Tes IQ di TK, seberapa perlu?

Ketika ada orangtua mempertanyakan perlunya tes IQ di TK, orangtua lainnya mungkin mengajari sang anak untuk menjawab pertanyaan dalam tes.

Suatu hari saya sempat mengantarkan si kecil Rafi yang duduk di TK A berangkat ke sekolah. Di sekolahnya, terpampang lembar kertas berisi daftar anak kelas TK B yang hendak mengikuti tes IQ di hari Sabtu. Saya jadi teringat akan surat pemberitahuan yang saya terima minggu lalu dari sekolah. Isinya mengenai tawaran tes IQ bagi anak yang duduk di TK A. Saya belum mengembalikan formulir untuk kesediaan dites. Terus terang, saya belum memahami pentingnya tes IQ bagi anak saya yang masih di TK A.

Kebetulan, saya kenal seorang psikolog anak, Yelia Dini Puspita, M.Psi. Ia bekerja di LPT UI, Salemba dan menjadi konsultan psikologi di TKIF Al Fikri, Depok. Akhirnya, untuk memenuhi keingintahuan saya sebagai orangtua, saya pun menyempatkan diri bertemu dengan Mbak Dini guna menanyakan masalah pentingnya tes IQ bagi anak TK.

Sebelum menjawab pertanyaan saya, Mbak Dini terlebih dahulu menjelaskan sekilas mengenai yang dimaksud dengan tes IQ (Intelligence Quotient). Menurutnya, inteligensi itu sendiri berarti keseluruhan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan beradaptasi secara efektif terhadap lingkungan. Nah, tes ini lebih menekankan kemampuan (intelektual) dalam beradaptasi dengan lingkungan. Gambaran kemampuan ini diperoleh melalui kemampuan memecahkan masalah secara intelektual (problem solving), serta kemampuan berpikir abstrak (berpikir dengan menggunakan simbol-simbol dan konsep-konsep).

Jadi, spesifiknya, kemampuan yang dinilai oleh tes IQ antara lain: daya tangkap, daya ingat, minat terhadap lingkungan atau pengetahuan umum (yang menggambarkan kesigapan anak

terhadap berbagai peristiwa di sekitarnya dan stimulasi dari lingkungan), kemampuan bahasa (pemahaman konsep-konsep bahasa), kemampuan analisis dan sintesis dalam tataran konseptual maupun praktis, kemampuan memecahkan masalah secara konseptual maupun praktis, fleksibilitas berpikir, kemampuan konsentrasi, serta kemampuan dasar numerik atau hitung menghitung.

TUJUANNYA APA?

Nah, berikut ini bincang-bincang saya selengkapnya dengan Mbak Dini seputar tes IQ pada anak prasekolah.

Sebenarnya, apa tujuan TK melakukan tes IQ pada murid-muridnya?

Biasanya lebih ditujukan untuk mengevaluasi kesiapan anak masuk sekolah dasar nantinya. Juga untuk mengetahui (taraf kecerdasan yang diperoleh melalui skor IQ) si anak. Beberapa sekolah dasar ada yang menjadikan (taraf kecerdasan) tersebut sebagai suatu hal mutlak yang menentukan diterima-tidaknya si anak di sekolah itu. Kalau yang ini, biasanya tes IQ dilakukan di SD sebagai proses penerimaan siswa baru di SD tersebut.

Ada pula yang memanfaatkan tes IQ untuk penempatan kelas di SD, misal, penempatan kelas khusus atau kelas reguler. Juga ada yang memanfaatkannya sebagai dasar dari pembuatan program khusus. Contoh, anak berkebutuhan khusus tentu memerlukan program belajar khusus. Nah, sekolah dapat memanfaatkan hasil tes IQ dengan melihat pada kekuatan dan kelemahan si anak. Jika melalui tes IQ ternyata diketahui ada kelemahan dalam kemampuan bahasa, maka bisa dirancang program yang dapat mengembangkan kemampuan bahasa untuk membantu proses belajar si anak di SD.

Kalau begitu, ada manfaatnya juga ya tes IQ untuk anak TK?

Kembali pada kebutuhan dan tujuan sekolah itu sendiri. Jika tak ada tujuan khusus ataupun suatu manfaat yang didapat dari hasil tes IQ, baik manfaat bagi sekolah maupun bagi anak, sebaiknya anak tak perlu ikut.

Jika tidak ikut tes IQ, bagaimana kita dapat melihat kesiapan si anak bersekolah nantinya?

Kesiapan atau kematangan anak bersekolah tidak ditentukan oleh skor IQ saja. Tak kalah penting terutama kematangan emosinya yang dapat dilihat antara lain dari:

1. Kemandirian, terutama adalah kemampuan memilih kegiatan yang ingin dilakukan, serta rasa percaya diri dalam bertindak.

2. Tingkat ketergantungan pada orang tua; apakah anak sudah mampu berpisah dari orangtuanya untuk jangka waktu tertentu dan dapat menerima tokoh otoritas lain seperti guru? Juga, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah baik lingkungan sosial maupun lingkungan belajar.

3. Ketepatan prestasi kerja. Maksudnya, anak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, mampu memusatkan perhatian pada tugas, bagaimana daya tahan dalam mengerjakan tugas, daya konsentrasi, keuletan, serta kemandirian mengatasi kesulitan dalam penyelesaian tugas.

4. Keteraturan dalam berpikir dan bertindak. Bagaimana anak dapat mengarahkan tingkah lakunya di sekolah, kemampuan mengikuti rutinitas, serta kemampuan bersosialisasi dengan teman maupun guru.

Bila tidak menggunakan tes IQ, apakah ada tes lainnya untuk mengukur kesiapan sekolah?

Ya, tes IQ memang bukan satu-satunya tes yang tersedia untuk mengukur kesiapan sekolah. Masih ada tes khusus yang mengukur kematangan sekolah anak atau mengevaluasi kesiapan anak untuk bersekolah. Aspek yang diukur dalam tes tersebut adalah:

1. Persepsi visual atau kemampuan pengamatan, antara lain mengukur kemampuan anak dalam membedakan bentuk dan mengukur ketajaman pengamatan atau kemampuan membedakan bentuk dengan latarnya. Kemampuan ini nantinya sangat diperlukan dalam proses belajar, terutama dalam membaca dan menulis.

2. Motorik halus, yaitu kemampuan anak dalam membuat bentuk-bentuk sederhana sebagai dasar dari kemampuan menulis.

3. Konsep dasar berhitung seperti kemampuan membandingkan ukuran, jumlah, dan urutan.

4. Daya ingat.

5. Kemampuan konsentrasi.

6. Pemahaman konsep-konsep dasar dan penilaian terhadap situasi, pemahaman instruksi dan bahasa.

Apakah tes tersebut lebih bagus dibandingkan tes IQ?

Bagaimanapun, setiap tes memiliki kelebihannya sendiri. Namun memang, tes IQ memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

- Dapat memberikan profil mengenai kekuatan dan kelemahan anak. Tentunya dalam kemampuan intelektual.

- Bisa memprediksi prestasi akademis yang dapat dicapai oleh anak.

- Hasil tes IQ juga lebih bermanfaat bagi anak yang mengalami gangguan perkembangan, karena melalui hasil tes IQ dapat diketahui batas-batas kemampuan anak dan pengaruh dari gangguan yang dialami terhadap kemampuan belajar anak, sehingga melalui hasil tersebut dapat dikembangkan program khusus yang dapat mendukung keberhasilan belajar anak.

PERSIAPAN KHUSUS?

Sebenarnya, mulai usia berapa anak dapat ikut tes IQ?

Sejak usia 2 tahun, anak sudah bisa dites IQ. Namun ingat, harus dilakukan sesuai kebutuhan. Misal, ada kebutuhan untuk mencari masalah atau gangguan pada anak menyangkut tingkat kecerdasannya untuk menentukan treatment yang sesuai.

Andaikan saya tetap ingin mengikutsertakan anak tes IQ, apa yang harus diperhatikan?

Tidak perlu persiapan khusus, kok. Yang penting, ketika menjalani tes IQ, anak harus dalam kondisi sehat dan keadaan emosi yang positif. Jadi, anak perlu istirahat cukup sebelum tes, hindari aktivitas yang melelahkan dan jangan lupa makan sesuai kebutuhannya supaya dapat berkonsentrasi selama tes.

Apa lagi yang harus menjadi perhatian orangtua kalau anaknya hendak tes IQ?

Tidak memaksa anak untuk belajar bahkan melakukan drilling sebelum tes yang sebetulnya memang tidak perlu. Ada juga yang mewanti-wanti anaknya untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, duduk dengan tenang, dan sebagainya. Padahal, itu semua tidak perlu karena justru membuat anak merasa cemas dan dapat memengaruhi hasil pemeriksaan IQ. Jadi, kalau anak mau tes IQ, santai saja deh.

Seperti apa penyelenggaraan tes IQ untuk anak prasekolah?

Tes dilakukan secara individual, satu anak dengan satu psikolog, mengingat kemampuan konsentrasi dan rentang perhatian yang masih terbatas. Cara tes seperti ini cukup efektif. Disamping itu mereka biasanya juga melakukan pendekatan khusus atau rapport di awal pengetesan. Utamanya untuk beradaptasi dengan situasi tes ataupun beradaptasi dengan tester sehingga mereka dapat mengikuti pengetesan secara optimal.

Tapi, kok di sekolah dilakukan secara massal?

Sebetulnya, pelaksanaan secara klasikal atau berkelompok untuk anak prasekolah tidak terlalu efektif, bahkan hasil yang diperoleh dapat menjadi kurang optimal.

SKOR DAPAT BERUBAH

Jika hasil skor tes anak rendah, bagaimana kita menyikapinya?

Bersikaplah bijaksana. IQ hanya salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan belajar anak, jadi bukan satu-satunya. Meskipun dapat memprediksi prestasi akademis, namun hasil tes IQ memiliki keterbatasan dalam memprediksi keberhasilan kerja nantinya. Pengukuran IQ yang ada saat ini juga masih belum mampu mengevaluasi konsep IQ secara multidimensi atau belum dapat mengakomodasi pengukuran multiple intelligence.

Jadi, ada baiknya orangtua memahami kekuatan dan kelemahan yang dimiliki anak melalui hasil tes IQ yang diperoleh saat ini, namun tidak menjadikannya sebagai "patokan" dan beranggapan bahwa hasil tersebut sudah harga mati yang tidak dapat berubah.

Akan lebih baik jika hasil tersebut digunakan untuk mengembangkan berbagai kemampuan anak, baik kemampuan yang belum tampil secara optimal maupun memperkuat kemampuan yang sudah optimal, misalnya dengan memperbanyak stimulasi.

Jika hasil yang diperoleh ternyata kemampuan intelektual anak berfungsi di bawah rata-rata, ada baiknya orang tua berkonsultasi dengan ahlinya atau psikolog untuk menentukan arah pendidikan serta treatment yang dapat dilakukan selanjutnya.

Jika anak saya nanti di SD misalnya dilakukan tes IQ lagi apakah hasil skornya sama?

Hasil tes IQ masih dapat berubah sesuai dengan perkembangan anak, terutama selama usia 5 tahun pertama. Bahkan setelah usia 5 tahun masih dapat terjadi perubahan yang signifikan dalam kemampuan inteligensi.

Apa yang menyebabkan hasil tersebut bisa berubah?

Karena ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi, di antaranya:

- Faktor pengukuran, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan proses pengetesan, antara lain jenis item yang bisa sangat beragam seperti pengukuran wawasan, koordinasi antara mata dan tangan, persepsi visual, bahasa, numerik, problem solving, dan sebagainya. Tentunya, jenis item ini yang sesuai dengan usia atau kemampuan anak.

- Faktor lainnya adalah kesalahan dalam administrasi tes dan skoring, faktor situasional—seperti pendekatan awal yang dibina atau rapor, kelelahan, kondisi fisik anak, motivasi, rentang perhatian, toleransi terhadap frustrasi, rasa percaya diri, tingkat aspirasi, kecemasan, reaksi terhadap kegagalan—serta jarak waktu antara pengambilan tes pertama dengan tes berikutnya.

- Faktor lingkungan, yaitu faktor fisik dan emosional—seperti kondisi kesehatan fisik, adanya trauma emosional, juga kemampuan berpisah dari orangtua—serta faktor stimulasi kognitif, yaitu berbagai rangsangan dari lingkungan yang dapat memperkaya kemampuan intelektual anak).

- Faktor nutrisi juga berperan penting dalam perkembangan inteligensi seseorang.

Usai bincang-bincang tersebut, kini saya jadi lebih mengerti dan dapat mengambil keputusan atas penawaran tes IQ yang diberikan pihak sekolah.

SKOR IQ

Umumnya, tes IQ yang digunakan berdasarkan standar Wechsler. Berikut skornya dari yang tertinggi hingga terendah:

* Very superior (sangat cerdas): 128 ke atas

* Superior (cerdas): 120–127

* Bright normal (di atas rata-rata): 111–119

* Average (rata-rata): 91-110

* Dull normal (di bawah rata-rata): 80–90

* Borderline: 66–79

* Mentally defective (terbelakang mental): 65 ke bawah

(Sumber: David Wechsler, The Measurement of Adult Intelligence.3 rd ed)

0 komentar: