YUK, BELAJAR MENULIS

Membentuk lilin plastisin, bermain pasir, dan menggunting ternyata ada hubungannya dengan kemampuan menulis.

Meski keterampilan menulis bukanlah aspek yang ditekankan di usia prasekolah, bukan berarti anak 4-5 tahun tak boleh distimulasi menulis. Yang penting, porsinya tidak melebihi porsi kemampuan praakademiknya. Anak pun harus merasa senang dan tidak terpaksa saat diajarkan menulis. Untuk itu, orangtua harus memerhatikan betul cara-cara menstimulasi keterampilan menulis yang tepat alias sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia ini.

Ada 2 hal penting yang harus diperhatikan orangtua, sebagaimana dipaparkan Lara Fridani, S.Psi, M.Psych (Edu&Dev), dosen Pendidikan Guru PAUD, Universitas Negeri Jakarta.

I. LIHAT KESIAPAN ANAK

Untuk mengetahui si prasekolah sudah siap atau belum diajarkan menulis, orangtua perlu memerhatikan 3 hal berikut ini:

1. Aspek Fisik-Motorik.

Keterampilan menulis termasuk dalam keterampilan motorik halus yang melibatkan otot kecil khususnya tangan dan jari-jari. Di usia prasekolah, anak dapat mengontrol gerakan jari-jemarinya dengan lebih baik, sehingga mereka bisa lebih terampil dalam menggunakan material/peralatan untuk menggenggam dan memanipulasi alat.

Umumnya, di usia 3 tahun 6 bulan, motorik halus anak siap untuk dilatih memegang alat tulis (pensil atau bolpen), sehingga diharapkan pada usia 6-7 tahun ke atas, kemampuan tersebut—memegang alat tulis dengan benar— dapat dikuasai anak.

Untuk itu, sebelum anak mencapai usia prasekolah atau sebelum dilatih menulis, orangtua harus melatih keterampilan motorik halus anak dengan berbagai kegiatan seperti membentuk plastisin (lilin lunak), bermain pasir, bermain pasel, membuat bangunan dari balok dan sejenisnya, meraba bentuk huruf yang terbuat dari pasir atau permukaan kasar/halus, makan dan berpakaian secara mandiri, memakai sepatu, menggun-ting (sambil diawasi agar terjaga keamanannya), dan lain-lain.

2. Aspek Emosi

Kegiatan menulis membutuhkan kesabaran, ketekunan dan konsentrasi. Anak usia prasekolah memiliki rentang waktu konsentrasi dan atensi yang masih terbatas. Mengajak anak melakukan kegiatan menulis, katakanlah selama 5 menit, perlu usaha yang cukup besar. Kesabaran dan support orangtua mendampingi anak dalam menulis akan berpengaruh besar terhadap emosi dan konsentrasi anak pula. Orangtua diharapkan tidak banyak mengkritik produk tulisan anak, melainkan memberikan reward, misalnya berupa pujian atas usaha dan kesabaran anak. Seiring dengan kematangan dan perkembangan usianya, anak akan semakin terampil dalam menulis.

3. Aspek Kognitif

Keterampilan motorik halus, sebagaimana keterampilan aspek yang lain, sangat terkait dengan kemampuan kognitif anak. Menurut teori Piaget, perkembangan kognitif anak usia prasekolah berada pada tahap pra-operasional, dimana dalam tahap ini sebenarnya kemampuan berpikir anak masih di bawah tahap konkret. Jadi, dalam mengajari anak, minimal kita memberikan banyak contoh yang konkret, bermakna, dan familiar bagi anak. Di tahap ini anak mulai memahami bahwa benda-benda yang biasa dilihatnya, dapat diwakili oleh tulisan. Dengan memberikan stimulasi yang bermakna dan sesuai konteks, maka ini bisa menjadi daya tarik bagi anak untuk menuliskan benda-benda maupun nama orang yang dikenalnya.

II. TAHAPAN KEMAMPUAN MENULIS

Selain mengetahui kesiapan anak untuk belajar menulis, orangtua juga perlu memerhatikan tahapan perkembangan kemampuan menulis pada anak. Dengan begitu, orangtua dapat memberikan stimulus yang tepat, sesuai dengan kemampuan anak. Cara menstimulasinya adalah dengan menggunakan variasi metode dan media yang menarik agar anak senang berlatih menulis. Ada 6 tahapan kemampuan anak sebagai "penulis muda" yaitu;

1. Inexperienced Writer

Tahapan menggunakan gambar, tulisan scribble (coretan/ sketsa) ataupun bentuk lain seperti huruf, dan sebagainya. Contoh, tulisan anak yang bentuknya baru mirip huruf.

2. Prewiter

Tahapan mencontoh huruf, kata ataupun kalimat pendek. Anak juga mulai menggunakan huruf-huruf yang dikenalnya dalam menamakan suatu benda, dan menulis kata-kata yang pernah dipelajari (pernah terekam dalam memori). Contoh, tulisan satu kata.

3. Developing Writer

Anak paham bahwa kata-kata yang mereka ucapkan dapat dituliskan pula; mengerti bahwa kata-kata biasanya mewakili bunyi-bunyi tertentu. Juga mulai muncul huruf-huruf lain yang menunjukkan pemahamannya tentang hubungan bunyi maupun simbol, dan mulai menulis kata demi kata namun spasi antara kata biasanya belum muncul. Di tahap ini, anak dapat membaca tulisannya sendiri. Contoh, tulisan dua tiga kata tanpa spasi.

4. Beginning Writer

Anak dapat menulis kata demi kata, menulis dengan bimbingan orang dewasa, mulai menggunakan spasi untuk memisahkan satu kata dengan kata lain, serta mulai menunjukkan pemahaman tulisan di buku, majalah dan lainnya. Contoh, tulisan 3 kata dengan spasi.

5. Experienced Writer

Di tahap ini, tumbuh kepercayaan diri anak. Dia mulai bisa menulis mandiri, menggunakan rancangan/pola/gambaran dari lingkungan sekitarnya sehingga menjadi kata yang bermakna, memahami penggunaan spasi, dapat menuliskan ide sederhana tapi cukup komplet, dan bisa mengeja kata-kata yang cukup sulit.

6. Exceptional Writer

Anak menunjukkan antusiasme yang tinggi. Dia lebih senang untuk menulis mandiri, menulis kalimat yang panjang, sudah terlatih menggunakan spasi antarkata, dan lain-lain. Contoh, tulisan anak SD awal, dimana tekanan tulisan sudah cukup mantap, dan bisa membuat kalimat. Umumnya, kemampuan menulis anak TK (prasekolah) yang mendapat stimulasi baik, berada pada tahapan 3-4. Ketika anak usia TK sudah mencapai kemampuan seperti experience (tahap 5) ataupun exceptional writer (tahap 6), ini adalah bonus. Sebagai pendidik, orangtua tidak bisa mengharapkan semua anak usia prasekolah mencapai keterampilan seperti ini. Dengan stimulasi yang baik dan berkesinambungan, diharapkan pada usia SD, anak semakin terampil dan antusias dalam menulis mandiri.

TAK HARUS BISA MEMBACA

Menurut Lara, untuk dapat belajar menulis, anak tidak harus bisa membaca tulisan lebih dahulu. "Kita tidak boleh menuntut anak bisa membaca kata atau tulisan sebelum usia 6 tahun, karena kemampuan membaca terkait juga dengan kematangan dan perkembangan kognitif anak," ujar Lara. Sebelum masuk ke TK, anak bisa dilatih membaca gambar, sehingga di TK kete-rampilan ini akan semakin mantap. Dengan demikian akan lebih mudah bagi anak untuk membaca kata-kata yang sering didengar ataupun berada di sekitar anak.

Jika ada anak yang bisa membaca dengan baik di usia ini, tentu saja ini bonus untuk orangtua yang sudah bekerja keras melatih anak. Asalkan, jangan sampai kegiatan ini membebani anak, sehingga ada anak yang sudah pintar membaca tapi kemudian tidak mau membaca lagi. Atau sudah bisa menulis, tapi karena merasa tidak nyaman setiap kegiatan menulis, maka anak tidak suka menulis lagi.

6 HAL YANG PENTING DIPERHATIKAN

Agar si prasekolah senang dan nyaman belajar menulis, Lara memberikan tip-tip berikut ini:

1. Gunakan alat tulis yang tepat.

Awalnya, berikan pensil dengan bentuk dan ukuran yang lebih mudah dipegang dan dimanipulasi oleh anak, misalnya bentuk seperti segitiga (tidak bulat) dengan "garis tengah" agak besar dan tidak licin.

2. Tidak memaksa anak.

Lakukan dengan cara-cara yang menyenangkan dan nyaman buat anak. Pemaksaan hanya membuat anak tertekan dan merasa jenuh. Sebetulnya, bila usia anak memang sudah siap dan secara motorik halus sudah matang, dengan stimulasi yang wajar saja, keterampilan menulisnya dapat berkembang.

3. Tidak memberi target.

Misal, hari ini si kecil harus bisa menulis huruf hidup, atau dalam sehari anak harus bisa menulis satu kata, dan lainnya. Biarkan anak menulis apa yang ingin ditulisnya, orangtua hanya membimbing agar anak dapat menulis dengan baik.

4. Catat setiap perkembangan dan kemajuan anak.

Dokumentasikan setiap tulisan yang dibuat anak. Untuk itu, cantumkan tanggal, bulan, dan tahun anak menulis di kertas atau bukunya. Sehingga orangtua bisa melihat ada-tidaknya perubahan yang lebih baik, untuk kemudian orangtua mengajarkan tulisan lainnya. Di usia akhir TK B, diharapkan anak dapat menulis huruf dan angka meskipun tulisannya belum bagus tapi dapat dibaca.

5. Berlatih dengan buku latihan menulis.

Di pasaran banyak dijual buku latihan menulis untuk anak TK. Orangtua boleh saja membelikannya untuk melatih anak menulis. Yang perlu diperhatikan, jangan menuntut anak untuk melakukannya dengan sempurna. Umpama, anak harus menulis huruf "a" dengan mengikuti titik-titik berbentuk huruf "a", tapi hasilnya agak melenceng. Hal ini wajar saja mengingat keterampilan motorik halusnya yang belum sempurna.

6. Lihat usaha anak bukan hasilnya.

Orangtua/guru hendaknya melihat proses di balik hasil tulisan anak. Anak yang tulisannya sudah bagus maupun yang belum, tetap harus diberikan penghargaan yang sama. Bukankah anak yang tulisannya “jelek” pun sudah berusaha untuk bisa menghasilkan

tulisan? Nah, usahanya inilah yang patut dihargai, bukan hasilnya.Semoga para orangtua diberi kesabaran untuk bersama-sama melatih generasi penerus bangsa!(tabloid-nakita)

0 komentar: