MEMBACA RAPOR TK


Apa saja yang perlu disimak?

Sebentar lagi, Anda akan menerima rapor si kecil. Dag dig dug deh rasanya, "Apakah anakku termasuk yang berprestasi? Biasa-biasa saja? Atau malah punya kekurangan?" Ya, meski si kecil masih duduk di bangku TK, orangtua selayaknya melihat rapor sebagai hal serius.

Seiring dengan perkembangan zaman, rapor anak TK pun mengalami penyesuaian di sana-sini. Beberapa TK masih menggunakan pola konvensional, yaitu dengan memberikan nilai B untuk baik, C untuk cukup, dan K untuk kurang. Sementara untuk menilai perkembangan perilakunya, biasanya digunakan standar S untuk sering, SS untuk sangat sering, dan TP untuk tidak pernah. Sampai sekarang penilaian tersebut masih relevan digunakan. Ke sini, beberapa TK memodifikasi rapor anak didiknya dengan memberi catatan pada tiap poin penilaian.

Memang tidak berarti kalau di rapor terdapat nilai K, orangtua harus serta merta "menggenjot" si anak habis-habisan sampai mengusai kemampuan yang dinilai kurang. Oleh sebab itu, pahami dulu apa arti nilai B, C, K, S, SS, TP bagi anak prasekolah.

* Nilai B

Diberikan bila anak sudah mampu mengerjakan tugas yang diberikan tanpa bantuan guru sama sekali. Misalnya anak sudah bisa mewarnai dengan baik, rapi, dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Untuk kemampuan mewarnai seperti ini, anak layak mendapat nilai B yang berarti baik.

* Nilai C

Jika anak sudah bisa menyelesaikan tugas dengan baik tapi masih butuh bantuan guru, maka ia akan dinilai cukup. Misalnya untuk kasus yang sama, yaitu pelajaran mewarnai. Anak sudah mampu memegang pensil warna dengan baik dan tugasnya bisa dikerjakan dengan rapi, tapi dalam memilih warna, sesekali anak masih bertanya pada guru. Selain itu anak masih butuh motivasi untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

* Nilai K

Nilai K diberikan kalau anak masih butuh bantuan dan dukungan dari guru secara intensif. Misalnya masih perlu penjelasan berulang untuk memahami instruksi guru. Dukungan dan motivasi pun harus sering diulang supaya tugasnya selesai. Beberapa anak meski sudah mendapat perhatian ekstra, tetap saja tidak bisa menyelesaikan tugasnya sesuai harapan.

* Nilai S (sering)

Seorang anak berhak mendapat nilai S atau sering jika sehari-hari ia menunjukkan perilaku tertentu. Misalnya anak Anda sudah mau berbagi dengan temannya kalau diminta oleh guru.

* Nilai SS (sangat sering)

Anak layak mendapat nilai SS bila dalam sehari-hari ia mau melakukan perilaku yang dinilai tanpa perlu diminta guru. Misalnya, menyapa teman lebih dulu saat berpapasan dan sebagainya. Intinya, inisiatif untuk melakukan sesuatu sudah dimilikinya tanpa bantuan guru lagi.

* Nilai TP (tidak pernah)

Anak-anak yang tidak pernah melakukan perilaku yang dinilai akan mendapat nilai TP. Misalnya ia belum bisa berbagi sama sekali, masih "takut" dengan lingkungannya sehingga hampir tidak pernah menyapa teman apalagi guru, tidak mau maju ke depan kelas, tidak pernah menjawab pertanyaan guru, tidak pernah membereskan mainan sehabis dimainkan, dan sebagainya.

ASPEK PENILAIAN

Di TK, anak dituntut menguasai keterampilan sesuai dengan tugas perkembangannya. Inilah perinciannya:

* Motorik kasar

Penilaian meliputi kemam-puan meloncat, melempar, berlari, berdiri satu kaki, melompat engklek, memanjat, berjalan di titian, menendang bola.

* Motorik halus

Penilaian mencakup kemampuan menggunting, menggambar, mewarnai, menempel, menjahit, dan meronce.

* Perkembangan kognitif

Meliputi pengenalan konsep dasar huruf, angka, dan bentuk-bentuk geometris serta variasinya. Sebagai catatan, penguasaan kemampuan ini tidak sama dengan keharusan bisa membaca ataupun berhitung.

* Perkembangan bahasa

Pada poin ini, anak akan dinilai kelancaran bicaranya, penguasaan kosakata, dan kemampuan bercerita pengalaman ataupun imajinasinya.

* Perkembangan emosi

Perkembangan emosi meliputi apakah anak masih mudah menangis, tidak bisa mengenda-likan emosi, atau sudah bisa mengendalikan emosi.

* Kemampuan sosialisasi

Kemampuan sosialisasi yang dinilai adalah kepiawaian anak menjalin relasi dengan teman-temannya. Misalnya kemampuan menyapa, menolong teman, menengahi perselisihan, dan berinteraksi.

HARUS BAGAIMANA?

Bila ada penilaian yang dianggap kurang, biasanya guru akan memberi catatan. Haruskah catatan ini dianggap serius atau justru boleh diabaikan? Sering kali orangtua menganggap enteng dengan berujar, "Ah, masih TK ini. Biar saja ada kekurangan di sana-sini." Sikap seperti ini tentulah kurang bijak. Kalau sekarang mengatakan, "Ah, masih TK ini," bisa jadi di SD pun orangtua akan berkilah sama.

Sebenarnya, catatan tersebut merupakan "imbauan" bagi orangtua untuk bekerja sama dengan guru. Misalnya kemampuan si prasekolah dalam memilih warna kurang berani, dan mewarnainya masih ragu-ragu. Diharapkan dengan adanya catatan tersebut orangtua mau melatih atau memberikan waktu lebih pada anaknya guna mengasah kemampuan yang satu ini. Demikian juga kalau yang dinilai kurang adalah perilakunya, misalnya anak tidak pernah menyapa teman. Diharapkan orangtua lebih aktif membawa anak ke ajang bersosialisasi di sekitar rumah agar dapat berinteraksi dengan lebih banyak sebaya.

Bila catatan yang diberikan menurut orangtua tidak sesuai dengan keadaan anak di rumah, sebaiknya bicarakan baik-baik dengan gurunya. Tak jarang orangtua merasa kemampuan anaknya baik-baik saja. Padahal mungkin saja anak termasuk tipe jago kandang. Diskusikan dengan guru bagaimana baiknya demi langkah penanganan yang tepat.

MASALAH ABSENSI

Di bagian akhir penilaian, biasanya ada rekapitulasi absensi anak. Berapa hari ia sakit, berapa hari ia izin dan berapa hari tidak masuk tanpa keterangan. Kalau absensinya masih di bawah 5 hari, tak masalah. Apalagi jika anak masih duduk di bangku TK A. Di usia ini lazimnya kondisi fisik anak belum optimal. Panas, pilek, batuk, merupakan penyakit langganan yang acap kali muncul dan menyebabkannya harus absen dari sekolah. Lain halnya kalau absensi itu sampai 20 hari atau bahkan satu bulan, biasanya ada masalah lain yang mesti disiasati.

Selain itu, absensi di TK juga terkait dengan latihan daya tahan tubuh anak sebagai persiapan masuk SD. Seperti diketahui, di bangku SD anak harus belajar lebih lama dengan rentang konsentrasi lebih panjang. Kalau di TK kemam-puan ini tidak diasah dan dengan mudahnya orangtua meloloskan keinginan anak untuk tidak masuk sekolah, bukan tak mungkin di jenjang pendidikan selanjutnya anak akan mengalami kesulitan.

Cari tahu mengapa anak malas sekolah, apakah ia mengalami konflik dengan temannya atau dengan gurunya. Selain untuk mengasah kemampuan, sekolah pun harus menjadi ajang bergaul yang menyenangkan.

Dengan demikian, orangtua dituntut bijak menyikapi apa pun isi rapor si prasekolah. Anda boleh saja kecewa tapi jangan memojokkan si kecil serta memaksakan latihan yang hanya akan menghilangkan unsur kegembiraan. Lebih baik, terima kekurangan anak agar bisa memberikan motivasi dan stimulasi yang tepat.

TIP BIJAK

* Jangan bandingkan kemampuan anak Anda dengan yang lain. Anak bisa down karenanya.

* Berikan pujian sewajarnya tiap kali anak menunjukkan kemajuan baru.

* Mengingat banyaknya aspek penilaian, jangan hanya fokus pada satu hal yang dianggap unggul.

* Jangan terlalu menuntut anak melakukan ini dan itu. Apalagi jika kemampuan tersebut sebetulnya bukan merupakan tugas perkembangan di usianya.

Pada prinsipnya, TK adalah tempat anak bermain. Meski demikian, ada yang "salah" dengan sistem pendidikan kebanyakan TK di sini, yaitu menuntut anak menguasai kemampuan yang tidak mesti sekarang dikuasainya. Misalnya ada beberapa TK yang memasukkan mata pelajaran membaca dan berhitung. Kalau sekadar mengenalkan dengan cara menyamarkan dalam permainan tentu tidak masalah. Tapi kalau anak sampai dituntut harus menguasai keterampilan tersebut, itu sudah tidak tepat.(tabloid-nakita)

0 komentar: