Anak harus tahu ragam budaya

Mengenali keberagaman ciri fisik dan budaya tenyata akan membuat si kecil bertambah percaya diri.

"Si Roger, kok, beda sama Adek, ya, Ma?" celetuk seorang anak tentang salah seorang temannya yang berasal dari Amerika. "Kulitnya putih, rambutnya pirang kayak emas, matanya juga biru," sambungnya lagi.

Tak perlu heran jika si prasekolah bertanya seperti itu, karena seperti dikatakan Rosmayanti, Psi., bukan rahasia lagi jika di usia ini anak sedang sangat tertarik dengan perbedaan-perbedaan.

Bagi mereka, rambut pirang merupakan sesuatu yang aneh dan baru, sehingga menarik perhatian. Demikian pula saat dia melihat anak lainnya yang berkulit hitam legam. Jangankan anak-anak, orang dewasa pun cukup terusik dan segera mengalihkan pandangan saat melihat sesuatu yang tidak biasa di hadapannya.

Psikolog dari Yayasan Cikal Jakarta ini justru berpendapat, orang tua atau guru mestinya bangga mendengar pertanyaan kritisnya. Soalnya, setelah tertarik, anak-anak biasanya akan bertanya lebih jauh, "Mengapa kulit mereka berbeda dengan temannya. Demikian pula dengan bahasa atau cara mereka berdandan. Dari mana mereka berasal? Lalu, apakah dalam hal lain mereka benar-benar berbeda dengannya?"

Menurutnya, inilah kesempatan emas bagi orang tua untuk mengenalkan ragam budaya dengan aneka corak dan ciri khasnya. Jika sejak dini anak dikenalkan dengan aneka ragam kebudayaan, maka wawasan pengetahuan anak akan semakin luas. Anak tidak hanya mengenal budaya di mana dia menetap saja, tapi juga daerah-daerah lainnya.

Jika kita berbicara tentang budaya, maka kita pasti akan mengupas banyak hal, dari penampilan fisik, karakter, bahasa, pakaian, hingga makanan. "Bagaimana pengetahuan anak tidak bertambah kaya jika orang tua mengenalkan semua itu dengan bahasa yang mudah."

Yanti menambahkan, "Namun, untuk anak-anak prasekolah, pengenalan ini sebaiknya hanya dilakukan untuk menambah pengetahuan saja. Bukan untuk mengubah atau menjadikan mereka cinta atau benci kepada suatu kaum atau golongan." Penting diingat, salah satu tujuan pengenalan ragam budaya ini adalah agar anak tidak alergi terhadap perbedaan. Biarpun warna kulit berbeda, mereka adalah manusia yang layak diperlakukan sama dan tidak dibeda-bedakan.

Penjelasan tentang pengetahuan ini juga berguna agar emosi anak tidak terusik saat kelak bertemu orang dari kultur yang berlainan. Bisa saja, kan, anak merasa takut, malu, cemas atau merasa tidak nyaman kala bergabung dengan orang-orang yang memiliki kultur berbeda. "Anak kita bisa saja ketakutan saat melihat orang berkulit hitam dan bertubuh besar, karena sebelumnya ia belum pernah mengenal atau dikenalkan dengan sosok seperti itu."

Kemungkinan lain, anak enggan bergaul jika berada di tengah-tengah anak lain yang kulturnya berbeda. Ia merasa terasing jika harus bergabung dengan mereka, terutama jika bahasa yang digunakan berbeda. Anak memiliki kecemasan tersendiri terhadap perbedaan yang dimilikinya sehingga ia membatasi diri untuk berinteraksi dengan orang lain. Bukan tidak mungkin pula, anak akan menarik diri dari lingkungan.

Saat anak terlihat ketakutan, buatlah ia tenang dan nyaman terlebih dahulu dengan menjauhkannya dari orang asing itu. Setelah emosinya mulai mereda, baru berikan penjelasan. "Kamu takut, ya? Orang itu, kan, seperti yang sering Mama ceritakan," misalnya. Pokoknya, jangan paksa anak untuk mau berinteraksi dengan orang asing yang membuatnya cemas. Kalau ini yang dilakukan, bukannya anak jadi berani berkomunikasi dan berkenalan dengannya, ia justru bisa menjadi sangat trauma atau ketakutannya semakin menjadi-jadi. "Bukan tidak mungkin, nantinya, anak akan ketakutan setiap kali melihat orang dengan ciri yang sama."

KENALKAN SEMUDAH MUNGKIN

Yanti mengingatkan, sebelum mengenalkan berbagai budaya di Indonesia dan di seluruh dunia kepada anak, orang tua sebaiknya terlebih dahulu menerangkan budaya asl si anak. Tujuannya, agar anak mengenali dirinya sendiri sebelum ia melihat yang lain. "Kulit kamu berwarna sawo matang atau kuning. Bahasa yang kamu pakai namanya Bahasa Indonesia, rambut kamu lurus dan hitam." Setelah itu, barulah jelaskan, ciri khas anak-anak dari negara lain. Terangkan perbedaannya dengan penampilan diri si anak.

Menjelaskan anak tentang perbedaan ini, bisa dilakukan di rumah oleh orang tua atau di sekolah oleh guru dengan berbagai cara, di antaranya:

1. Kenalkan secara langsung

Terangkan terlebih dahulu beragam budaya yang ada. Baik di tanah air maupun di luar negeri. Jelaskan apa saja ciri khas yang dimiliki oleh daerah atau negara tersebut. Misalnya negara Jerman, terangkan dulu lewat peta di mana kita berada, lalu di mana negara tersebut berada. "Jarak peta beda dengan aslinya. Jarak sebenarnya sangat jauh. Untuk sampai ke sana kita harus naik pesawat atau kapal laut." Jelaskan pula ciri-ciri fisik masyarakat negara tersebut, seperti berbadan tinggi, bermata biru, dan banyak yang berambut pirang seperti rambut jagung.

Alangkah baiknya kalau kita punya kenalan dari negara tersebut. Mintalah ia untuk berkenalan dengan si anak. Biarkan dia bertanya-jawab dengan orang itu. "Adek, ini Tante Yani, orang Indonesia, rambutnya lurus dan hitam, kan? Nah, yang ini Mr. Miller, dia orang Jerman. Kulitnya lebih putih daripada kita, badannya tinggi dan dia bicara dengan bahasa Jerman." Pengalaman langsung seperti ini tak akan dilupakan oleh si anak.

Waktu perkenalannya pun tak perlu disediakan secara khusus. Cukup dengan memanfaatkan kesempatan yang ada. Misalnya saat berjalan-jalan ke mal, lalu berpapasan dengan orang yang cukup asing buat anak, maka orang tua bisa menjelaskan siapa orang tersebut dan dari mana asalnya.

2. Lewat audio-visual

Sarana audio-visual seperti video atau tayangan TV bisa dijadikan alat untuk mengenalkan budaya suku dan bangsa lain kepada anak. Jelaskan segala sesuatu yang muncul dalam tontonan secara gamblang, atau jika narasinya menggunakan bahasa Indonesia, ajaklah anak untuk menyimaknya. Lewat media ini, anak secara langsung bisa mengamati gerak-gerik, bahasa, pakaian, dan kebiasaan masyarakat dari suku atau bangsa lain secara jelas.

Terangkan pula seandainya orang tersebut ada di hadapan si anak. "Di televisi, orang bule itu kelihatan normal saja, ya, Dek. Nah, kalau nanti dia ada di hadapan Adek, maka orang itu mungkin tingginya selemari di kamar Ibu."

3. Lewat bacaan

Kultur yang berbeda juga bisa dikenalkan lewat buku-buku atau majalah bergambar. Biarkan anak mengamati perbedaan yang ia temukan dari beragam jenis kultur tersebut.

4. Praktekkan dalam acara tertentu

Agar lebih berkesan, dalam acara­acara tertentu, tidak ada salahnya jika anak disuruh memakai pakaian dan pernak-pernik khas daerah atau negara tertentu. Ajarkan dia agar menghafal ciri-ciri khas dari baju daerah atau negara lain yang dipakainya. Misalnya, nama kain yang dipakainya. Cara ini mengajarkan kepada anak bahwa perbedaan tidak membuat mereka terpisah. Mereka bisa bergaul dan bersosialisasi bersama-sama.

JELASKAN DENGAN BUKTI KONKRET

Hal yang penting, pesan Yanti, dalam menjelaskan perbedaan kultur kepada anak, orang tua harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

1. Jelaskan lewat bukti-bukti konkret

Anak mesti dijelaskan dengan bukti-bukti konkret yang ada, saat orang tua mengatakan, "Orang Amerika kebanyakan berambut pirang," misalnya. Jadi, anak tidak dibuat penasaran dengan bertanya-tanya, "Pirang itu seperti apa, sih?" Mempertemukan si kecil dengan bule berambut pirang atau memperlihatkan film dan fotonya merupakan bentuk dari contoh konkret itu.

2. Jangan jelaskan hal-hal rumit

Saat menerangkan, pilih topik yang sifatnya tidak abstrak dan mudah ditangkap anak, seperti perbedaan warna kulit, pakaian tradisional, bahasa, permainan, lagu-lagu, dan makanan. Hindarkan topik yang rumit, seperti agama atau kepercayaan yang dianut dalam suatu kultur. Hal abstrak seperti itu akan membuat anak bingung, bahkan frustrasi saat harus berkenalan dengan ragam budaya yang berbeda tersebut.

3. Jelaskan mereka sama

Orang tua mesti menjelaskan, biarpun berbeda, orang dari suku atau bangsa mana pun pada dasarnya sama dengan kita. Terangkan pula, mengapa sebuah daerah memiliki ciri khas yang berbeda dari daerah lain. Misalnya, mengapa orang di daerah tertentu tidak memakai baju. Mungkin karena mereka memang belum terbiasa memakai baju.

MANFAAT YANG BISA DIAMBIL

Yanti berpendapat, banyak sekali manfaat yang bisa diambil oleh anak jika sejak dini sudah dikenalkan dengan beragam kultur.

1. Lebih percaya diri

Secara emosional, anak-anak yang sudah dikenalkan dengan keragaman budaya akan lebih percaya diri. Ia tidak akan malu atau bahkan takut saat melihat orang asing. Ia bahkan bisa berkomunikasi dengan hangat dan bermain bersama orang asing tersebut.

2. Memperluas wawasan

Anak tidak hanya mengenal diri dan kulturnya sendiri, tapi juga kultur orang lain. Dengan begitu, wawasan anak akan semakin bertambah luas. Ia juga bisa mengenal dari mana orang-orang dengan ciri-ciri tertentu berasal. Apakah ciri itu berupa pakaian khas atau bahasa. Bahkan, lebih baik lagi jika anak tertarik mempelajari budaya dan bahasa mereka.

"Usia prasekolah merupakan usia yang sangat baik untuk mempelajari sesuatu, termasuk bahasa. Daya rekam mereka sangatlah kuat," ungkap Yanti, "Mereka juga biasanya memiliki keinginan untuk belajar lebih jauh demi menguasai bahasa tersebut."

3. Menghargai perbedaan

Dengan mengenal keragaman budaya, anak tidak akan alergi terhadap perbedaan. Ia tetap bisa bergaul dan bermain bersama anak lain yang berbeda darinya. Mereka beda, tapi tak perlu dibeda-bedakan. Sikap ini akan terus menetap hingga anak tumbuh dewasa kelak.

4. Lebih mudah bersosialisasi

Anak yang dikenalkan dengan ragam perbedaan akan lebih mudah berdaptasi dan bersosialisasi, di mana pun dia berada. Ia akan lebih mudah bergaul dengan teman-temannya, meski terdapat beberapa perbedaan di antara mereka.

CEGAH JIKA SI KECIL MELEDEK TEMANNYA

Orang tua mesti mencegah si kecil jika dia mulai meledek orang dengan kultur berbeda, seperti si Negro atau si Cina. Tentunya orang tua juga mesti introspeksi, apakah dia sudah mengenalkan ragam budaya itu kepada anak. Boleh jadi tindakan tersebut diakibatkan oleh ketidakpahamannya terhadap perbedaan.

Kemungkinan kedua, anak menganggap orang yang diledeknya memiliki keunikan tersendiri dan merupakan minoritas sehingga pantas jika diledek. Orang tua mesti tanggap dan segera memberi pengarahan bahwa tidak baik meledek orang yang berbeda dengan kita. Bukankah si kecil juga akan marah jika diledek oleh teman-temannya seperti itu.

Disamping itu, terangkan bahwa orang yang diledek akan minder dan tak percaya diri. Ia akan merasa berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Akibatnya, ia mungkin akan malu jika harus bergaul dengan anak-anak lainnya.
(tabloid-nakita)

0 komentar: