Orangtua mesti mau menjadi partner kreatif anak. Yuk, lihat kiatnya!
Ingin si kecil kreatif? Jawabannya pasti ya. Memberikan ragam mainan edukatif menjadi salah satu cara. Ada juga yang mendaftarkan si kecil ikut berbagai kursus semata-mata agar minat, bakat, dan kreativitasnya berkembang optimal.
Namun sebenarnya tak sebatas itu. Kreativitas juga bisa diasah dengan memanfaatkan benda-benda di sekeliling kita, terutama di rumah. Contoh, anak bisa memanfaatkan sofa atau kursi tamu ibarat sebuah mobil atau bus. Bantal bulat bisa dijadikan setirnya. Contoh lain, kardus bekas televisi dan kulkas dipergunakan sebagai rumah-rumahan. Imajinasi anak yang begitu variatif dapat mengubah sebuah benda menjadi sesuatu yang lain.
KETERLIBATAN ORANGTUA
Proses kreatif merupakan wujud aktualisasi diri anak saat ia bereksperimen, bereksplorasi, serta menemukan berbagai alternatif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Anak pun merasa senang dan bangga ketika wujud kreativitasnya sesuai dengan imajinasi atau harapannya. Nah, agar potensi kreatif ini berkembang optimal, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan orangtua, yaitu:
* Berikan kesempatan seluasnya
Berikan kesempatan kepada anak untuk selalu bereksplorasi. Sediakan fasilitas untuk mendukung aktivitas kreatifnya. Tak harus dengan mainan edukatif yang harganya selangit, bisa juga memanfaatkan barang-barang bekas di rumah, misalnya kardus, kaleng susu, botol minuman, dan sebagainya.
* Mendampingi saat bermain
Kedekatan dan interaksi yang hangat serta komunikasi yang baik antara orangtua dan anak sangat penting dalam mengembangkan potensi kreativitasnya. Ini berarti jangan menyuruh si kecil mengutak-atik mainannya sendirian. Sebaliknya, temani ia dengan aktif. Dukung dan dorong minat serta rasa ingin tahunya. Bimbing si kecil untuk selalu berinisiatif agar kepercayaan dirinya tumbuh. Sikap empati juga perlu saat mendampinginya berkreasi.
Jangan lupa, selalu awasi apa yang dilakukan si prasekolah agar ia tidak menggunakan benda-benda yang berbahaya saat bereksperimen, misalnya barang yang mudah terbakar, mengandung bahan kimia, tajam, dan sebagainya.
* Jangan terlalu ikut campur
Biarkan si prasekolah mengembangkan sendiri berbagai ide dalam benaknya. Jangan memaksakan ide kita, harus begini dan harus begitu. Dengan demikian, anak dapat belajar bertanggung jawab dan mandiri. Jadi, bantu si kecil saat dia memang membutuhkan saja. Dengan catatan, bukan membantu secara penuh namun sekadar mengarahkan. Misalnya, menara balok-balokan yang dibuat si kecil selalu saja rubuh. Ternyata susunan baloknya tidak seimbang lantaran balok yang ukurannya kecil ditimpa dengan balok-balok yang besar. Di sini, kita bisa memberi masukan dan contoh bahwa balok yang paling besar ukurannya sebaiknya ditaruh paling bawah, begitu seterusnya. Dengan begitu, terjadi keseimbangan dan menara yang dibangunnya pasti berdiri kokoh.
Biarkan anak menemukan gaya mengasah kreativitasnya sendiri. Dorong ia menggunakan seluruh potensi kreatifnya. Tak perlu dibatasi. Misalnya, ketika ia bermain pasir di pantai orangtua tak perlu takut kotor. Biarkan ia bereksplorasi membuat sesuatu sesuka hatinya, entah itu membuat lorong atau rumah-rumah dari pasir. Sekalipun cara yang dilakukannya sambil telungkup bahkan "jungkir balik" plus belepotan dengan pasir.
Di sisi lain, jangan paksa anak melakukan sesuatu. Lepaskan saja dia melakukan kesenangannya. Beri kebebasan untuk bereksperimen atau mengekspresikan kreativitasnya. Justru jika terlalu dibatasi atau diarahkan, si prasekolah jadi kehilangan kesempatan untuk menempa potensinya. Contohnya, ketika dia menggoreskan pensil warna hitam untuk gambar awan, orangtua jangan protes. Tak perlu memaksa warna awan mesti biru, toh kalau cuaca mendung bukankah langit dan awan tampak hitam?
Satu hal lagi, jangan menuntut hasil. Yang paling penting adalah memerhatikan proses kreatif yang dilakukan si kecil. Hargai dan terima anak apa adanya sebagai pribadi yang utuh. Ingat bahwa setiap anak adalah unik. Lihatlah proses, bukan hasil.
* Jangan emosional
Orangtua juga perlu bersabar, tidak marah atau emosional karena kadang sikap si kecil menjengkelkan bila merasa tak sanggup melakukan sesuatu. Ia bisa ngambek, mutung, bahkan mengamuk. Wajar kok anak mengungkapkan kekesalannya lantaran tak sukses membuat sesuatu.
Jika anak tampak "putus asa", berilah ia motivasi. Jelaskan bahwa anak sebenarnya memiliki potensi untuk berhasil. Kalau si kecil tetap juga tak berhasil, boleh saja orangtua menghibur kegundahan hatinya. Katakan di lain waktu pasti dia bisa menyelesaikan apa yang diinginkannya.
Sekali lagi, orangtua harus berempati. Pahami perasaan si kecil. Jangan malah meremehkannya dengan berkomentar, "Aduh, masa begitu saja enggak bisa." Justru sikap empati dapat mengembalikan kepercayaan diri anak. Nah, jika anak berhasil mewujudkan sesuatu sebagai hasil kreativitasnya, jangan sungkan-sungkan memberikan pujian. Namun perlu diingat, penghargaan atau pujian bukan saja karena anak sudah berhasil menuntaskan aktivitasnya, tapi juga hargai proses yang dilaluinya, yaitu jerih payah, kerja keras, ketekunan serta daya juang dan semangat anak.
ANEKA AKTIVITAS KREATIF
Peralatan atau benda-benda yang dapat digunakan sebagai sarana mengasah kreatif bisa apa saja. Berikut di antaranya:
* Kertas
Dengan cara dilipat atau digunting, kertas bisa dibuat topi, pesawat, bunga atau bentuk binatang dan lainnya. Untuk mempercantik hasil karya itu hias dengan kertas berwarna. Jika ingin membuat layang-layang perlu bahan penunjang seperti lidi dan benang sebagai rangka- nya. Sediakan pula lem atau gunting karena sesekali dibutuhkan. Catlah hasil karya sesuai keinginan menggunakan pensil warna atau cat air.
Si prasekolah juga bisa melakukan aktivitas menggambar. Berimajinasi menuangkan apa yang tergambar dalam benaknya. Setelah itu, poles dengan pensil warna sesuka hatinya. Lagi-lagi, bukan gambar yang dinilai, tapi proses kreatiflah yang perlu dihargai.
* Kardus/kaleng
Dengan bahan kardus atau kaleng bekas berukuran kecil, anak bisa membuat kotak pensil. Ajari anak membuat pola, lalu gunting mengikuti garis. Agar hasilnya lebih indah, hiasi kaleng atau kardus dengan gambar dan lukisan hasil karyanya. Jika kardusnya berukuran besar, si kecil dapat membuat rumah-rumahan dan sebagainya.
* Kain/kaus kaki
Kain atau kaus kaki bekas dapat digunakan untuk membuat boneka. Bagian ujung dibuat seperti wajah dengan gambar mata, hidung, dan mulut. Lalu, pergunakan untuk bermain peran seperti panggung boneka bersama teman-teman. Cara yang lebih sederhana, cukup jari-jemari yang dihias menggunakan spidol, ada mata, hidung dan mulut.
* Balok-balok
Balok-balok alat permainan dapat dibentuk sedemikian rupa misalnya membuat gedung/menara tinggi dan sebagainya.
* Stik es krim
Nah, stik es krim dapat dibentuk menjadi gambar rumah atau kotak pensil dan sebagainya.
* Tanah liat
Tanah liat dapat dibentuk menjadi apa saja, misalnya bentuk binatang, gelas, cangkir, dan lainnya. Orangtua tak perlu khawatir anak jadi kotor karena setelah selesai anak tinggal mandi agar bersih kembali.
* Pasir
Bermain pasir bisa dilakukan di rumah, juga ketika pergi ke pantai. Anak dapat membuat rumah-rumahan atau membuat terowongan. Biarkan dia berimajinasi. Jangan khawatir badannya jadi kotor.
ASAH KREATIVITAS DI SEKOLAH
Selain lingkungan keluarga, peran pihak sekolah (TK) juga sangat penting. Sekolah perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan diri secara luas dan memfasilitasi potensi kreatif anak. Kreativitas akan berkembang dengan baik jika lingkungannya kondusif. Terapkan pola belajar sambil bermain dalam suasana yang menyenangkan dengan memanfaatkan apa pun yang ada di sekolah atau kelas.
Anak juga perlu dihargai sebagai pribadi yang unik. Jangan dituntut sesuai harapan guru. Justru anak mesti didorong dan mendapatkan kesempatan yang luas untuk proaktif dalam proses belajar sambil bermain tersebut. Ajak anak untuk terlibat dalam aktivitas kelas, menyalurkan gagasannya, serta berbagi pengalaman dengan teman dan gurunya.
Sekali lagi, tentunya pihak sekolah perlu memberikan suasana aman dan nyaman selama proses belajar sambil bermain tersebut. Jangan sampai membuat anak tertekan atau tegang karena itu justru dapat menghambat kemampuannya dalam bereskplorasi mengasah potensi kreatifnya. Yang jelas, agar anak kreatif tentu guru maupun orangtua mesti kreatif juga.(tabloid-nakita)
0 komentar:
Posting Komentar