Hukuman Tepat untuk si Kecil

Menghukum anak adalah hal yang tidak menyenangkan, tapi kadang tak terhindari. Tapi, ada cara tepat untuk melakukannya. Yang jelas, memukul itu sangat salah.

Kebanyakan dari kita tidak suka menghukum anak. Di lain pihak, kalau sudah letih, dan anak terus rewel atau membandel, godaan untuk menjewer, berteriak keras (lengkap dengan segala umpatan yang terlintas di kepala) atau, ya Tuhan, menempeleng, rasanya sukar ditahan. Memang, menghukum itu ada seninya.

Anda harus tahu, menghukum dengan cara yang salah, bisa berdampak besar pada Anak. Hukuman fisik tidak dapat dibenarkan sama sekali.

Mempertimbangkan akibat

Hukuman fisik membuat anak seperti orang tak berdaya, yang tak bisa berkata tidak dan wajib patuh. Jika kita pukul si kecil, misalnya, kita seperti menjatuhkan harga dirinya. Letupan emosi kita yang sesaat ini bisa berdampak panjang. Tindakan itu sangat bertolak belakang dengan tujuan kita mendidiknya, agar ia punya dasar hidup yang kuat untuk mandiri dan punya rasa percaya diri.

Disamping itu, bila anak kita pukul, ia akan kehilangan kepercayaannya kepada kita. Padahal, selama ini ia memandang kita sebagai orang yang selalu melindungi. Bayangkan, bagaimana perasaannya jika selama ini dia selalu kita libatkan dalam diskusi tentang berbagai hal, tapi ketika ia tidak menurut, tangan kita melayang ke tubuhnya.

Hukuman fisik bisa membuat si kecil terluka secara fisik, takut, marah, dan menjaga jarak dengan kita. Dengan semua perasaan itu, bukan tidak mungkin, si kecil malah jadi tukang melawan dan bertindak agresif karena tidak dapat menerima perlakuan kita.

Hukuman alternatif

Kalau anak bertingkah keterlaluan, hukuman tentu tetap perlu diberikan. Ada berbagai bentuk hukuman alternatif, sebagai berikut:

* Meninggalkan anak untuk sementara waktu.
* Tidak memperbolehkannya melakukan hal-hal yang diinginkannya.
* Meminta dia tinggal di kamar selama beberapa lama. Cara ini cocok bagi anak usia di atas tiga tahun, yang sudah bisa menerima hukuman sebagai konsekuensi perbuatannya.
* Bagi si dua tahun yang tengah memasuki usia pemberontak, ada cara tersendiri. Cara terlazim ialah dengan membiarkan dia hingga tenang, jika misalnya ia ia tak mau diam dan meronta-ronta. Setelah ia tenang, berikanpujian dan biarkan ia mendapatkan apa yang diinginkannya.
* Menggunakan kata-kata. Sampaikan dengan tegas, singkat dan padat kekecewaan Anda padanya. Jangan mengulang-ulang kata-kata Anda. Begitu keberatan Anda sampaikan dan si kecil menerima dan menunjukkan penyesalan, konflik perlu segera diakhiri agar hubungan Anda dan anak kembali manis.

Eleonora Bergita

0 komentar: