Pendidikan Seks Anak, Ungkapkan dengan Cara Sederhana

MEMBAHAS masalah seks pada anak memang tidak mudah. Alasan tabu harus disingkirkan jauh-jauh. Namun, mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar mereka tidak salah mendapatkan informasi.

Pendidikan seks tidak hanya terbatas pada pemahaman organ seksual beserta fungsinya. Pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi seksual dan peran yang harus dijalankan.

Dengan mengajarkan pendidikan seks sedini mungkin, menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual. Karena dengan sendirinya, anak akan tahu mengenai seksualitas dan akibat- akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta kesiapan mental dan material seseorang.

Ada penekanan makna yang lebih luas sebagai individu perempuan maupun laki-laki, yakni seorang perempuan bisa menghargai keperempuanannya. Sementara, seorang pria dapat menghargai kelaki-lakiannya sehingga masing-masing menghargai lawan jenisnya.

Pendidikan seks sudah bisa dimulai saat anak masih bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Limpahan kasih sayang akan membuat bayi merasa nyaman. Tak hanya secara emosional, juga fisik, yaitu rasa nyaman dengan tubuhnya. Rasa nyaman pada tubuh ini sudah menjadi bagian dan pendidikan seksualitas.

Sedini mungkin, anak sudah mulai dikenalkan mengenai perbedaan jenis kelamin berikut anggota-anggota tubuh. "Supaya kelak anak tidak shock dan mengalami gagap sosial. Dalam artian, tidak mengerti keadaan dirinya dan orang lain," kata psikolog dari RS St Elisabeth, Semarang, Probowatie Tjondronegoro.

Berbarengan dengan hal tersebut, anak juga diajari dengan kesopanan dan norma- norma yang ada. Sebagai contoh, orangtua meminta anak menggunakan handuk saat keluar dari kamar mandi, lalu mengenakan pakaian di dalam kamar. Bisa juga langsung memakai baju di kamar mandi. Dengan memulai dari hal-hal sederhana, kelak saat beranjak dewasa, anak memahami bahwa ada hal-hal yang bersifat pribadi yang seharusnya tidak dipertontonkan di depan orang lain.

Contoh lain, orangtua dapat pula mengajari anakanak membersihkan alat kelaminnya sendiri. Mengajari anak untuk membersihkan alat genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB) agar anak dapat mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat mengajari anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya. Masih ada contoh lagi, Probo menyebutkan, saat anak hendak pipis dan memelorotkan celananya sebelum masuk kamar mandi, orangtua bisa mencegahnya. Ajarkan anak untuk membuka celana di dalam kamar mandi kalau mau pipis.

Melalui pembelajaran pendidikan seks sedini mungkin diharapkan ada konsep diri positif. Dengan begitu anak berupaya menjaga dan menghargai diri dan lawan jenisnya. Pendidikan seks juga harus mengenalkan perbedaan lawan jenis. Anak perempuan perlu tahu apa yang terjadi pada anak laki-laki, seperti perubahan fisik, emosional, dan lain-lain. Begitu juga anak laki-laki mengetahui hal-hal yang terjadi pada anak perempuan, seperti soal menstruasi.

Cara menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak boleh terlalu vulgar karena justru akan berdampak negatif pada anak. Nama alat kelamin anak hendaknya disebutkan sesuai nama ilmiahnya. "Sebutkan saja bahasa latinnya vagina untuk alat kelamin perempuan dan penis untuk kelamin laki-laki. Jika anak-anak sudah mulai dikenalkan sejak kecil saat beranjak remaja, nama-nama itu tidak menjadi bahan tertawaan karena tidak tahu," saran wanita ayu ini.
(sindo//tty)

0 komentar: