jangan paksa dia menyelesaikan seluruh latihannya bila mereka mengatakan, “Udah akh, capek, pegal.” Ini karena kekuatan otot lengan bagian atas mereka memang masih terbatas.
Melukis karton
Buatlah beberapa pola gambar pada karton, kemudian minta si kecil membuat gambar serupa dengan gambar yang Anda buat. Bisa juga Anda membuat pola gambar dengan titik-titik yang besar. Usahakan titik-titik itu arahnya bervariasi, dari samping kiri ke arah atas, dari atas ke bawah dan dari bawah ke arah samping. Mintalah anak menyambung titik-titik itu.
Kegiatan ini untuk mengembangkan keterampilan visual-motor anak yang akan digunakannya bila ia perlu membuat sebuah gambar besar. Misalnya, disain ruang atau taman.
Meronce
Untuk bisa meronce sedotan warna warni menjadi seuntai kalung, dibutuhkan kelenturan otot pada jari tangan. Seperti pada kegiatan menjahit, kegiatan ini mengandalkan kekuatan otot ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Cara anak memegang benang untuk dimasukkan ke dalam lubang sedotan sama dengan ketika ia memegang pensil untuk menulis.
Gambar tempel
Menempel stiker dapat dilakukan anak sejak ia berusia satu tahun. Pada usia ini, anak cenderung menempelkan stiker di tempat kosong. Ajak anak menempel stiker di atas sebuah pola yang berbentuk sama dengan bentuk stiker. Kegiatan ini lebih rumit karena anak harus mengerahkan kemampuan visual, imajinasi dan motorik halusnya. Kegiatan merekatkan gambar tempel ini melatih aspek visual-motor dan melibatkan imajinasi yang diperlukan anak dalam kegiatan menggambar.
Mie lilin
Permainan ini diminati sepanjang zaman. Dari lilin aneka warna, si kecil dapat menciptakan berbagai bentuk. Awalnya, Anda dapat menunjukkan bagaimana memperlakukan lilin itu menjadi bentuk-bentuk yang punya makna.
“Cacing”, mungkin bentuk pertama yang dibuat anak. Setelah berhasil membuat satu “cacing”, ia akan membuat lagi, lagi dan lagi. Dengan banyaknya “cacing” yang dibuatnya, muncul ide baru, dan ia menyebut bentuk itu “mie”. Bentuk ini memang paling dikuasai si kecil, karena ‘hanya’ mengandalkan telapak tangan yang dibantu kekuatan lengan untuk menekan dan menggulirkan lilin di atas meja. Begitu anak bosan dengan satu bentuk yang dikuasainya, ia akan mencoba bentuk lain. Permainan ini menguatkan seluruh otot tangannya, mulai dari lengan bagian atas, telapak dan jari tangan.
Immanuella F. Rachmani
Berawal dari Keseimbangan
Semua kegiatan yang mengandalkan keterampilan motorik halus dan visual-motor dipengaruhi stabilitas tubuh atau keseimbangan. Sebelum tubuh benar-benar seimbang, tangan tidak akan fokus pada keterampilan yang lebih khusus.
Jadi, begitu keseimbangan tubuh berkembang, tangan dan jari mulai berkembang lebih tangkas, tak sekadar melakukan gerakan meraih. Keseimbangan tubuh dapat diusahakan melalui gerakan-gerakan seperti:
* Merangkak dengan telapak tangan dan telapak kaki sebagai tumpuan, kemudian melakukan gerakan menyamping, mirip kepiting berjalan.
* Push-up dengan tangan bertumpu pada dinding.
* Gerakan berputar-putar yang sangat digemari anak usia tiga sampai empat tahun, juga merupakan gerakan yang bertujuan memperoleh keseimbangan.
* Bergelantungan seperti kera. Gerakan ini memang tak mudah dilakukan anak batita. Tetapi secara naluriah, anak usia ini senang bila kedua sisi tangannya dipegang, kemudian tubuhnya diangkat untuk melompati genangan air atau polisi tidur.
Jangan anggap remeh bila anak melakukan kegiatan yang tampak aneh-aneh. Tak perlu risau bila si kecil berkali-kali ingin mengulang aktivitas motorik yang itu-itu saja dan tak perlu mengalihkan kegiatannya hanya karena Anda bosan melihatnya. Anak belajar dari pengulangan. Biarkan ia mengulang gerakan yang belum ia kuasai dengan baik.
DI BALIK ASYIKNYA MAIN BERSAMA
Bagi anak prasekolah, adik merupakan teman bermain sehari-hari yang ada di rumah. Mereka bisa bermain apa saja. Bermain bersama tentulah dapat mempererat hubungan antarsaudara. Namun di sisi lain, bermain bersama juga memungkinkan munculnya bahaya, terutama bagi sang adik. Ini karena saat bermain, tak jarang anak melakukan hal-hal yang dapat membahayakan. Bisa karena kegiatan bermain itu sendiri. Bisa juga akibat kesalahpahaman dalam bermain hingga mereka bertengkar dan saling serang.
Tentu saja, dalam bermain anak sama sekali tak ada niatan untuk menyakiti. Umpama, si kakak yang berusia 4 tahun ingin meniru sikap keibuan dengan menggendong-gendong adiknya yang berusia 2 tahun. Ia hanya ingin menggendong tapi kemudian ia kehilangan keseimbangan dan si adik terlepas lalu terjatuh. Contoh lain, kakak dan adik main perang-perangan, tapi karena si kakak lebih kuat dan besar maka saat melakukan gerakan memukul tanpa sengaja ia menyakiti adiknya.
Ketahuilah, kemampuan kognitif anak masih terbatas. Di usia prasekolah, anak belum mampu memahami adanya kemungkinan bahaya dari tindakan yang dilakukannya karena pemikirannya belum begitu matang. Anak juga belum tahu persis kekuatan dirinya dalam mengangkat beban, atau seberapa kuat pukulannya agar tak sampai menyakiti adik.
Karena itulah, harus ada orang dewasa yang mengawasi anak prasekolahnya kala bermain bersama sang adik, baik yang sudah batita atau masih bayi. Bila tak diawasi dan kemudian terjadi sesuatu yang tak diinginkan, maka si prasekolah tak bisa sepenuhnya disalahkan. Ingat, tindakan anak sebagian besar dilakukan tanpa disengaja, meskipun sebelumnya ia sudah diperingatkan. Kecuali jika anak memang diketahui punya kecemburuan terhadap adik, dan selalu ingin menarik perhatian orang lain di sekitarnya.
BUKAN DIMARAHI
Bila si adik sampai terluka, terjatuh dan sebagainya karena tindakan sang kakak, maka yang harus dilakukan bukanlah memarahinya. Anak lebih memerlukan penjelasan langsung pada tujuan untuk dapat memahami kesalahannya. Contoh, "Kakak lihat, kan, karena mainnya tidak hati-hati, hidung adik jadi berdarah seperti itu. Lain kali tidak boleh lagi main sambil memukul, ya?" Setelah itu, mintalah si kakak untuk minta maaf kepada adiknya.
Sebetulnya, dengan kejadian adik yang berdarah dan kesakitan, si kakak melihat akibat yang ditimbulkan dari tindakannya. Bisa saja saat itu dia merasa bersalah atau ketakutan untuk beberapa saat. Namun, belum tentu dia tak akan mengulanginya lagi. Mengapa? Tak lain karena pemahamannya belum matang. Itulah mengapa, orangtua tak cukup hanya sekali saja memberitahukan dan menjelaskan pada anak, melainkan harus berulang-ulang.
Bisa jadi, akibat tindakannya itu berakibat fatal pada si adik. Umpama, tanpa disadari si kakak menduduki adiknya hingga cedera berat. Peristiwa ini bisa membuat si kakak trauma, mungkin sampai besarnya nanti. Jika si kakak akhirnya mengalami rasa takut, misalnya jadi takut melihat darah atau takut mendengar suara keras, orangtua dapat membantu anak mengatasi rasa takutnya dengan membantunya memiliki strategi menghadapi rasa takut, dan bukan menghindari. Contoh, jika suatu saat adik terluka dan berdarah karena jatuh, orangtua dapat mengajak kakak menolong adik dan melihat orangtua membersihkan luka adik, sambil menjelaskan bahwa adik luka karena jatuh. Jangan lupa pertimbangkan usia anak dan berilah penghargaan atas setiap kemajuan mengatasi rasa takut yang berhasil dicapainya.
JIKA KAKAK MENGANCAM
Sering terjadi, acara bermain bersama tak berjalan mulus dan lancar. Tahu-tahu kakak dan adik malah saling ejek, berebut, memukul, dan tak ada yang mau mengalah. Bahkan bukan tak mungkin si kakak mengancam adiknya dengan kata-kata yang mengerikan, "Awas, ya aku tusuk pakai garpu!"
Menghadapi hal ini, orangtua hendaknya jangan panik. Sikapi dengan tenang sambil katakan, "Mama tidak suka kalau ada kata-kata tak bagus seperti itu. Tak boleh kamu mengatakan seperti itu pada adik. Lain kali Mama tidak mau mendengar itu lagi, ya!" Selain itu, orangtua juga perlu mencari tahu dari mana anak memperoleh kosakata yang tak diharapkan dan mengerikan. Galilah dari cerita si anak. Tentu tidak dilakukan saat itu, melainkan ketika anak sudah dalam kondisi tenang. Bicaralah secara baik-baik pada anak.
Ada kemungkinan anak pernah mendengar perkataan seperti itu dari lingkungan rumah atau PG/TK-nya. Bisa juga dari tontonan yang pernah dilihatnya dan kemudian ia tirukan. Itulah perlunya orangtua mendampingi anak saat menonton teve. Orangtua hendaknya juga melihat kembali ke belakang apakah kemungkinan selama ini anak kurang diperhatikan, kurang pengawasan dan sebagainya. Bila memang demikian, segeralah upayakan perbaikan dengan menyediakan cukup waktu untuk bersama anak, serta memenuhi kebutuhan anak akan kasih sayang dan perhatian dari orangtua.
Dedeh Kurniasih
Narasumber:
Dr. Weny Savitry Sembiring Pandia, Psi., M.Si.,
dari Universitas Atmajaya, Jakarta
RAMBU MAIN DENGAN ADIK
Nah, untuk menghindari dari hal-hal yang tak diinginkan dalam bermain bersama, maka yang dapat orangtua lakukan antara lain:
1. Awasi saat kakak dan adik bermain bersama. Jika tidak ada ibu atau orangtua, hendaknya pengasuh atau orang dewasa di sekitarnya yang menemani anak bermain. Dengan begitu, orangtua bisa segera mencegah begitu melihat si kakak hendak melakukan tindakan yang dapat membahayakan adiknya. Jikapun si adik sampai mengalami sesuatu semisal terjatuh, maka bisa diketahui dengan pasti bagaimana kronologis kejadiannya. Umpama, jatuhnya si adik lantaran didorong si kakak namun tak sampai membuat kepala si adik terbentur.
2. Jika tak ada orang dewasa yang dapat dimintai bantuannya untuk mengawasi mereka bermain, hendaknya tempatkan mereka di tempat yang bisa tetap dalam pengawasan orangtua.
3. Hindari ruang bermain di sekitar anak dari benda-benda yang dapat membahayakan semisal kayu, benda-benda tajam, dan lainnya.
4. Sebelum bermain, jelaskan mana tindakan yang boleh dan tidak dilakukan. Misal, anak ingin main gendong-gendongan adiknya. Boleh saja dilakukan bila di atas kasur dan diawasi orangtua. Jelaskan pula main seperti apa yang tidak membahayakan. Kalau main berantem-beranteman sebaiknya tidak memukul keras dan tidak mengenai bagian-bagian tubuh tertentu. Akan lebih baik jika bisa menghindari permainan yang bersifat kekerasan fisik.
5. Alihkan dari permainan yang mungkin bisa membahayakan. Contoh, kalau mau main berantem-beranteman sebaiknya sediakan gantungan bantalan pasir yang dapat digunakan anak untuk sasaran pukulan, dan sebagainya.
6. Orangtua memberikan contoh yang baik. Jangan sampai kala orangtua bermain bersama anak menggunakan fisik seperti pura-pura memukul, mencubit, menggigit-gigit, menggelitik, dan lain-lain. Meski sebetulnya dengan maksud sayang, tapi anak akan meniru/mencontohnya dan menganggapnya sebagai suatu hal yang wajar dan boleh dilakukannya.
7. Hindari anak dari tontonan di rumah yang memberi pengaruh negatif.
8. Ajari adik membela diri kala diperlakukan tak menyenangkan oleh si kakak. Umpama, dengan mengatakan bahwa dirinya tak mau diperlakukan seperti itu oleh si kakak. Dengan begitu, si adik tidak selalu jadi "korban" dari sang kakak. Orangtua juga perlu memasukkan unsur sosialisasi pada si kakak, "Adik tak suka lo, diperlakukan seperti itu. Apalagi nanti temanmu di sekolah. Jika kamu seperti itu, nanti temanmu juga tak mau menemanimu bermain."
9. Alihkan dan arahkan anak pada permainan yang risiko bahayanya minimal atau tak ada, seperti permainan yang ada unsur edukatifnya semisal menggambar bersama, menyusun pasel bersama, main rumah-rumahan dengan satu penjual dan pembeli, dan sebagainya.
10. Beri aturan dalam bermain. Antara lain, tidak boleh ada perkataan kasar, tidak boleh memukul/mencubit/menjambak/menendang, siapa yang salah harus minta maaf, dan lainnya.
11. Berilah reward baik berupa pujian ataupun pelukan dan ciuman ketika anak menunjukkan perilaku baik dalam bermain bersama (selama bermain tidak berkelahi, tidak ada yang menangis/disakiti, dan sebagainya).(tabloid-nakita)