Kemandirian anak

Apa saja bentuk kemandirian yang perlu dikuasai anak prasekolah? Inilah daftarnya.

USIA 3-4 TAHUN

* Sikat gigi sendiri meski belum sempurna.

Ajak anak menyiapkan sikat gigi, odol dan gelas berisi air matang untuk berkumur. Dengan arahan orangtua, biarkan anak menggosok sendiri giginya.

* Buka-pakai baju kaus dan celana berkaret.

Di akhir usia 3 tahun, anak dapat membedakan mana bagian depan dan mana bagian belakang baju kausnya sehingga tidak lagi terbolak-balik.

Ajak anak menyediakan baju dan celana yang akan dipakai. Biarkan ia membuka baju/celana dan memakainya sendiri. Tak masalah jika dia memakai baju dari bagian tangannya terlebih dulu atau dari bagian kepalanya., tergantung mana yang lebih disukai anak. Begitupun untuk celana, boleh kaki kiri atau kanan duluan, suka-suka si kecil. Biasanya anak akan memakai celana dalam posisi duduk, baru kemudian berdiri setelah kedua kakinya masuk ke dalam masing-masing lubang celana.

* Memakai sepatu berperekat.

Sediakan sepatu dengan "kan-cing" berperekat, sehingga mudah dilepas-pasang oleh si kecil. Biarkan anak memakai dan membuka sepatunya sendiri. Umumnya anak 3 tahun sudah dapat memasukkan kakinya ke dalam sepatu.

* Mandi sendiri dengan arahan.

Minta anak menyiram badannya dengan air, lalu menyabuninya. Sebaiknya gunakan sabun cair. Ingatkan bila ada bagian yang terlupa. Untuk menyabuni tubuh bagian belakang, si kecil masih butuh dibantu. Setelah itu, minta ia membilas badannya. Beri tahu jika masih ada busa sabun yang tersisa di badannya, agar ia menyiramkan air ke bagian tersebut. Usai mandi, minta anak mengeringkan badannya dengan handuk.

* Pipis di toilet.

Begitu anak bilang ingin pipis, minta ia segera ke toilet dan membuka celananya sendiri. Usai pipis, ajari anak untuk membasuh alat kelaminnya dengan menyiramkan air pakai gayung atau semprotan air. Anak sudah bisa kok memegang dan menyendok air dengan gayung kecil, juga menekan semprotan air sendiri.

* Mencuci tangan tanpa dibantu.

Setiap kali hendak makan atau setelah melakukan suatu aktivitas seperti bermain dan buang air, biasakan anak untuk mencuci tangannya dengan sabun hingga bersih. Ajak anak ke wastafel atau ke tempat keran air. Biarkan ia sendiri yang membuka keran air dan membasahi tangannya di bawah air yang mengalir, menyabuninya—sebaiknya sabun cair—, lalu membilasnya. Setelah itu, mengeringkannya dengan lap bersih yang telah tersedia.

* Sediakan peralatan makan khusus anak, baik dalam bentuk, ukuran maupun bahannya yang tak mudah pecah. Orangtua bisa membantu menaruhkan makanan sesuai porsi makan si anak, baik berupa nasi dengan lauk pauknya, mi, dan sebagainya.

* Menuang air tanpa tum-pah dan minum sendiri dari gelas tanpa gagang maupun cangkir bergagang.

Sediakan gelas/cangkir dan teko/botol kecil berisi air, letakkan di tempat yang mudah dijangkau anak. Setiap kali anak minta minum, suruh ia untuk menuangkan air minum dari teko/botol tersebut ke dalam gelas/cangkirnya. Ingat, semua peralatan tersebut terbuat dari bahan yang tak mudah pecah. Sebagai latihan menuang air, sangat baik bila orangtua juga menyediakan mainan seperangkat alat minum teh, sehingga anak bisa bermain tuang air ke dalam cangkir-cangkir kecilnya. Ingatkan untuk tidak terlalu penuh menuangnya agar tidak tumpah.

* Membereskan mainan usai bermain.

Sediakan beberapa kotak dengan warna berbeda sebagai wadah penyimpan mainan. Setiap kali usai bermain, ajak anak menyimpan kembali mainannya ke dalam kotak-kotak tersebut. Bila ada mainan yang tercecer, minta anak untuk mengambil mainan itu dan menaruh ke dalam wadahnya.

* Buka-tutup pintu, baik dengan pegangan yang diputar maupun ditekan ke bawah. Anak juga dapat memutar anak kunci.

Minta anak untuk membukakan pintu ketika terdengar suara ketukan di pintu atau menutup pintu kamar ketika ia habis keluar-masuk kamar. Hindari menggantungkan anak kunci di sisi dalam pintu untuk menghindari risiko anak terkunci sendirian di dalam ruangan/kamar.

USIA 4-5 TAHUN

Selain kemampuan-kemampuan yang sudah dikuasai di usia 3-4 tahun, maka di usia 4-5 tahun anak seharusnya dapat pula melakukan aktivitas-aktivitas berikut ini:

* Menggunakan pisau untuk memotong makanan.

Berikan pisau yang tidak terlalu tajam. Di atas piring, letakkan makanan yang mudah dipotong seperti sejuring pepaya yang sudah dikupas, ubi atau kentang rebus, dan lainnya. Tunjukkan bagaimana cara memotongnya, lalu minta anak untuk melakukannya sendiri. Bila anak mengalami kesulitan, bantu dengan cara memegang tangannya.

Bisa juga, saat ibu sedang memotong-motong sayuran yang hendak dimasak, libatkan si kecil. Atau, ajak anak bermain masak-masakan, misal memotong tahu yang dibuat dari lilin mainan.

* Buka-pakai baju berkan-cing depan.

Latih anak membuka kancing dan memasangkannya dengan menggunakan kancing agak besar. Tunjukkan bagaimana caranya, lalu minta anak untuk melakukannya sendiri. Bila anak mengalami kesulitan, bantu dengan memegang tangannya. Setelah anak terampil buka-pasang kancing besar, barulah latih dia buka-pasang kancing dari bajunya.

* Buka-tutup celana beresleting.

Contohkan bagaimana cara membuka dan menutup resleting, lalu minta anak melakukannya sendiri. Bila mengalami kesulitan barulah dibantu dengan memegang tangannya.

* Menalikan sepatu.

Tunjukkan bagaimana cara mengikat dan membuka tali sepatu. Minta anak melakukannya sambil dibantu. Sering-seringlah mengajak anak melakukan latihan ikat-buka tali sepatu.

* Mandi sendiri tanpa arahan.

Anak sudah bisa mandi sendiri dengan menggunakan gayung mandi maupun shower tanpa arahan. Begitupun membersihkan badannya dengan sabun. Meski demikian, tak ada salahnya orangtua sesekali mengontrol cara anak mandi dan menyabuni badan.

* Cebok sehabis buang air kecil/besar.

Khusus anak perempuan, ajarkan cara membasuh alat kelaminnya dari arah depan ke belakang dan bukan sebaliknya, terutama usai buang air besar. Jelaskan alasannya dengan bahasa sederhana, yakni agar kotoran dan kuman yang mungkin tertinggal di anus tidak terbawa ke vagina. Setelah itu, minta anak untuk mengeringkan alat kelaminnya dengan handuk kecil yang bersih agar tidak lembap. Saat memakai celana kembali, ingatkan anak untuk berpegangan pada dinding kamar mandi agar tidak terjatuh akibat ketidakseimbangan tubuhnya.

● Menyisir rambut.

Setiap usai mandi, minta anak untuk menyisir sendiri rambutnya. Bagi si Upik yang berambut panjang, tentu masih perlu bantuan orangtua bila rambutnya hendak diikat kuda ataupun dikepang.

KONSEP DIRI POSITIF

Melatih kemandirian anak secara terus-menerus dan simultan dalam keseharian sangatlah penting di usia ini. Jika anak diberi kesempatan, ia akan punya konsep diri yang positif. Ia merasa percaya diri dan mampu melakukan segala sesuatu dengan kemampuan dirinya sendiri. Selain itu, anak pun akan kaya dengan pengalaman.

Bila orangtua tidak memberi kesempatan pada anak dan membiarkan anak tak mandiri, maka ia pun akan terbiasa tergantung pada orang lain dan tak bisa melakukan apa-apa sendiri. Bahkan, hal ini dapat berlanjut hingga di usia sekolah, semisal anak tak mau makan kalau tidak disuapi.

Selain terkait dengan konsep diri yang positif, mengajarkan kemandirian juga berarti mengajarkan tanggung jawab pada anak dan mengembangkan pula kebiasaan-kebiasaan baik yang positif. Hal ini akan terbawa sampai ia dewasa nanti.

3 HAL PENTING

Ada 3 hal yangg harus diperhatikan orangtua dalam mengajarkan kemandirian pada anak usia prasekolah, yaitu:

1. Sabar

Kesabaran orangtua merupakan kunci dalam mengajari anak. Memang akan terasa capek menjelaskan atau menunggu anak menyelesaikan pekerjaannya. Namun bagi anak ada suatu kebanggaan bila ia bisa melakukannya. Orangtua yang tak sabaran bisa menyurutkan rasa ingin tahu anak sehingga ia pun enggan atau kehilangan minat untuk melakukannya.

2. Aktivitas Beragam

Beri kesempatan pada anak untuk melakukan suatu pekerjaan/aktivitas yang beragam dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya.

3. Tak Banyak Kritik

Jika orangtua sering mengkritik pekerjaan anak, maka anak akan menjadi takut salah, takut mencoba dan sebagainya. Akibatnya, anak bisa trauma dan tak mau mengulangi lagi pekerjaannya karena anak merasa usahanya tak dihargai. Harusnya, orangtua tetap memberikan apresiasi/pujian meskipun pekerjaan anak belum sempurna. Dengan begitu, anak akan bersemangat sehingga ia mau melakukannya kembali, mau mencoba lagi.

0 komentar: