Walaupun si balita belum dapat membaca, Anda dapat mengajarnya ‘membaca’ dan mencintai buku. Berikut ini cara-cara mudah yang dapat Anda terapkan .
Kemampuan membaca dan mencintai buku penting ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini. Karena, kegiatan membaca bersama anak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi pembentukan dasar diri si kecil, juga untuk keseluruhan proses belajar anak, kelak.
Walaupun anak Anda masih berusia balita, dan membaca sebaiknya baru diajarkan ketika anak masuk usia sekolah, namun Anda dapat mulai mengajak anak mencintai buku melalui berbagai cara, antara lain:
* Memberi buku-buku cerita yang menarik
Pilihlah buku yang terbuat dari kertas karton tebal tahan air bagi bayi maupun anak batita. Buku yang terbuat dari karton tebal tidak mudah rusak jika dibuka-buka maupun dimainkan. Selain itu, carilah buku-buku dengan gambar dan warna yang menarik. Buku dengan banyak gambar dan sedikit tulisan akan lebih menarik bagi si batita.
* Membuat perpustakaan mini
Buatlah perpustakaan mini yang sederhana, dan ciptakan suasana yang nyaman. Misalnya, menyediakan lahan khusus dengan karpet atau berbagai bantalan di dekat rak tempat si kecil menyimpan buku-bukunya. Upayakan agar rak mudah dijangkau oleh tangan mungil anak, serta tidak membahayakannya.
* Membacakan cerita secara berkala
Sediakan waktu secara berkala untuk membacakan cerita yang menarik bagi anak. Misalnya, sebelum tidur. Carilah cerita yang menyenangkan dan bacakan dengan cara menarik. Jika mungkin, buatlah alat peraga sederhana untuk menunjang cerita. Misalnya, boneka tangan yang dijadikan sebagai tokoh cerita.
* Bermain tebak-tebakan cerita
Ketika membacakan sebuah cerita pada anak, berhentilah pada satu titik tertentu ketika cerita mengarah ke satu arah, lalu tanyakan apa yang terjadi dengan tokoh utama menurut anak. Biasakan si kecil mengarang kelanjutan ceritanya sendiri dengan tebakan-tebakannya. Dengan cara ini ia terbiasa mengarang sebuah cerita sendiri
* Membacakan apa saja
Jangan hanya berhenti pada buku cerita. Bacakan apa saja yang dapat Anda baca dengan suara keras. Misalnya, Anda dapat membaca secara keras resep makanan yang Anda buat, atau amplop surat yang Anda terima. Baca bagian-bagian yang mudah dimengerti. Misalnya, nama dan alamat pengirim surat . Selain itu, tunjuk tulisan apa saja yang terpampang di jalan dan bacakan dengan keras.
* Menciptakan suatu tokoh
Carilah serial cerita yang sangat disukai anak, yang menggambarkan suatu tokoh yang mengajarkan atau mengamalkan kebaikan. Buatlah tokoh tersebut sebagai tokoh panutan yang dikenal seluruh keluarga, sehingga akan sering disebut-sebut dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Dengan cara itu, secara tidak langsung, sang tokoh pun mengajarkan berbagai nilai pada anak.
* Meminta anak ‘membaca’ cerita
Sekali-sekali mintalah anak memilih buku cerita yang disukainya, lalu biarkan ia ‘membacakan’ isinya untuk Anda. Biarlah anak bercerita sesuai apa yang ingin diceritakannya. Jangan melontarkan kritik. Misalnya, mengatakan bahwa isi buku tersebut sangat berbeda dengan apa yang diceritakannya. Kritik Anda dapat mematikan semangatnya untuk merangkai sebuah cerita versinya sendiri.
* Membuat buku cerita bersama
Biasakan untuk menanyakan cerita dibalik setiap gambar yang dibuatnya, lalu menuliskan cerita tersebut di bawah gambarnya. Jadikan satu lembaran-lembaran gambar beserta ceritanya tersebut, lalu dijilid. Jika anak terbiasa membuat cerita-cerita terhadap gambar-gambar yang dibuatnya, ajaklah ia membuat buku ceritanya sendiri. Minta si kecil membuat gambar semacam gambar kartun berseri. Anda dapat menuliskan apa yang diceritakan mengenai gambar yang dibuatnya tersebut sehingga jadilah sebuah cerita bergambar sederhana.
* Mengajak bermain huruf dan angka
Berbagai mainan dapat merangsang si kecil untuk mengenal huruf dan angka. Ajaklah ia memainkannya. Misalnya, minta dia untuk mencari dua kartu dengan angka atau huruf yang sama bentuknya. Atau, pasanglah kertas bertuliskan nama-nama benda pada benda yang ada di sekitarnya. Permainan-permainan sederhana ini merupakan upaya awal anak untuk dapat belajar membaca.
* Memperlihatkan asyiknya membaca
Biarkan si kecil melihat betapa asyiknya Anda membaca berbagai buku. Tunjukkan pada anak bahwa membaca sangat menyenangkan. Dengan membaca kita mengetahui berbagai hal di berbagai tempat, tanpa perlu pergi ke tempat tersebut. Perlihatkan berbagai buku yang menggambarkan beragam hal, seperti negeri-negeri seberang dan segala keunikannya, atau berbagai flora dan fauna. Ceritakan pada anak intisari dari buku-buku yang Anda baca, sesuai pemahaman anak balita.
Esthi Nimita Lubis (ayahbunda)
Tampilkan postingan dengan label Membaca. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Membaca. Tampilkan semua postingan
Beberapa cara meningkatkan minat baca anak
Sumber: Ibu-ibu DI
Ibu, ini ada beberapa tips untuk meningkatkan minat baca anak:
1. Bacakan buku untuk anak setiap hari (jadikan kebiasaan).
2. Usahakan buku mudah dilihat dan dijangkau oleh anak
3. Ajak anak ke tempat yang ada di buku
4. Bacakan dengan ekspresi
5. Lakukan dengan kegiatan mendongeng.
6. Perkenalkan anak pada bacaan-bacaan yg ada di sekitar kita
7. Beri kesempatan mengarang
8. Libatkan seluruh anggota keluarga
9. Ajak anak bereksperimen
10. Mulai dengan orangtua membaca
11. Hargai buku, berikan sebagai hadiah
12. Lakukan dengan gembira [An]
Memang agak susah meningkatkan minat baca pada anak kalau orangtua tidak mulai dari diri sendiri. Tapi kebetulan ada satu cara menarik yang dipakai di sekolah untuk meningkatkan minat baca anak. Di sekolah ada yang namanya Reading Campaign. Anak-anak punya kesempatan 2-3X seminggu untuk pinjam buku dari library, biasanya sehari/dua hari setelah itu anak-anak akan ditanya isi buku yang mereka pinjam. Bentuknya bisa mereka yang diminta untuk mengulang cerita tersebut di depan kelas, ataupun menjawab pertanyaan dari guru seputar isi buku yang dibaca. Bagi yang bisa menjawab atau menceritakan dengan baik, bakal dapat "stamp" di bagian belakang buku harian anak yang memang disediakan untuk catatan buku yang sudah dibaca. Di akhir semester nanti ada pengumuman 10 anak pembaca buku terbanyak dan mereka akan dapat hadiah. Terbukti cara ini efektif sekali memancing minat baca anak-anak, semua jadi berlomba membaca utk mendapatkan sebuah "stamp".
"You may have tangible wealth untold : Cackets of jewels and coffers of gold Richer than I you can never be - I had a Mother who read to me - Strickland Gillilan – [DN]
Karena suksesnya program ini, kalau tahun yang lalu hanya diadakan sekali, tahun ini program akan secara berkesinambungan dilakukan sepanjang tahun. Dan bukan hanya buku-buku bahasa inggris yang 'disarankan' untuk dibaca, tapi juga buku-buku bahasa indonesia akan diperbanyak. DN, di kelas anakku malah ada hadiah tambahan yaitu berupa drink voucher kalau bisa mengumpulkan 20 stamps, kata anakku. Semangat sekali dia, setiap hari pulang dengan laporan : ma, today i got another another stamps, so I have .... stamps now. Padahal drink voucher itu murah sekali, tapi yang penting buat anak-anak adalah penghargaan terhadap usaha mereka. Bagus sekali, Aku juga jadi terpacu juga, tambah rajin membacakan cerita buat anak-anak tiap malam. Biar masih ada kerjaan, biar mata sudah rapat, biar anakku sudah bisa membacakan buat adiknya, aku tetap usahakan membacakan buat mereka [Stl]
Wah, di Jakarta rasanya sekolahnya bagus ya? Sekolah di Surabaya sepertinya belum terlalu menekankan pada minat baca anak. Aku sendiri kan punya toko buku dan mainan anak di rumah, tapi susah sekali kalau mau jual buku, yang laku selalu mainan. Kalau ditawari buku biasanya mamanya selalu bilang belum bisa baca, atau takut disobek, dan lain-lain. Pokoknya susah sekali kalau memasarkan buku. Paling-paling yang laku buku mewarna atau komik. Di Surabaya juga jarang ada pameran buku anak atau semacamnya. Padahal pengalamanku sendiri, buku bisa membuat anak lebih tenang, tidak rewel. Kalau aku lagi repot, biasanya anakku aku kasih buku, biar belum bisa baca tapi dia suka lihat gambarnya, dan itu sudah cukup untuk membuat dia sibuk [Crln]
Ibu, ini ada beberapa tips untuk meningkatkan minat baca anak:
1. Bacakan buku untuk anak setiap hari (jadikan kebiasaan).
2. Usahakan buku mudah dilihat dan dijangkau oleh anak
3. Ajak anak ke tempat yang ada di buku
4. Bacakan dengan ekspresi
5. Lakukan dengan kegiatan mendongeng.
6. Perkenalkan anak pada bacaan-bacaan yg ada di sekitar kita
7. Beri kesempatan mengarang
8. Libatkan seluruh anggota keluarga
9. Ajak anak bereksperimen
10. Mulai dengan orangtua membaca
11. Hargai buku, berikan sebagai hadiah
12. Lakukan dengan gembira [An]
Memang agak susah meningkatkan minat baca pada anak kalau orangtua tidak mulai dari diri sendiri. Tapi kebetulan ada satu cara menarik yang dipakai di sekolah untuk meningkatkan minat baca anak. Di sekolah ada yang namanya Reading Campaign. Anak-anak punya kesempatan 2-3X seminggu untuk pinjam buku dari library, biasanya sehari/dua hari setelah itu anak-anak akan ditanya isi buku yang mereka pinjam. Bentuknya bisa mereka yang diminta untuk mengulang cerita tersebut di depan kelas, ataupun menjawab pertanyaan dari guru seputar isi buku yang dibaca. Bagi yang bisa menjawab atau menceritakan dengan baik, bakal dapat "stamp" di bagian belakang buku harian anak yang memang disediakan untuk catatan buku yang sudah dibaca. Di akhir semester nanti ada pengumuman 10 anak pembaca buku terbanyak dan mereka akan dapat hadiah. Terbukti cara ini efektif sekali memancing minat baca anak-anak, semua jadi berlomba membaca utk mendapatkan sebuah "stamp".
"You may have tangible wealth untold : Cackets of jewels and coffers of gold Richer than I you can never be - I had a Mother who read to me - Strickland Gillilan – [DN]
Karena suksesnya program ini, kalau tahun yang lalu hanya diadakan sekali, tahun ini program akan secara berkesinambungan dilakukan sepanjang tahun. Dan bukan hanya buku-buku bahasa inggris yang 'disarankan' untuk dibaca, tapi juga buku-buku bahasa indonesia akan diperbanyak. DN, di kelas anakku malah ada hadiah tambahan yaitu berupa drink voucher kalau bisa mengumpulkan 20 stamps, kata anakku. Semangat sekali dia, setiap hari pulang dengan laporan : ma, today i got another another stamps, so I have .... stamps now. Padahal drink voucher itu murah sekali, tapi yang penting buat anak-anak adalah penghargaan terhadap usaha mereka. Bagus sekali, Aku juga jadi terpacu juga, tambah rajin membacakan cerita buat anak-anak tiap malam. Biar masih ada kerjaan, biar mata sudah rapat, biar anakku sudah bisa membacakan buat adiknya, aku tetap usahakan membacakan buat mereka [Stl]
Wah, di Jakarta rasanya sekolahnya bagus ya? Sekolah di Surabaya sepertinya belum terlalu menekankan pada minat baca anak. Aku sendiri kan punya toko buku dan mainan anak di rumah, tapi susah sekali kalau mau jual buku, yang laku selalu mainan. Kalau ditawari buku biasanya mamanya selalu bilang belum bisa baca, atau takut disobek, dan lain-lain. Pokoknya susah sekali kalau memasarkan buku. Paling-paling yang laku buku mewarna atau komik. Di Surabaya juga jarang ada pameran buku anak atau semacamnya. Padahal pengalamanku sendiri, buku bisa membuat anak lebih tenang, tidak rewel. Kalau aku lagi repot, biasanya anakku aku kasih buku, biar belum bisa baca tapi dia suka lihat gambarnya, dan itu sudah cukup untuk membuat dia sibuk [Crln]
TRIK SIAPKAN ANAK PANDAI MEMBACA
Tumbuhkan terlebih dahulu minat anak pada bacaan. Berikutnya, belajar membaca akan menjadi acara yang ditunggu si prasekolah.
Kini banyak sekolah dasar memberlakukan tes baca bagi anak-anak prasekolah yang mendaftar. Tes ini selalu menimbulkan pro-kontra karena dalam kenyataannya kesiapan membaca pada anak tidaklah sama. Dra. Evita E. Singgih-Salim M.Psi., mengatakan, ada anak yang sudah tertarik dan mau belajar membaca pada usia 3 tahun, tapi ada pula yang baru pada usia 6 tahun.
"Kesiapan yang berbeda-beda pada setiap anak, mengakibatkan orang tua atau guru tidak bisa memaksakan keinginan agar anak bisa membaca. Bila dipaksa, anak malah menarik diri dan malas untuk belajar," ungkap Evita di ruang kerjanya Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok.
Namun menurutnya, ada 2 tahapan besar yang bisa dimanfaatkan untuk mempersiapkan kemampuan membaca pada anak. Pertama pada saat bayi berusia 3 bulan, kedua pada saat anak berusia 2-4 tahun.
LANGKAH AWAL: RANGSANG KEMAMPUAN AUDIO-VISUALNYA
* Mengenal Bentuk Visual
Pada usia 3 bulan, persiapan membaca dapat dimulai dengan membangun kemampuan untuk membedakan dan mengingat aneka bentuk visual sebagai persiapan untuk mengenal aneka bentuk huruf. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengenalkan bayi pada aneka mainan berbentuk segitiga, segiempat, lingkaran, kubus, bola, kerucut, silinder, dan sebagainya.
* Bacakan Cerita
Untuk memupuk motivasi membaca lakukan dengan cara membacakan buku-buku cerita pada bayi. Tentunya diawali dengan buku-buku cerita yang sederhana dengan gambar-gambar yang indah dan penuh warna. Lewat kegiatan itu, anak dirangsang kepekaannya akan bunyi yang menjadi dasar bagi pengenalan bunyi huruf (fonem).
Bayi pun memahami bahwa ada kegiatan membaca yang sangat menyenangkan. Manfaat lain yang dapat diraih yakni bayi memperoleh kedekatan dan kenyamanan dari orang tua saat dibacakan cerita.
* Mengasah Kepekaan pada Bunyi
Ketika anak memasuki usia 2- 4 tahun, persiapan dapat dilakukan dengan cara mengasah kepekaannya akan bunyi. Hal ini memungkinkan anak untuk membedakan berbagai bunyi huruf atau fonem (vokal, konsonan, dan diftong). Misalnya beda bunyi "bu", "pa" dan "dong" sehingga lebih mudah baginya mengaitkan antara huruf dan bunyi. Disamping itu anak mulai menimbun kosakata dan ini sangat bermanfaat nanti saat belajar membaca.
Kata Evita, "Anak yang memiliki banyak kosakata dan paham artinya akan lebih mudah dalam belajar membaca, sebab awal dari kemampuan membaca adalah memahami makna suatu kata." Misalnya, akan lebih mudah bagi anak untuk belajar bahwa susunan huruf "m"-"a"-"c"-"a"-"n" berbunyi "macan" bila ia tahu apa itu macan.
Anak akan berusaha mencocokkan antara satu kata yang dibaca dengan artinya. Jadi, anak saat membaca tak sekadar membunyikan tapi juga mampu menangkap maknanya. Untuk memudahkan anak memahami makna kata-kata dalam bentuk tulisan, adanya gambar akan sangat membantu.
METODE MEMPERSIAPKAN MEMBACA
Setelah itu, saran Evita, ada beberapa cara yang lebih terfokus untuk mempersiapkan anak belajar membaca. Lakukan persiapan ini secara bertahap.
1. Tumbuhkan terlebih dahulu minat anak pada bacaan
Caranya, ceritakan pada anak tentang kehebatan buku. Bahwa dalam buku ada banyak hal yang dapat diketahui, dan bahwa buku mampu menjawab pertanyaan yang ia ajukan, dari asal-usul kilat sampai sejarah peniti.
Bacakan buku cerita yang menarik saat menjelang tidur. Dengan kegiatan ini anak menyadari bahwa kegiatan membaca itu menyenangkan. Bedakan antara kegiatan membaca dan mendongeng. Hendaknya pada saat membacakan buku, orang tua tidak mengubah-ubah kata yang tertulis di buku. Sambil
mendengarkan apa yang dibacakan orang tuanya, anak mulai berusaha mengenali berbagai huruf yang dirangkai menjadi kata, kata menjadi kalimat, dan seterusnya. Anak jadi tahu ada bunyi yang dihasilkan dari rangkaian bentuk di atas kertas dan ada arti dari rangkaian bunyi itu.
2. Amati kesiapan anak untuk belajar membaca
Umumnya anak yang telah siap akan kerap minta diajarkan membaca. Kesiapan ini dapat pula dilihat melalui respons anak saat ditawari belajar membaca. Bila responsnya sangat positif atau menggebu berarti anak telah siap. Namun, bila terlihat malas-malasan, itu pertanda anak belum siap.
3. Perkenalkan kegiatan membaca melalui bermain
Memperkenalkan aneka bentuk huruf, misalnya, lakukan dengan menciptakan suasana bermain yang menyenangkan. Umumnya dalam suasana bermain anak akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Cara penyampaiannya dapat disesuaikan dengan minat anak. Misalnya, anak-anak yang menyukai binatang mulai dikenalkan pada kosakata dan tulisan dari jenis-jenis binatang. "c" untuk cacing, "d" untuk domba, "g" untuk gajah, dan sebagainya.
Bisa juga dengan mendongengkan cerita asal-usul huruf yang kita karang sendiri. Kemudian, sampaikan bahwa huruf itu kelak akan membentuk tulisan. Selanjutnya, tulisan itu bermanfaat sebagai alat komunikasi. Dari situ anak paham bahwa tulisan dibuat dengan maksud khusus.
Bentuk permainan lain yang tak kalah menarik adalah bermain ala detektif. Ajak anak untuk memecahkan kode-kode. Kode-kode itu berupa huruf-huruf. Lewat permainan ini, anak menjadi tertantang untuk mengenal huruf.
4. Kenalkan huruf kecil terlebih dulu
Selain itu, yang patut diperhatikan adalah bentuk huruf yang digunakan. Hindari menggunakan huruf besar semua, sebab anak terlebih dahulu mengamati kontur atau garis tulisan. Bila huruf besar semua maka kontur tulisannya akan membuat anak bingung. Beda halnya jika yang digunakan adalah huruf-huruf kecil. Jadi lebih baik untuk pertama kali kenalkan tulisan yang menggunakan huruf kecil saja.
FAKTOR PENDUKUNG
BILA anak telah merasa siap untuk belajar membaca, orang tua hendaknya menyediakan waktu dan fasilitas-fasilitas pendukungnya.
* Sediakan buku-buku menarik dan sederhana
Untuk pemula, menurut Evita sebaiknya dipilihkan buku-buku dengan kalimat-kalimat yang pendek, kata-kata yang sederhana, dan gambar-gambar yang menarik. Salah satu cara yang telah dilakukan Evita bagi putri bungsunya adalah dengan membuatkan buku tentang pribadi anak dan hal-hal yang diminati serta dikenal anak. Alhasil, putri bungsunya sudah mampu membaca saat usianya 3 tahun.
Evita mencontohkan, di halaman pertama ada gambar seorang anak perempuan. Tulisannya dibuat sederhana dengan warna-warna yang menarik. Bunyi tulisan itu, "Ada seorang anak perempuan bernama Dita dengan rambut hitam panjang bak sutera Cina." Pada halaman berikutnya, diceritakan ia memiliki 2 orang kakak. "Saat dibacakan Dita langsung bersemangat karena ia tahu itu tentang dirinya dan ia mengenal kata-kata yang tercantum," paparnya.
Anak memang lebih tertarik membaca (dan juga menulis) tentang hal-hal yang dekat dengan dirinya. Coba saja perhatikan, kata pertama yang bisa dibaca anak biasanya adalah namanya sendiri, lalu panggilan bagi kedua orang tuanya. Begitu juga saat ia mulai belajar menulis.
* Budayakan cinta buku di rumah
Yang tak kalah penting, hendaknya orang tua pun harus memiliki minat baca yang tinggi. Dengan demikian orang tua dapat menjadi model bagi anak-anaknya. "Anak yang melihat orang tuanya sering membaca, umumnya akan lebih mudah tertarik pada buku. 'Ibu membaca buku apa sih?' Ini sudah merupakan pertanda anak berminat pada buku. Selanjutnya, tugas orang tua adalah memberikan fasilitas untuk mengembangkan minat tersebut," harap Evita.
Intinya, budayakan cinta buku dan membaca di rumah untuk seluruh anggota keluarga. Dampaknya, anak jadi lebih cepat siap belajar membaca.
(tabloid-nakita)
Kini banyak sekolah dasar memberlakukan tes baca bagi anak-anak prasekolah yang mendaftar. Tes ini selalu menimbulkan pro-kontra karena dalam kenyataannya kesiapan membaca pada anak tidaklah sama. Dra. Evita E. Singgih-Salim M.Psi., mengatakan, ada anak yang sudah tertarik dan mau belajar membaca pada usia 3 tahun, tapi ada pula yang baru pada usia 6 tahun.
"Kesiapan yang berbeda-beda pada setiap anak, mengakibatkan orang tua atau guru tidak bisa memaksakan keinginan agar anak bisa membaca. Bila dipaksa, anak malah menarik diri dan malas untuk belajar," ungkap Evita di ruang kerjanya Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok.
Namun menurutnya, ada 2 tahapan besar yang bisa dimanfaatkan untuk mempersiapkan kemampuan membaca pada anak. Pertama pada saat bayi berusia 3 bulan, kedua pada saat anak berusia 2-4 tahun.
LANGKAH AWAL: RANGSANG KEMAMPUAN AUDIO-VISUALNYA
* Mengenal Bentuk Visual
Pada usia 3 bulan, persiapan membaca dapat dimulai dengan membangun kemampuan untuk membedakan dan mengingat aneka bentuk visual sebagai persiapan untuk mengenal aneka bentuk huruf. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengenalkan bayi pada aneka mainan berbentuk segitiga, segiempat, lingkaran, kubus, bola, kerucut, silinder, dan sebagainya.
* Bacakan Cerita
Untuk memupuk motivasi membaca lakukan dengan cara membacakan buku-buku cerita pada bayi. Tentunya diawali dengan buku-buku cerita yang sederhana dengan gambar-gambar yang indah dan penuh warna. Lewat kegiatan itu, anak dirangsang kepekaannya akan bunyi yang menjadi dasar bagi pengenalan bunyi huruf (fonem).
Bayi pun memahami bahwa ada kegiatan membaca yang sangat menyenangkan. Manfaat lain yang dapat diraih yakni bayi memperoleh kedekatan dan kenyamanan dari orang tua saat dibacakan cerita.
* Mengasah Kepekaan pada Bunyi
Ketika anak memasuki usia 2- 4 tahun, persiapan dapat dilakukan dengan cara mengasah kepekaannya akan bunyi. Hal ini memungkinkan anak untuk membedakan berbagai bunyi huruf atau fonem (vokal, konsonan, dan diftong). Misalnya beda bunyi "bu", "pa" dan "dong" sehingga lebih mudah baginya mengaitkan antara huruf dan bunyi. Disamping itu anak mulai menimbun kosakata dan ini sangat bermanfaat nanti saat belajar membaca.
Kata Evita, "Anak yang memiliki banyak kosakata dan paham artinya akan lebih mudah dalam belajar membaca, sebab awal dari kemampuan membaca adalah memahami makna suatu kata." Misalnya, akan lebih mudah bagi anak untuk belajar bahwa susunan huruf "m"-"a"-"c"-"a"-"n" berbunyi "macan" bila ia tahu apa itu macan.
Anak akan berusaha mencocokkan antara satu kata yang dibaca dengan artinya. Jadi, anak saat membaca tak sekadar membunyikan tapi juga mampu menangkap maknanya. Untuk memudahkan anak memahami makna kata-kata dalam bentuk tulisan, adanya gambar akan sangat membantu.
METODE MEMPERSIAPKAN MEMBACA
Setelah itu, saran Evita, ada beberapa cara yang lebih terfokus untuk mempersiapkan anak belajar membaca. Lakukan persiapan ini secara bertahap.
1. Tumbuhkan terlebih dahulu minat anak pada bacaan
Caranya, ceritakan pada anak tentang kehebatan buku. Bahwa dalam buku ada banyak hal yang dapat diketahui, dan bahwa buku mampu menjawab pertanyaan yang ia ajukan, dari asal-usul kilat sampai sejarah peniti.
Bacakan buku cerita yang menarik saat menjelang tidur. Dengan kegiatan ini anak menyadari bahwa kegiatan membaca itu menyenangkan. Bedakan antara kegiatan membaca dan mendongeng. Hendaknya pada saat membacakan buku, orang tua tidak mengubah-ubah kata yang tertulis di buku. Sambil
mendengarkan apa yang dibacakan orang tuanya, anak mulai berusaha mengenali berbagai huruf yang dirangkai menjadi kata, kata menjadi kalimat, dan seterusnya. Anak jadi tahu ada bunyi yang dihasilkan dari rangkaian bentuk di atas kertas dan ada arti dari rangkaian bunyi itu.
2. Amati kesiapan anak untuk belajar membaca
Umumnya anak yang telah siap akan kerap minta diajarkan membaca. Kesiapan ini dapat pula dilihat melalui respons anak saat ditawari belajar membaca. Bila responsnya sangat positif atau menggebu berarti anak telah siap. Namun, bila terlihat malas-malasan, itu pertanda anak belum siap.
3. Perkenalkan kegiatan membaca melalui bermain
Memperkenalkan aneka bentuk huruf, misalnya, lakukan dengan menciptakan suasana bermain yang menyenangkan. Umumnya dalam suasana bermain anak akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Cara penyampaiannya dapat disesuaikan dengan minat anak. Misalnya, anak-anak yang menyukai binatang mulai dikenalkan pada kosakata dan tulisan dari jenis-jenis binatang. "c" untuk cacing, "d" untuk domba, "g" untuk gajah, dan sebagainya.
Bisa juga dengan mendongengkan cerita asal-usul huruf yang kita karang sendiri. Kemudian, sampaikan bahwa huruf itu kelak akan membentuk tulisan. Selanjutnya, tulisan itu bermanfaat sebagai alat komunikasi. Dari situ anak paham bahwa tulisan dibuat dengan maksud khusus.
Bentuk permainan lain yang tak kalah menarik adalah bermain ala detektif. Ajak anak untuk memecahkan kode-kode. Kode-kode itu berupa huruf-huruf. Lewat permainan ini, anak menjadi tertantang untuk mengenal huruf.
4. Kenalkan huruf kecil terlebih dulu
Selain itu, yang patut diperhatikan adalah bentuk huruf yang digunakan. Hindari menggunakan huruf besar semua, sebab anak terlebih dahulu mengamati kontur atau garis tulisan. Bila huruf besar semua maka kontur tulisannya akan membuat anak bingung. Beda halnya jika yang digunakan adalah huruf-huruf kecil. Jadi lebih baik untuk pertama kali kenalkan tulisan yang menggunakan huruf kecil saja.
FAKTOR PENDUKUNG
BILA anak telah merasa siap untuk belajar membaca, orang tua hendaknya menyediakan waktu dan fasilitas-fasilitas pendukungnya.
* Sediakan buku-buku menarik dan sederhana
Untuk pemula, menurut Evita sebaiknya dipilihkan buku-buku dengan kalimat-kalimat yang pendek, kata-kata yang sederhana, dan gambar-gambar yang menarik. Salah satu cara yang telah dilakukan Evita bagi putri bungsunya adalah dengan membuatkan buku tentang pribadi anak dan hal-hal yang diminati serta dikenal anak. Alhasil, putri bungsunya sudah mampu membaca saat usianya 3 tahun.
Evita mencontohkan, di halaman pertama ada gambar seorang anak perempuan. Tulisannya dibuat sederhana dengan warna-warna yang menarik. Bunyi tulisan itu, "Ada seorang anak perempuan bernama Dita dengan rambut hitam panjang bak sutera Cina." Pada halaman berikutnya, diceritakan ia memiliki 2 orang kakak. "Saat dibacakan Dita langsung bersemangat karena ia tahu itu tentang dirinya dan ia mengenal kata-kata yang tercantum," paparnya.
Anak memang lebih tertarik membaca (dan juga menulis) tentang hal-hal yang dekat dengan dirinya. Coba saja perhatikan, kata pertama yang bisa dibaca anak biasanya adalah namanya sendiri, lalu panggilan bagi kedua orang tuanya. Begitu juga saat ia mulai belajar menulis.
* Budayakan cinta buku di rumah
Yang tak kalah penting, hendaknya orang tua pun harus memiliki minat baca yang tinggi. Dengan demikian orang tua dapat menjadi model bagi anak-anaknya. "Anak yang melihat orang tuanya sering membaca, umumnya akan lebih mudah tertarik pada buku. 'Ibu membaca buku apa sih?' Ini sudah merupakan pertanda anak berminat pada buku. Selanjutnya, tugas orang tua adalah memberikan fasilitas untuk mengembangkan minat tersebut," harap Evita.
Intinya, budayakan cinta buku dan membaca di rumah untuk seluruh anggota keluarga. Dampaknya, anak jadi lebih cepat siap belajar membaca.
(tabloid-nakita)
MUDAH MEMBACA BERKAT KESADARAN FONEMIK
Sayang, metode ini jarang digunakan. Padahal lagu kanak-kanak klasik berbahasa Indonesia merupakan kesadaran fonemik (phonemic awareness) yang baik.
Kesadaran fonemik atau kesadaran bunyi adalah kemampuan mendengarkan dan melafalkan dengan benar suatu kata berdasarkan bunyinya. Setiap huruf yang membentuk kata mempunyai bunyi masing-masing, seperti huruf a [a], b [beuh], c [ceuh], dan sebagainya. Bunyi fonem ini, bagaimana penulisan dan cara bacanya, tertera dalam kamus bahasa.
Di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris, pengajaran dengan menggunakan kesadaran bunyi sudah biasa diterapkan. Alasannya, bahasa yang mereka gunakan cukup sulit dan kompleks sehingga dibuatlah suatu cara untuk mengajari anak agar bisa belajar membaca dengan permainan bunyi, semisal lewat permainan kata yang bunyinya hampir sama seperti bed dan bad, a for apple, b for bee, dan sebagainya. Ada juga yang lewat lagu.
Sementara bahasa Indonesia termasuk bahasa yang sangat sederhana. Contohnya kalimat, "Saya tadi makan pagi." Untuk mengubah penanda waktunya, kata keterangan "tadi" harus diganti dengan penanda waktu lain yang memang jelas berbeda seperti, "Saya kemarin makan pagi." Bunyi [tadi] dan [kemarin] sangatlah berbeda sehingga kesadaran bunyi dalam bahasa Indonesia jarang ditekankan pada anak. Berbeda halnya dengan penanda waktu berupa perbedaan bunyi (dan juga tulisan) yang antara lain terdapat dalam bahasa Inggris ini, "I eat my breakfast every morning" dengan "I ate my breakfast yesterday."
Padahal, pengenalan perbedaan bunyi dalam bahasa Indonsia pun dapat mempermudah anak belajar membaca. Kemampuan membaca yang benar merupakan modal bagi anak untuk dapat memahami apa yang dibaca.
Soal cepat-tidaknya anak bisa membaca tentu tergantung pada kecepatan dan daya tangkap masing-masing. Selain juga tergantung pada seberapa sering dan lama stimulasi yang diberikan kepadanya.
CARA MENGENALKAN
Prinsipnya, phonemic awareness adalah kegiatan pramembaca pada anak namun tidak berkaitan dengan membaca itu sendiri. Jadi, anak belajarnya tanpa merasa belajar membaca dalam arti sesungguhnya. Anak akan merasa bermain karena dilakukan lewat bernyanyi, bersajak atau permainan bunyi huruf, suku kata maupun kata. Cara ini dapat membantu anak lebih mudah dalam belajar membaca.
Jadi, kesadaran bunyi ini dibangun lewat berpantun, bersajak, bernyanyi, bermain kata, dan sebagainya. Tentunya kata-kata yang digunakan sederhana dan berirama. Umpama, syair dalam lagu Cicak di Dinding. Cara-cara seperti ini akan membantu anak mengenali bunyi bahasa tersebut. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
* Membunyikan huruf demi huruf
Anak akan mengenal bunyi-bunyi dengan mendengar. Misalnya, anak diajak membunyikan huruf demi huruf. Selain itu anak melihat misalnya kata "bicara" lalu anak diajak membunyikan masing-masing hurufnya dan kemudian menggabungkan bunyi huruf tersebut menjadi kata (bottom-up). Bisa juga caranya dipecah dari kata "bicara" menjadi huruf, sambil baca masing-masing huruf dibunyikan (top-down).
* Berpantun atau lagu
Syairnya dituliskan besar-besar per kata dan ditempelkan di dinding. Ketika dinyanyikan sambil ditunjukkan bunyi-bunyi yang dimaksud, apakah suku kata atau kata, anak akan terbiasa melihat tulisan dan bunyi bacaannya.
* Bermain tebak kata
Contoh, kartu bergambar telinga yang di bawahnya tertera tulisan "telinga" dengan huruf "t" yang ditebalkan. Ajak anak membunyikan huruf tersebut. Mungkin saja anak menyebutnya sebagai "kuping" tapi dengan mengenal bunyi huruf "t", anak akan membaca sesuai labelnya, yaitu "telinga".
* Membaca bersama anak
Kala membacakan cerita sebaiknya ditunjukkan pula kata demi katanya. Lama-lama anak dengan sendirinya akan hafal kata-kata yang sering didengarnya. Tanpa disadarinya, suatu saat ketika kita minta dia mengurutkan kata dalam kalimat tersebut dia bisa membacanya.
MEMBACA MENYENANGKAN
* Libatkan anak dalam kegiatan yang mengarahkannya dalam permainan bunyi kata.
* Ajari anak untuk memisahkan dan mencampur bunyi.
* Kombinasikan dengan latihan menghubungkan huruf dan bunyi.
* Latih anak untuk melakukannya dengan kata-kata baru.
* Upayakan suasana bermain yang menyenangkan dan informal, jangan paksa dengan cara mendikte atau menyuruh menghafalkan. Evaluasi pun tak perlu ada.
* Lakukan dalam kelompok yang dapat mendorong terjadinya interaksi.
* Dorong rasa ingin tahu anak agar mau mencoba.
PERMAINAN BUNYI LEWAT LAGU
* Matahari Terbenam
Syair lagu ini memiliki rima (bunyi yang sama pada suku kata atau fonem terakhir dalam setiap baris) yang merupakan pelajaran pengenalan bunyi.
Matahari terbenam
Hari mulai malam
Terdengar burung hantu
Suaranya merdu
Kuku… kuku… kuku… kukukuku…
Kuku… kuku… kuku… kukukuku…
* Simsim
Dari syair lagu ini anak belajar tentang bunyi suku kata terakhir yang kemudian diulang sebagai suku kata awal di baris berikutnya.
Simsim terimakasim sim
Simpak daun rambutan tan
Tanduk ular mati ti
Tikus main di loteng teng
Tengok ayam bertelor lor
Lori jalannya laju ju
Jual minyak wangi ngi
Ngitung duit seperak rak
Rakus makanan sapi pi
Pitak palanya Olen len
Lenong main di kampong pung
Pungut anak perawan wan
Wani jago gendang dang
Dang dut icik… icik…dangdut icik…icik.
(tabloid-nakita)
Kesadaran fonemik atau kesadaran bunyi adalah kemampuan mendengarkan dan melafalkan dengan benar suatu kata berdasarkan bunyinya. Setiap huruf yang membentuk kata mempunyai bunyi masing-masing, seperti huruf a [a], b [beuh], c [ceuh], dan sebagainya. Bunyi fonem ini, bagaimana penulisan dan cara bacanya, tertera dalam kamus bahasa.
Di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris, pengajaran dengan menggunakan kesadaran bunyi sudah biasa diterapkan. Alasannya, bahasa yang mereka gunakan cukup sulit dan kompleks sehingga dibuatlah suatu cara untuk mengajari anak agar bisa belajar membaca dengan permainan bunyi, semisal lewat permainan kata yang bunyinya hampir sama seperti bed dan bad, a for apple, b for bee, dan sebagainya. Ada juga yang lewat lagu.
Sementara bahasa Indonesia termasuk bahasa yang sangat sederhana. Contohnya kalimat, "Saya tadi makan pagi." Untuk mengubah penanda waktunya, kata keterangan "tadi" harus diganti dengan penanda waktu lain yang memang jelas berbeda seperti, "Saya kemarin makan pagi." Bunyi [tadi] dan [kemarin] sangatlah berbeda sehingga kesadaran bunyi dalam bahasa Indonesia jarang ditekankan pada anak. Berbeda halnya dengan penanda waktu berupa perbedaan bunyi (dan juga tulisan) yang antara lain terdapat dalam bahasa Inggris ini, "I eat my breakfast every morning" dengan "I ate my breakfast yesterday."
Padahal, pengenalan perbedaan bunyi dalam bahasa Indonsia pun dapat mempermudah anak belajar membaca. Kemampuan membaca yang benar merupakan modal bagi anak untuk dapat memahami apa yang dibaca.
Soal cepat-tidaknya anak bisa membaca tentu tergantung pada kecepatan dan daya tangkap masing-masing. Selain juga tergantung pada seberapa sering dan lama stimulasi yang diberikan kepadanya.
CARA MENGENALKAN
Prinsipnya, phonemic awareness adalah kegiatan pramembaca pada anak namun tidak berkaitan dengan membaca itu sendiri. Jadi, anak belajarnya tanpa merasa belajar membaca dalam arti sesungguhnya. Anak akan merasa bermain karena dilakukan lewat bernyanyi, bersajak atau permainan bunyi huruf, suku kata maupun kata. Cara ini dapat membantu anak lebih mudah dalam belajar membaca.
Jadi, kesadaran bunyi ini dibangun lewat berpantun, bersajak, bernyanyi, bermain kata, dan sebagainya. Tentunya kata-kata yang digunakan sederhana dan berirama. Umpama, syair dalam lagu Cicak di Dinding. Cara-cara seperti ini akan membantu anak mengenali bunyi bahasa tersebut. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
* Membunyikan huruf demi huruf
Anak akan mengenal bunyi-bunyi dengan mendengar. Misalnya, anak diajak membunyikan huruf demi huruf. Selain itu anak melihat misalnya kata "bicara" lalu anak diajak membunyikan masing-masing hurufnya dan kemudian menggabungkan bunyi huruf tersebut menjadi kata (bottom-up). Bisa juga caranya dipecah dari kata "bicara" menjadi huruf, sambil baca masing-masing huruf dibunyikan (top-down).
* Berpantun atau lagu
Syairnya dituliskan besar-besar per kata dan ditempelkan di dinding. Ketika dinyanyikan sambil ditunjukkan bunyi-bunyi yang dimaksud, apakah suku kata atau kata, anak akan terbiasa melihat tulisan dan bunyi bacaannya.
* Bermain tebak kata
Contoh, kartu bergambar telinga yang di bawahnya tertera tulisan "telinga" dengan huruf "t" yang ditebalkan. Ajak anak membunyikan huruf tersebut. Mungkin saja anak menyebutnya sebagai "kuping" tapi dengan mengenal bunyi huruf "t", anak akan membaca sesuai labelnya, yaitu "telinga".
* Membaca bersama anak
Kala membacakan cerita sebaiknya ditunjukkan pula kata demi katanya. Lama-lama anak dengan sendirinya akan hafal kata-kata yang sering didengarnya. Tanpa disadarinya, suatu saat ketika kita minta dia mengurutkan kata dalam kalimat tersebut dia bisa membacanya.
MEMBACA MENYENANGKAN
* Libatkan anak dalam kegiatan yang mengarahkannya dalam permainan bunyi kata.
* Ajari anak untuk memisahkan dan mencampur bunyi.
* Kombinasikan dengan latihan menghubungkan huruf dan bunyi.
* Latih anak untuk melakukannya dengan kata-kata baru.
* Upayakan suasana bermain yang menyenangkan dan informal, jangan paksa dengan cara mendikte atau menyuruh menghafalkan. Evaluasi pun tak perlu ada.
* Lakukan dalam kelompok yang dapat mendorong terjadinya interaksi.
* Dorong rasa ingin tahu anak agar mau mencoba.
PERMAINAN BUNYI LEWAT LAGU
* Matahari Terbenam
Syair lagu ini memiliki rima (bunyi yang sama pada suku kata atau fonem terakhir dalam setiap baris) yang merupakan pelajaran pengenalan bunyi.
Matahari terbenam
Hari mulai malam
Terdengar burung hantu
Suaranya merdu
Kuku… kuku… kuku… kukukuku…
Kuku… kuku… kuku… kukukuku…
* Simsim
Dari syair lagu ini anak belajar tentang bunyi suku kata terakhir yang kemudian diulang sebagai suku kata awal di baris berikutnya.
Simsim terimakasim sim
Simpak daun rambutan tan
Tanduk ular mati ti
Tikus main di loteng teng
Tengok ayam bertelor lor
Lori jalannya laju ju
Jual minyak wangi ngi
Ngitung duit seperak rak
Rakus makanan sapi pi
Pitak palanya Olen len
Lenong main di kampong pung
Pungut anak perawan wan
Wani jago gendang dang
Dang dut icik… icik…dangdut icik…icik.
(tabloid-nakita)
Langganan:
Postingan (Atom)