MAIN INTERAKTIF


Mengembangkan keterampilan sosial dan mencerdaskan emosi boleh dibilang merupakan manfaat paling penting ketika si prasekolah bermain bersama. Dengan bersosialisasi lewat bermain, anak bukan saja mengembangkan kemampuannya berinteraksi, tapi sekaligus belajar mengerti dan memahami emosi dirinya maupun orang lain. Coba saja perhatikan, bocah yang pandai bersosialisasi. Umumnya mereka pandai mengelola emosinya ataupun mengeskpresikannya secara tepat kepada orang lain. Si prasekolah pun mampu mengenali emosi orang lain sehingga mampu berempati dan membina hubungan baik dengan orang lain.

KOK, TEMAN SEBAYA?

Bermain dengan teman yang lebih kecil atau bahkan dengan orang dewasa kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa mengasah kepekaan emosi dan menjalin relasi yang sehat dengan lingkungan sosialnya. Aturan-aturan bermain seperti berbagi mainan, bergantian, menunggu bergiliran paling mungkin dilakukan secara fair dengan teman sebaya.

Bila bermain dengan anak yang lebih kecil, si prasekolah biasanya dituntut untuk selalu mengalah. Hal ini bisa membentuk sikap mengalah yang berlebihan yang pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri ketika bermain dengan teman sebaya. Pasalnya, bila bermain dengan teman sebaya, sikap selalu mengalah bukan merupakan bagian aturan bermain yang menekankan bergiliran, berbagi dan bergantian. Sikap selalu mengalah juga dapat mengancam rasa percaya diri anak karena ia akan memandang pribadinya sebagai pribadi rendah yang selalu terpojokkan.

Sebaliknya, jika selalu bermain dengan orang dewasa, si prasekolah tak akan mengenal pula aturan main yang fair karena cenderung selalu dimenangkan dan selalu mendapat prioritas dengan mendapat giliran lebih dulu. Sikap ini tentu saja bisa memicu konflik ketika berhadapan dengan teman sebaya. Teman-temannya pasti menuntut si prasekolah tunduk pada aturan main.

Dengan demikian kesempatan bermain dengan teman sebayalah yang sebetulnya lebih banyak memberi manfaat bagi si prasekolah. Ditambah dengan kemampuan bahasanya yang berkembang pesat, si prasekolah bersama teman-temannya akan mulai mengembangkan peraturan-peraturan sendiri dalam hal bermain dan berteman yang bisa diterima oleh semua pihak yang terlibat bermain.

Sebagai catatan, belajar mengenai aturan main pada dasarnya memerlukan kematangan fungsi mental yang lebih tinggi yang umumnya berkembang di usia prasekolah. Bukankah bergiliran memerlukan pemahaman mengenai urutan, kesediaan untuk bergantian dan kemauan menunggu giliran. Ini penting untuk diajarkan pada anak bukan sebatas sebagai syarat penting ketika bermain bersama. Dalam lingkup sosial yang lebih luas pun akan selalu ada aturan yang mengikat setiap anggota kelompok.

Selain itu bermain dengan teman sebaya memungkinkan penerimaan kelompok anak-anak seusianya. Hal ini sangat penting bagi anak untuk mulai mengembangkan self esteem atau konsep bagaimana ia menghargai dirinya sendiri.

BEREBUT MAINAN

Perilaku ini sudah harus ditinggalkan setelah usia 3 tahun.

Pertikaian umumnya masih mewarnai acara bermain anak-anak prasekolah awal. Bukan karena mereka nakal, tetapi karena anak-anak ini belum mampu menciptakan aturan yang adil satu sama lain. Jadilah kalau suatu permainan tidak memiliki aturan yang jelas mereka akan berebut benda yang dipakai.
Perhatikan saja, bagaimana interaksi di antara mereka kala bermain boneka atau mobil-mobilan yang notabene hanya satu untuk bersama. Di sinilah sebaliknya anak mulai diperkenalkan pada apa yang disebut dengan berbagi dan bergantian. Jika memungkinkan, sebaiknya kuantitas mainan mereka ditambah. Misalnya setiap anak sebisa mungkin membawa mainannya masing-masing sehingga mereka dapat saling bertukar mainan satu sama lain.

Selanjutnya, seiring dengan meningkatnya pemahaman anak pada aturan main, frekuensi berebut mainan akan berkurang dengan sendirinya. Dengan begitu tenggang waktu permainan akan semakin lama sementara permainan mereka terasa semakin menantang dan mengasyikkan. Tak heran bila di setiap kesempatan, si prasekolah tak sabar untuk segera bertemu dengan teman-temannya agar dapat bermain bersama lagi.

ATURAN JELAS

Pada usia 4 atau 5 tahun, anak-anak menyadari bahwa bermain bersama dengan teman-temannya akan lebih menyenangkan. Mereka mulai bisa berbagi mainan, mengikuti aturan main, bermain bergantian, patuh menunggu giliran yang kesemuanya merupakan upaya agar mereka dapat bermain bersama

Permainan yang aturannya jelas, semisal bermain kartu domino bisa memudahkan orangtua mengenalkan konsep berbagi dan menunggu giliran kepada si prasekolah. Soalnya, urutan mainnya sudah jelas sehingga tinggal menentukan giliran. Anak-anak prasekolah yang umumnya cepat menguasai keterampilan bersosialisasi ini akan menunjukkan reaksi bila salah seorang teman mereka mendominasi permainan. Begitu pula ketika terjadi "perebutan", rekan-rekan yang lainnya pasti akan segera protes.

Masalah Target orangtua Strategi
Anak saya awalnya senang bermain bersama teman sebaya. Tapi ia kemudian dijauhi teman-temannya. Alasannya karena anak saya suka merebut mainan anak lain dan tak mau menunggu giliran. Mendorong anak untuk berpikir secara mandiri, sekaligus menjelaskan kepadanya bahwa main bergantian merupakan kesepakatan yang paling adil. Bicaralah dengan anak bahwa menyerobot mainan orang lain berarti menyalahi aturan permainan. Tanamkan pemahaman moral dengan bahasa dan contoh yang dimengerti anak bahwa bergantian itu penting untuk dirinya sendiri maupun agar diterima di dalam lingkungan.

Buat contoh sebuah dilema moral. Misalnya apa yang akan dirasakannya bila mainannya direbut?

Diskusikan mengenai situasi. Dorong ia untuk bersosialisasi lebih banyak dan lebih sering dengan teman sebaya. Karena selain belajar dari Anda, ia juga bisa belajar dari anak-anak seusianya tentang moral dan perlunya berbagi, dan menunggu giliran.

tabloid-nakita

0 komentar: