Belajar piano (klasik)

Q : Belajar piano (klasik) untuk pertama kali, lebih baik privat apa
ke sekolah musik ?

A : Yang jelas kalo privat lebih mahal daripada sekolah musik..
hehehe..ups.. kecuali kursusnya di sekolah musik ngetop yach, kayak
YMI, farabi,dll, dsb di sekolah musik kayaknya juga bisa privat juga
deh.. (satu guru untuk satu murid). Enaknya di sekolah musik, kita
nggak perlu punya alat musiknya..
sedang kalo privat, minimal musti punya alatnya dulu kaan..
-d-

A: Kalo menurutku sih lebih enak les privat., bisa lebih akrab sama
gurunya., jadi enak belajarnya. Dan kalo di rumah waktunya bisa
agak2 molor (nambah)., kalo di sekolah kan nggak bisa.
-n-

A: IMHO,
Setiap orang pasti punya kecintaan sama musik. Ini perlu dilatih dan
dikondisikan. Pengenalan musik bisa dimulai sejak masih dalam
kandungan.
Kesukaan akan jenis musik tertentu akan terbentuk karena kebiasaan
dan lingkungan. Kalau tiap hari dipasangin musik jazz, dia bisa suka
musik jazz seperti Andin, for example. Kalo tiap hari PRT/BS nya
pasang dangdut ya dia bisa jadi sukanya dangdut....hehe..

Kenapa musik klasik ? Engga juga lah, engga musti. Menurut aku sih,
semua jenis musik bagus aja, even dangdut... Yang bagus sih, anak2
sebaiknya dikenalin sebanyak mungkin warna musik. Menurut aku,
musiknya Disney itu bagus sekali, warna musiknya juga beragam, ada
klasik, jazz, ragtime, blues, rock&roll dll. Ada yang koleksi kaset
Disney Classic '60 years of musical magic' ? Kalo ngga salah, ada 6
vol. dan isinya lagu2 dari film2 disney dari jaman bambi, sampe lion
king, pocahontas, beauty and the beast...semua deh..

Apa harus belajar main musik ? Sebenernya engga juga. Musik bagian
dari art yang mengembangkan otak sebelah ( kanan/kiri ya? ). Sistem
pendidikan di sekolah sekarang ini menurut aku kurang banget mengasah
kreatifitas, dan jadinya perkembangan otaknya jadi nggak balance.
Jadi selain musik, bisa aja anak2 belajar nari, lukis etc. Cumaaa,
seneng kan kalo bisa main musik...:), really bisa ngilangin bete....

Kenapa piano klasik ? pertimbangannya, piano itu range nadanya
paling 'lebar' dibandingin intrument musik yang lain, selain itu
paling mungkin dipelajari oleh anak2. Dan kalau punya basic piano
klasik, ini bisa jadi fondasi yang bagus untuk mempelajari instrument
musik yang lain. Selain itu, menurut penelitian, musik klasik itu
bisa mencerdaskan anak toooh...

Lalu ngejawab pertanyaannya "private lesson atau sekolah musik ? "
aku bedain 'private' di sini adalah private di rumah aja ya,
bukan 'private' di sekolah musik. Karena di tempat aku ngajar, yang
namanya belajar piano klasik ya private, cuma sendirian.
Aku juga ngajar private di rumah. Kalau di rumah nggak ada kamar
khusus untuk piano, banyak gangguannya. Kadang2 anaknya lagi belajar,
temen2nya di luar manggilin ngajak maen otopet...weleh..buyar kan
konsentrasinya. Sepanjang gangguan spt tadi bisa diatasi, ya oke aja.
Tapi mungkin, ini depend on gurunya, kalo privat itu bisa nggak ada
ujian atau homeconcertnya kali ya, kadang2 ini perlu juga untuk
motivasi.

Nggak ada kata terlalu tua untuk belajar ? muridku sendiri sekarang
ini rangenya antara 6 - 38 taun...gimana masih masuk nggak ?
hihi..yang di atas 30-an itu ibu2 yang awalnya belum pernah sama
sekali belajar instrument musik. Dengan niat dan semangat, sesudah
setaun belajar bisa bagus juga lho mainnya.
-seorang guru piano-

A; Anak-anak saya mulai belajar musik di kelas musik untuk balita.
Kebetulan sekolah musik di Sunter Mall, punya kelas seperti ini.
Kelas balita ini untuk anak umur 3 - 5 tahun (anak saya mulai dari
umur 3 dan 2½ tahun). Program untuk musik balita lamanya ± 1½ tahun,
tetapi kalau dianggap cukup berbakat, bisa lompat kelas dan masuk ke
kelompok modern course. Modern course ini belajar piano dengan
menggunakan keyboard, karena dengan keyboard, anak-anak bisa belajar
sambil bermain, suaranya tidak monoton seperti piano. Setelah lulus
modern course, yang juga 1 tahun lamanya, baru masuk ke privat untuk
belajar piano klasik.

Kami memilih sekolah musik ini dibanding dengan KMA Yamaha dengan
pertimbangan:
1. Anak sudah mulai dikenalkan dengan musik mulai umur 3 tahun (KMA 4
tahun). Musik balita I programnya seperti kelompok bermain, anak-anak
belum memegang instrumen musik, tapi baru pengenalan. Anak-anak
diajarkan irama, chord sederhana, pengenalan not balok (C - G). Musik
balita II, anak-anak baru mulai belajar memegang instrumen perkusi,
misalnya glockenspiel, dan bermain musik di dalam kelompok (ensemble).
2. 1 kelompok modern course paling banyak 4 orang (KMA 8 - 12 orang).
Bayangkan kalau dalam 1 jam, muridnya ± 10 orang, perhatian gurunya
tentu berbeda dengan yang muridnya hanya 4 orang. Kelasnya anak
pertama dulu malah hanya tinggal 2 orang karena 2 temannya yang lain
mengundurkan diri, jadi seperti semi-privat.
Anak pertama saya mulai les umur 3 tahun 3 bulan, kebetulan dia
langsung dinaikkan ke modern course setelah lulus dari balita I. Jadi
dia mulai belajar modern course sejak umur 4 tahun. Untuk latihan di
rumah, kami menggunakan piano, supaya jari tangan lebih kuat.
Pertamanya memang dia agak bingung. Di rumah sudah lancar, tetapi di
tempat les tidak bisa, akhirnya kalau latihan di rumah, harus gantian
piano & keyboard. Dia sudah lulus modern course, sekarang dia les
privat piano klasik (tidak di sekolah musik lagi). Kalau memang dia
berbakat dan berminat terus main piano, rencananya nanti kalau naik
kelas I, baru mulai les di sekolah musik lagi. Anak kedua (4 tahun)
sekarang masih di modern course.
-seorang dokter, ibu 2 orang anak-

Setahu saya, umur 4 tahun itu belum efektif untuk diajar musik. Ini
menurut pengalaman istriku selama /- 11 tahun sebagai guru sekolah
musik Yamaha dan guru piano/clavinova/keyboard private.
Umur yang efektif adalah mulai 5 tahun. Kalau udah 7 tahun, sudah
agak telat (tapi better late than never).
Yang terpenting, masih menurut istri (sebab pengetahuan saya tentang
musik bisa dibilang minimalis) adalah bahwa si anak harus
dimotivasi untuk menyukai musik dengan pengenalan.
Metodenya tidak boleh kayak cara sekolah biasa yang cenderung
authoritarian, yang harus begini atau begitu (agak dipaksakan ke
anak), tapi harus dengan cara bermain, fun, dan mendorong
motivasi/minat anak terhadap musik.
Dan bisa lebih efektif kalau pake sistem reward & penalty (reward
berupa pujian, hadiah2 yang kelihatannya kecil tapi "besar" untuk
anak tsb: misalnya pemberian stiker khusus yang lucu/cute kalo
mainnya bagus, pemberian coklat, cookies, barang pernik-pernik kecil.
Si anak akan senang sekali dan termotivasi untuk main sebagus-
bagusnya.

Kalau penaltynya, tidak dikasih reward di atas, dan ditegur dengan
halus:
misalnya: miss Ika (nama istriku) sedih deh kalau Azriel (misalnya)
mainnya kurang bagus. Dibagusin yach, nanti miss bangga dan senang
dan Papa & Mama pasti senang juga. Nanti kalau mainnya bagus, ntar
dikasih stiker/pernik/dll)

Banyak anak yang dilatih musik dengan salah, sehingga menimbulkan
trauma atau keengganan anak untuk berlatih, karena merasa gak fun,
dan merasa dipaksakan. Kalau pun ortunya memaksakan, memang si anak
bisa juga, tapi prosesnya lama bisanya, dan keahlian musiknya &
jumlah lagu yang bisa dimainkan tentunya terbatas (tidak optimal).
Tentunya akan buang waktu, tenaga, dan Rp Rp Rp.
Dan kalau anaknya udah besar dan gak ngeles lagi, keahliannya akan
hilang (meskipun tidak total), karena mainnya akan banyak salah,
bahkan banyak lupa teknik-tekniknya. (karena pasti akan jarang
latihan; motivasinya kurang)

Dengan adanya minat pada anak, maka dengan sendirinya anak tsb akan
mau rajin latihan. Sehingga lebih efektif, hasil otimal, dan
cepet naik tingkat. Nah, seperti kata [deleted], latihan menuju
kesempurnaan (practice makes perfect).

Soal bakat memang nomor 2, yang penting minat & latihan. Tapi, kalo
memang bakat musik kurang, paling-paling hanya bisa kualitasnya
untuk hobby pribadi dan performancenya bagus (tapi tidak bisa
excellent, pentas/professional punya quality).

Oya, mengenai private seperti yang ditulis Bu D "biayanya itu lho
mahal sekaliiii...", sebenarnya relatif tergantung dari cara
memandangnya. Memang kalau sekolah musik, pasti lebih murah. Tapi
trade-off dengan efektifitas dan kualitas dari keahlian musik
anak tsb. Sebab proses belajarnya rame-rame ( 1 kelas bisa 4-6
murid), dengan waktu terbatas hanya 1 s/d 1,5 jam. Tentunya waktu
intensive per murid, harus dibagi rata. (paling banter 10 s/d 15
menit, full konsentrasi/fokus per anak)

Sedang untuk private, 100% waktu dan perhatian bisa dicurahkan ke
murid tsb.Hasil & kualitas pasti lebih di atas anak yang hanya
ikut sekolah musik (dengan sistem kelas yang beramai-ramai). Dan hal
yang penting yang biasa dilupakan dalam memilih Sekolah musik Vs
Private Lesson adalah hubungan antara guru dan murid harus baik, pada
umumnya les privat, hubungan guru dan murid sangat baik (memang
tergantung gurunya & personalitynya). Sebab hubungan yang baik, salah
satu penunjang/faktor utama si anak termotivasi dan rajin berlatih.

Nah kembali ke soal biaya, terang saja lebih mahal. Karena income si
guru khan hanya dari 1 orang, tapi waktu, tenaga, dan perhatian
yang diberikan lebih dari les biasa/bersama-sama. Kalau di sekolah
musik, guru khan dapat income dari jumlah muridnya tapi masih
harus dipotong dengan biaya sekolah musik (% pemotongan tergantung
sekolah musik dan tergantung nego dengan owner)

A: IMO, sebetulnya gak bisa main alat musik apapun juga gak
masalah...yg lebih penting mungkin..suka seni..apapun seni itu..
Musik itu paling gampang buat dikenalin ke anak..lewat lagu, bahkan
tidak perlu kaset, kita nyanyi juga jadi.
Ya..klu bisa alat musik emang lebih baik sih, tp ya gak perlu
dipaksa..siapa tau ternyata dia 'gak kesitu'...

Kenapa aku bilang gini. Karena aku waktu dulu, setengah mati pengen
bisa maen piano!!! Tp entah kenapa..kelupaan akhirnya...
Tp sekarang aku bersyukur w/p gak bisa main piano apresiasi seniku
lumayan lah, not bad gitu..... (mungkin krn aku pernah ikutan les
tari, gambar, vocal gr, pad.
suara..sandiwara-sandiwaraan (akting dikit).. kali ya) Tp semuanya
gak ada yg nyuruh..krn aku suka aja..inginnya ke sana...

Aku pernah punya temen, yg sama ortunya didaftarkan salah satu
kegiatan seni.. Ya..mungkin krn di keluarganya juga gak ada atmosfer
seni...ya sudah..setelah les berakhir, berakhir juga semuanya...

Dikeluargaku yg bisa alat musik hy adikku yg laki-laki.. yg perempuan
bbrp bisa nyanyi..selebihnya pencinta musik aja..
Ayahku sejak aku mulai inget, tiap bangun pagi itu kami disambut
musik..klasik, ataupun paduan suara jerman..(aku gak ngerti tp enak
deh gak kayak paduan suara Dharma wanita sini..jauh)...atau Andy
Williams..Bila kami membeli kaset, selalu dibimbing beliau...
Sampe sekarang aku tuh paling nikmat, klu lagi libur,..bangun
pagi..langsung stel musik...gak perlu stel TV..nikmaaattt..deh...
Tp sedihnya klu aku denger bbrp lagu lama 'kami' itu , aku suka inget
alm. ayahku..sedih sekali ibus, saya suka tiba-tiba ingin keluar air
mata..dimanapun saya berada..Klu denger lagu 'kami' krn gak tau
judulnya (suka lupa), spontan aku suka bilang "Eh, ini lagu papap".
(TUh kan jadi sedih ah..)..phewww...

Tp aku males ke pameran lukisan....bentrok sih sama hobby yg
lain..pengen beli ..:((..kan mahal.... Crosstitch aja deh di
rumah..... Udah lama aku pengen belajar ngelukis terutama cat air..tp
Nadeem masih kecil..bisa amburadul...

Perlu diingat juga ada lho musikus (jenius) yg keliatannya gak stabil
emosinya..(vokalis Nirvana yg overdosis?).
-p-

A: Pengalamanku pertama kali ikut les piano di sekolah musik Yamaha,
trus kemudian privat. Sebenernya ngga ada bedanya, tetep aja kita
kursusnya sendirian ngga ama murid yang lain, bagus nggak nya
tergantung gurunya...biasanya semakin bagus dan terkenal semakin
mahal. Dan bisa nggaknya kita juga tergantung kedisiplinan murid (aku
dulu paling sering mbalelo)serta bakat sih, soalnya menurut aku,
piano klasik itu harus disiplin.

Adikku guru Piano di YMI Bogor, dia itu disiplin banget ama muridnya,
dan menurut dia, guru itu bisa membaca bakat anak, jadi kalo dia liat
muridnya berbakat tapi males...wuih bisa agak ketat dia nerapin
disiplinnya tapi kalo keliatan emang muridnya udah mentok
bakatnya...ya ngga seketat yang pertama.
-R-

0 komentar: