Si 2 Tahun Berlatih Atasi Masalah

Memasuki usia dua tahun, anak sedang senang-senangnya mencoba segala sesuatu sendiri. Namun, ia juga kerap frustrasi jika terbentur masalah. Anda dapat membantunya.

Rafi, si dua tahun, selalu ingin mencoba apa saja yang terlihat dan menarik perhatiannya. Hanya saja, seperti anak usia dua tahun lain, Rafi kerap frustrasi ketika gagal mengatasi suatu masalah. Misalnya, ketika ia melihat anak lain bisa mengikat sepatu dengan mudah, sementara dia tidak, Rafi pun dengan cepat menangis sambil melempar sepatunya.

Penting bagi kepercayaan dirinya

Perilaku Rafi sangat wajar bagi anak seusianya. Anak-anak usia ini butuh waktu untuk memahami bagaimana cara mengatasi tantangan di sekitarnya atau konflik sendiri tanpa bantuan orang lain.

Hanya saja anak usia ini, menurut skema perkembangan psikososial yang dibuat Erik Erikson , seorang psikoanalis, sedang memasuki tahapan autonomy vs doubt . Ini suatu tahapan ketika anak akan berusaha untuk mencapai kemandiriannya. Dengan begitu, ketika ia terus menerus merasa gagal melakukan sesuatu maka ia jadi peragu.

Agar anak tidak terus menerus merasakan kegagalan yang dapat mengancam rasa percaya diri serta kemandiriannya, Anda dapat membantunya dengan beberapa cara, antara lain:

* Memberi kesempatan

Terkadang orang tua tidak sabar ketika melihat, misalnya, anak mencoba memasukkan buah kancing ke dalam lubang dan lantas mengambil alih tugas tersebut. Cara ini dapat membuat anak tergantung pada orang dewasa di sekitarnya, tidak percaya pada kemampuannya sendiri, dan tidak memberinya kesempatan melatih kemampuannya.

Biarkan si dua tahun mencoba sendiri apa yang akan dilakukannya. Anda hanya perlu memperhatikan dari jauh. Jika si kecil mulai frustrasi, alihkan perhatiannya untuk mencoba hal yang lebih mudah dulu. Di kesempatan lain Anda dapat melatih ulang keterampilan tersebut setahap demi setahap agar anak dapat menguasai kesulitannya hingga ia terampil.

* Menunjukkan contoh baik

Si kecil memperhatikan bagaimana cara Anda menyelesaikan masalah yang Anda hadapi. Jangan heran jika menemui anak mudah marah ketika gagal mengatasi suatu masalah karena, siapa tahu, perilaku tersebut ditirunya dari Anda.

Cobalah mengatasi segala masalah dengan kepala dingin, terutama ketika si kecil di dekat Anda. Ketika Anda menemukan jalan keluarnya, cobalah mengatakannya dengan suara yang keras, agar anak juga belajar bagaimana cara Anda menyelesaikan suatu masalah.

* Hindari ‘kuliah’ panjang lebar

Orang tua cenderung memberi ‘kuliah’ pada si kecil yang gagal atau melakukan sesuatu dengan cara yang tidak sesuai keinginan Anda. Percuma saja! Anak belum mengerti apa arti ‘kuliah’ Anda. Cukup katakan dengan singkat, padat namun lugas mengapa ia harus atau tidak boleh melakukan sesuatu.

Misalnya, ketika si kecil mencoba membawa keranjang sampah Anda ke mana-mana, dan Anda melarangnya. Katakan saja dengan lugas jika ia menanyakan “Kenapa?”, “Karena tempat sampah letaknya di sini dan tidak untuk dibawa-bawa.”

* Beri pujian jangan kritikan

Beri pujian ketika anak berusaha bahkan berhasil melakukan sesuatu. Dan, hindari kritikan jika ia gagal. Kritikan membuatnya merasa tidak yakin dengan kemampuannya. Sebaiknya doronglah upayanya agar ia mau terus mencoba.

Esthi Nimita Lubis

0 komentar: