WASPADAI jika anak yang biasa rajin ke sekolah, tiba-tiba enggan berangkat. Menyelidiki apa yang terjadi, merupakan langkah terbaik yang harus dilakukan orangtua.
Mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah adalah awal paling penting bagi anak-anak. Seperti aktivitas rutin yang dimulai dari bangun tidur, sarapan pagi, mempersiapkan buku, hingga berangkat sekolah.
Kegiatan rutin di pagi hari tersebut tidak akan menjadi beban bagi orangtua jika si anak menjalaninya dengan senang hati dan gembira. Sebaliknya, orangtua akan bingung jika tiba-tiba anak enggan bangun pagi, menolak sarapan, ataupun malas mengenakan seragam untuk sekolah.
Jika biasanya anak bersemangat bercerita tentang aktivitas di sekolah, tapi belakangan tiba-tiba sering melamun dan bermalas-malasan, seperti malas mengerjakan PR, belajar sampai-sampai malas berangkat ke sekolah, orangtua sebaiknya jangan langsung memarahi atau menghukum anak. Orangtua harus jeli dan bijak mencari penyebab anak berperilaku demikian. Sebab, jika tidak jeli, bisa saja anak akan semakin membenci sekolah dan bahkan trauma.
Seperti penelitian yang dilakukan seorang dokter anak dari Pediatric Medical Associates di Pennsylvania, Jeremy Lichtman MD yang mengungkap banyak hal penyebab anak tiba-tiba malas sekolah. Seperti alasan terlalu banyak tugas seperti pekerjaan rumah (PR) yang harus dikerjakan di rumah, lingkungan sekolah yang tidak nyaman, bahkan anak tidak percaya diri ketika berada di sekolah.
"PR memang tugas sekolah yang harus dikerjakan di rumah. Tetapi jika terlalu banyak, bisa-bisa membuat si kecil terbebani," kata Jeremy Lichtman.
Menurut Jeremy, orangtua harus aktif mengetahui tugas-tugas apa saja yang diberikan guru pada anak. Periksalah tenggang waktu penyerahan tugas yang ditentukan guru. Bantulah anak dalam mengerjakan PR, namun bukan berarti orangtua yang mengerjakannya.
"Biarkan si kecil yang mengerjakan sendiri PR-nya, tugas orangtua hanyalah membimbing dan mengoreksi apakah yang dikerjakannya sudah benar," tambah Jeremy.
Faktor lain yang perlu diwaspadai ketika anak malas berangkat ke sekolah adalah lingkungan sekolah yang tidak nyaman.
Dalam penelitian Jeremy, faktor itu biasanya disebabkan karena anak sering dijahili teman-temannya, bahkan bisa jadi dimintai uang.
"Kejadian seperti ini merupakan sesuatu yang sering didengar dan harus betul-betul diwaspadai orangtua agar anak tidak menjadi penakut atau bahkan trauma karenanya," ujar Jeremy.
Saat menghadapi hal seperti itu, Jeremy menyarankan agar orangtua segera mengambil tindakan. Tindakan itu bisa dengan menghubungi kepala sekolah dan ceritakan keluhan yang dihadapi si kecil saat sekolah. Mintalah kepala sekolah untuk menyelesaikannya dengan baik.
"Jika ternyata hal itu tidak juga bisa diatasi, jangan segan memindahkan anak ke sekolah yang bisa menjamin keamanan si kecil. Yang penting anak tidak menjadi korban," katanya lagi.
Penyebab lainnya, anak memiliki rasa rendah diri dan sulit bergaul dengan teman seusia. Hal itu membuat anak benar-benar tidak tertarik berangkat ke sekolah, karena di benaknya, sudah tertanam bahwa di sekolah dirinya tidak akan memiliki teman.
"Katakan pada anak bahwa dia sudah lebih beruntung dibandingkan dengan temantemannya yang cacat ataupun kurang mampu," tuturnya.
Penasihat dari Department of Counseling and Counseling Psychology, Auburn University Leah Davies, M Ed mengatakan, fobia sekolah atau dikenal juga Didaskaleinophobia adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau hilang ketika berangkat sekolah sudah lewat atau pada hari libur.
"Anak yang mengalami fobia sekolah biasanya merasakan tidak aman, sensitif, dan sering kali tidak tahu bagaimana harus menghadapi emosi yang mereka rasakan," ujar Leah menulis di berbagai jurnal pendidikan di Amerika Serikat.
Dia menuturkan, fobia sekolah dapat dialami oleh setiap anak hingga usia 14-15 tahun, saat mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru. Atau, ketika menghadapi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
(sindo//tty)
Mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah adalah awal paling penting bagi anak-anak. Seperti aktivitas rutin yang dimulai dari bangun tidur, sarapan pagi, mempersiapkan buku, hingga berangkat sekolah.
Kegiatan rutin di pagi hari tersebut tidak akan menjadi beban bagi orangtua jika si anak menjalaninya dengan senang hati dan gembira. Sebaliknya, orangtua akan bingung jika tiba-tiba anak enggan bangun pagi, menolak sarapan, ataupun malas mengenakan seragam untuk sekolah.
Jika biasanya anak bersemangat bercerita tentang aktivitas di sekolah, tapi belakangan tiba-tiba sering melamun dan bermalas-malasan, seperti malas mengerjakan PR, belajar sampai-sampai malas berangkat ke sekolah, orangtua sebaiknya jangan langsung memarahi atau menghukum anak. Orangtua harus jeli dan bijak mencari penyebab anak berperilaku demikian. Sebab, jika tidak jeli, bisa saja anak akan semakin membenci sekolah dan bahkan trauma.
Seperti penelitian yang dilakukan seorang dokter anak dari Pediatric Medical Associates di Pennsylvania, Jeremy Lichtman MD yang mengungkap banyak hal penyebab anak tiba-tiba malas sekolah. Seperti alasan terlalu banyak tugas seperti pekerjaan rumah (PR) yang harus dikerjakan di rumah, lingkungan sekolah yang tidak nyaman, bahkan anak tidak percaya diri ketika berada di sekolah.
"PR memang tugas sekolah yang harus dikerjakan di rumah. Tetapi jika terlalu banyak, bisa-bisa membuat si kecil terbebani," kata Jeremy Lichtman.
Menurut Jeremy, orangtua harus aktif mengetahui tugas-tugas apa saja yang diberikan guru pada anak. Periksalah tenggang waktu penyerahan tugas yang ditentukan guru. Bantulah anak dalam mengerjakan PR, namun bukan berarti orangtua yang mengerjakannya.
"Biarkan si kecil yang mengerjakan sendiri PR-nya, tugas orangtua hanyalah membimbing dan mengoreksi apakah yang dikerjakannya sudah benar," tambah Jeremy.
Faktor lain yang perlu diwaspadai ketika anak malas berangkat ke sekolah adalah lingkungan sekolah yang tidak nyaman.
Dalam penelitian Jeremy, faktor itu biasanya disebabkan karena anak sering dijahili teman-temannya, bahkan bisa jadi dimintai uang.
"Kejadian seperti ini merupakan sesuatu yang sering didengar dan harus betul-betul diwaspadai orangtua agar anak tidak menjadi penakut atau bahkan trauma karenanya," ujar Jeremy.
Saat menghadapi hal seperti itu, Jeremy menyarankan agar orangtua segera mengambil tindakan. Tindakan itu bisa dengan menghubungi kepala sekolah dan ceritakan keluhan yang dihadapi si kecil saat sekolah. Mintalah kepala sekolah untuk menyelesaikannya dengan baik.
"Jika ternyata hal itu tidak juga bisa diatasi, jangan segan memindahkan anak ke sekolah yang bisa menjamin keamanan si kecil. Yang penting anak tidak menjadi korban," katanya lagi.
Penyebab lainnya, anak memiliki rasa rendah diri dan sulit bergaul dengan teman seusia. Hal itu membuat anak benar-benar tidak tertarik berangkat ke sekolah, karena di benaknya, sudah tertanam bahwa di sekolah dirinya tidak akan memiliki teman.
"Katakan pada anak bahwa dia sudah lebih beruntung dibandingkan dengan temantemannya yang cacat ataupun kurang mampu," tuturnya.
Penasihat dari Department of Counseling and Counseling Psychology, Auburn University Leah Davies, M Ed mengatakan, fobia sekolah atau dikenal juga Didaskaleinophobia adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau hilang ketika berangkat sekolah sudah lewat atau pada hari libur.
"Anak yang mengalami fobia sekolah biasanya merasakan tidak aman, sensitif, dan sering kali tidak tahu bagaimana harus menghadapi emosi yang mereka rasakan," ujar Leah menulis di berbagai jurnal pendidikan di Amerika Serikat.
Dia menuturkan, fobia sekolah dapat dialami oleh setiap anak hingga usia 14-15 tahun, saat mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru. Atau, ketika menghadapi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
0 komentar:
Posting Komentar