Si 2 Tahun Dibiasakan Sopan



Dalam menggunakan kata-kata sapaan yang sopan, si kecil perlu pembiasaan. Lebih penting lagi orang tua konsisten berperilaku santun karena merupakan role model bagi anak.

Orang tua senang jika buah hatinya berperilaku sopan pada orang yang ditemuinya. Tapi, bagaimana Della bisa bangga bila Tonny, putranya yang berusia 2,5 tahun, tiba-tiba menyapa “Oom gendut… Oom gendut” pada atasan Della ketika mereka hadir dalam family gathering kantor Della.

Orang tua punya tugas pengasuhan agar putra-putrinya berperilaku baik dan sopan. Tapi, apa sih arti bersikap sopan? Sikap sopan seperti apa yang perlu dikuasai si dua tahun?

Melihat orang dewasa

Bergaul dapat mulai diajarkan seiring berkembangnya kemampuan anak berkomunikasi. Menurut Dr. Karin Grossmann , psikolog perkembangan dari Regensburg, Jerman, begitu si kecil bisa berbicara, ia bisa belajar mengucapkan kata-kata sapaan seperti “selamat siang” atau “sampai jumpa”. Namun dalam menggunakan kata-kata tersebut, diperlukan pembiasaan. Tentu sulit bagi anak untuk menyapa orang lain, bila dalam keluarga Anda tidak ada kebiasaan tersebut.

Hingga usia tiga tahun, anak akan melihat dan meniru apa yang dilakukan orang-orang dewasa di sekitarnya. Mereka adalah role model bagi si kecil. Maka jangan harap anak Anda bisa sopan kalau Anda sendiri tak tahu bagaimana bersikap sopan pada orang lain.

Sebagian orang dewasa berperilaku sangat paradoks. Pada satu sisi berharap si kecil bersikap ramah, meski ia sendiri tidak berlaku demikian. Misalnya, Anda tak perlu kesal bisa seorang anak (bukan anak Anda) tidak menyapa Anda lebih dulu. Apa salahnya bila Anda yang menyapa lebih dulu?

Beri penjelasan

Pada usia kira-kira dua tahun, anak sudah bisa menangkap penjelasan Anda. Misalnya, mengapa harus makan menggunakan sendok dan garpu. Atau, tidak boleh mencecap lidah karena bisa mengganggu kenyamanan makan orang lain.

Bila ia menyakiti orang lain, misalnya mengambil barang milik orang lain tanpa meminta, Anda perlu mulai menerangkan dari perspektif orang lain. Katakan, bila teman anak bilang ingin meminjam mainan, apakah si kecil lebih senang dibanding jika si teman langsung mengambilnya tanpa meminta?

Anda bisa memanfaatkan acara bermain sebagai bagian anak belajar sopan santun. Misalnya, ketika bermain “memberi-menerima”. Ketika meminta, ajarkan si kecil mengucapkan “Boleh minta?” dan ketika menerima mengucapkan “Terima kasih”.

Agar anak lebih cepat dapat menangkap pelajaran sopan-santun, perlihatkanlah mimik wajah yang jelas. Seperti ketika mengatakan, “Halo! Apa kabar?” ucapkan dengan mata membesar dan suara yang lantang. Mimik semacam ini perlu dipelajari anak untuk mengungkapkan sopan santun, bukan sebagai riasan belaka, namun muncul dari dalam dirinya.

Eleonora Bergita

0 komentar: