Cerdas logis matematis, Mengapa perlu ?

Satu-satu, aku sayang ibu. Dua-dua, aku sayang ayah. Tiga-tiga, sayang adik kakak. Satu dua tiga sayang semuanya.

Apa hubungan lagu Satu-Satu Aku Sayang Ibu dengan logika matematis? Ternyata pengenalan urutan kesatu, kedua, lalu ketiga itu merupakan salah satu contoh logika matematis. Nah penguasaan logika dan penalaran matematis ini disebut kecerdasan logis matematis. Kecerdasan ini dipopulerkan oleh Howard Gardner, profesor pendidikan di Harvard University yang memasukkannya sebagai bagian dari kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence). Lebih lengkapnya, kecerdasan logis matematis adalah kemampuan memahami suatu kondisi atau keadaan dengan menggunakan perhitungan matematis dan melalui penalaran logika. Fokusnya yaitu kemampuan memecahkan suatu masalah secara logis berdasarkan informasi-informasi yang dimiliki. Sering disebut juga sebagai kemampuan analisis. Jadi, kecerdasan logis matematis tak dibatasi pada kemampuan memecahkan soal hitung-hitungan saja.

Pada dasarnya, semua anak memiliki kecerdasan logis matematis. Hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan berhitung (pada khususnya) juga memengaruhi perkembangan kecerdasan ini. Satu hal yang pasti, kecerdasan ini perlu dikembangkan—terlebih di usia prasekolah—karena anak diharapkan mampu melakukan tugas-tugas sederhana yang mungkin saja mengandung beberapa persoalan yang harus dipecahkannya.

Contoh, ketika anak diminta merapikan mainan yang berserakan, dia tahu bagaimana cara merapikannya dengan memilah-milah dan memasukkannya ke dalam boks mainan berdasarkan tipenya, merapikan buku-buku berdasarkan ukurannya ke rak, dan sebagainya. Contoh lain, jika tiba-tiba mobil-mobilannya tidak bisa jalan, anak diharapkan dapat mencari apa penyebabnya secara logis dan sistematis berdasarkan segala informasi yang dimilikinya. Anak yang memiliki kecerdasan logis matematis yang baik, akan mudah memahami situasi maupun kondisi yang tengah dihadapi, kemudian berusaha memecahkan masalahnya.

CIRI-CIRI CERDAS LOGIS-MATEMATIS

1. Sering bertanya dan menuntut jawaban yang masuk akal.

2. Ketika ditanya, dapat memberikan jawaban dengan logis. Begitu pun ketika menjelaskan suatu masalah bisa secara logis dan sistematis.

3. Keingintahuan untuk mengeksplorasi sesuatu amat besar. Anak suka melakukan percobaan-percobaan dari hal yang sederhana dan semakin kompleks seiring bertambahnya usia. Anak mudah memahami sebab-akibat.

4. Menyukai hal-hal yang berhubungan dengan angka. Anak mudah mengingat angka dan memahami konsep-konsep perhitungan secara sederhana.

5. Senang mengamati berbagai hal atau memerhatikan cara kerja suatu benda. Anak tertarik pada permainan yang menggunakan analisis, strategi, dan pengamatan, seperti main tebak-tebakan, main kartu, pasel, dan sebagainya.

KEMAMPUAN LOGIS-MATEMATIS SI PRASEKOLAH

Nah, berikut ini kemampuan logis matematis yang seyogianya dikuasai anak usia dini (early childhood) dan bagaimana menstimulasinya.

1. Kategorisasi/Penggelompokan

Anak dapat memilah-milah/mengelompokkan/mengategorisasikan segala sesuatu berdasarkan warna, bentuk, ukuran atau lainnya.

Contoh stimulasi:

Minta anak mengelompokkan sedotan—gunakan sedotan warna-warni—sesuai warnanya; mana yang merah, hijau, biru, dan seterusnya. Atau, minta anak menyusun buku-buku ceritanya dari yang kecil/tipis sampai yang ukuran tebal; merapikan koleksi mobil-mobilannya dari yang kecil-kecil hingga yang besar; dan lainnya.

2. Mencocokkan/Menghubungkan

Secara nalar dan logika anak dapat menghubungkan atau mencocokkan suatu sebab-akibat, suatu keadaan dan kondisi tertentu atau mengasosiasikan sesuatu.

Contoh stimulasi:

Lakukan dengan bantuan gambar. Misal, di sebelah kiri ada deretan simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5; di sebelah kanan ada deretan gambar apel dengan jumlah tertentu. Kemudian, minta anak menghubungkan dengan garis antara simbol angka dengan jumlah apel yang sesuai.

3. Komparasi/Perbandingan

Anak bisa membandingkan sesuatu dari banyak hal, apakah itu warna, pola-pola tertentu, bentuk, ukuran, dan lainnya.

Contoh stimulasi:

Letakkan dua atau lebih suatu benda di meja, lalu minta anak menyebutkan mana yang ukurannya lebih kecil atau lebih besar. Bisa juga orangtua meletakkan beberapa gelas berisi air dan minta anak menyebutkan mana yang lebih banyak dan lebih sedikit airnya.

4. Pemahaman Bentuk Geometri

Dapat mengenal bentuk-bentuk geometri sederhana seperti bulat, persegi panjang, segitiga, dan sebagainya.

Contoh stimulasi:

Minta anak menghitung jumlah bentuk segitiga pada sebuah gambar rumah yang sederhana atau menghitung jumlah roda pada alat transportasi seperti becak, sepeda, dan sebagainya.

5. Pemahaman Bilangan (number bond)

Anak terampil mengolah angka dan menggunakan perhitungan matematis. Angka juga suatu simbol yang digunakan untuk berbagai macam hal, apakah itu menunjukkan waktu, ukuran, harga, dan sebagainya. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah:

a. Mengurutkan Bilangan (Membilang)

Dapat membilang atau mengurutkan angka secara bertahap, seperti menyebutkan bilangan 1-5, kemudian sampai 10, dan seterusnya disesuaikan dengan kemampuan anak. Di sini anak juga belajar mengenai konsep dasar angka, dimana angka 1 lebih sedikit jumlahnya dari angka 2, angka 2 lebih sedikit jumlahnya dari angka 3, dan seterusnya. Konsep angka ini juga berguna bagi anak untuk bisa menyatakan waktu, memutar nomor telepon, dan sebagainya.

Cara stimulasi:

Paling mudah lewat nyanyian, seperti lagu, "Satu-satu aku sayang ibu…." Atau, ketika naik turun tangga, minta anak sambil menyebutkan bilangan secara urutan. Bisa juga dengan bantuan benda seperti apel/bola yang dimasukkan ke dalam keranjang, "1 apel, 2 apel, 3 apel,.." Sambil anak diajak menghitung bendanya.

b. Perhitungan Sederhana

Dapat melakukan penjumlahan dan pengurangan sederhana. Konsep perhitungan ini dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, semisal ketika berbelanja.

Cara stimulasi:

Lakukan lewat nyanyian, seperti, “Satu ditambah satu sama dengan dua. Dua di tambah dua….” atau lagu-lagu lain yang orangtua dapat ciptakan sendiri. Bisa juga dengan mengajak anak bermain “tambah kurang”. Contoh, letakkan beberapa buah kubus mainan si kecil, lalu katakan, “Adek, lihat nih, Ibu punya 1 kubus (sambil meletakkan 1 kubus). Kemudian, Adek memberikan 2 kubus kepada Ibu (sambil meletakkan 2 kubus tersebut di dekat kubus yang pertama). Nah, sekarang kubus Ibu ada berapa, ya? Coba Adek hitung....” Begitu pun dengan pengurangan, namun agar anak mngerti jangan gunakan kata “dikurang” tetapi “diambil”.(tabloid-nakita)

0 komentar: