Aman dan Nyaman di Sekolah Baru

TIDAK mudah bagi sebagian anak untuk menghadapi sekolah yang akan dimasuki. Bagaikan memasuki sebuah dunia baru yang asing. Bagaimana mengatasinya?

Setiap anak terlahir dengan sifat dan karakter yang berbeda. Ada anak yang memang sudah percaya diri di tempat baru. Namun, ada juga anak yang memiliki tipe pemalu sehingga susah untuk beradaptasi. Psikolog sekaligus pemerhati anak, Seto Mulyadi mengatakan, untuk anak yang mempunyai tipe pemalu, harus diberikan penjelasan mengenai dunia luar secara bertahap.

Jika anak pemalu sudah terbiasa, dia akan melangkah maju lebih cepat. "Anak dengan tipe pemalu, jika dipaksakan mengenal dunia luar akan menjadi trauma," tambah pria yang biasa disapa Kak Seto ini. Dalam memberikan pengenalan dunia luar, memang harus bertahap.Orangtua jangan mengharapkan hasil yang instan. "Anak saya yang akan masuk SMP, sudah saya beri nasihat. Walaupun ia harus berada di tempat baru, di mana saja, maka terima saja apa adanya," tutur salah satu orangtua murid kelas 6, Ibu Ratna.

Cara yang bisa ditempuh dalam membantu sang anak untuk menghadapi dunia barunya, menurut Kak Seto, adalah melakukan dialog atau komunikasi timbal balik dengan anak. Yakinkan anak bahwa teman-temannya yang lain juga mengalami hal yang sama. Setiap anak akan mengalami perubahan. Dari yang tahu menjadi tidak tahu, dari yang besar menjadi kecil, dari tingkat SD menjadi SMP.

"Setiap anak pasti akan tumbuh dan berkembang. Ajarkan anak dalam hal bergaul, melakukan pekerjaan, bersikap, dan bertindak," ungkap Kak Seto yang juga pemilik sanggar Si Komo ini.

Dia menuturkan, salah satu cara menyiasati hal tersebut yaitu dengan simulasi atau pelatihan dalam mengenali dunia barunya. Misalnya, mengajak anak melihat gedung sekolahnya yang baru dan memperkenalkan pada guru-guru. Serta mengajarkan perbedaan dari sekolah terdahulu. Sebagai contoh, di SMP setiap mata pelajaran memiliki guru . Hal itu berbeda jika dibandingkan dengan di SD. Selain itu, Kak Seto mengatakan, mendampingi anak di awal mereka masuk adalah sesuatu yang normal.

Tidak berarti orangtua memanjakan si kecil, tetapi hanya mengantarkan mereka untuk membantu berlatih bicara pada guru. Dalam menghadapi lingkungan barunya itu, pengawasan harus dilakukan terus menerus. Apalagi jika melihat semakin banyaknya anak yang merokok mulai dari usia 9-11 tahun, juga kasus penggunaan narkoba saat ini. Sasaran empuk dari para bandar narkoba adalah anakanak yang dalam masa-masa SMP.

"Karena kita menginginkan anak kita dalam dunia barunya itu merasa aman dan nyaman, maka kita harus melatih mereka untuk berbicara pada gurunya.Dan i n i adalah salah satu tantangan yang harus mereka hadapi kelak," ujar Kak Seto.

Hal tersebut diharuskan bagi para orangtua yang menginginkan anaknya terhindar dari bahaya lingkungan luar mereka yang baru, yaitu ketika tidak semua pergaulan membawa dampak yang positif. "Pada masa-masa usia SMP, mereka belum banyak mengerti masalah pergaulan, tetapi memiliki rasa penasaran dan ingin tahu yang lebih besar," tambah Kak Seto.

Dampak negatifnya, bila orangtua tidak melakukan pengawasan adalah terjadinya hal di luar dugaan yang dapat mengancam keselamatan anak. Biasanya, untuk memenuhi rasa keingintahuan yang besar terhadap hal yang baru, si anak cenderung melakukan hal negatif.

Ditambah perasaan "hebat" di depan teman-temannya, apabila dia mampu melakukan hal yang di luar batas kemampuannya. Karena mereka dituntut untuk kompak dengan teman baru.

Kak Seto berpesan agar orangtua terus menuntun anak untuk menghadapi dunia barunya, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan bersahabat dengan suasana baru. Jangan biarkan anak mendapatkan lingkungan baru yang membawa mereka kepada hal negatif. (sindo//nsa)

0 komentar: