"Tuhan makasih, aku punya ayah dan ibu yang baik, yang mau beliin aku mainan."
Tuhan Maha Mendengar setiap hamba-Nya, tak peduli usia dan status sosialnya. Termasuk doa yang dipanjatkan seorang anak. Di usia prasekolah, anak-anak sudah dapat mengucapkan doa pendek, "Yaitu doa yang berhubungan dengan keseharian anak," kata Rahmi Dahnan, Psi. Bisa doa karena sedang merasa senang, doa bersyukur sebelum makan dan minum, doa keselamatan sebelum tidur dan berangkat sekolah, atau doa buat kebahagiaan orangtua.
NILAI EMPATI
Bila anak menanyakan tujuan berdoa, berikan penjelasan sederhana. Katakan, berdoa sebelum makan tiada lain sebagai wujud harapan dan rasa syukur kepada Tuhan atas makanan yang diberikan, "Kita berdoa sebelum makan supaya apa yang kita makan membuat tubuh sehat. Kalau enggak makan, kamu lemas dan enggak semangat bermain, bukan?" Bagaimana dengan berdoa sebelum berangkat sekolah? "Supaya Tuhan menjaga kita selama di perjalanan dan kita selalu diberi kehati-hatian." Memang, anak belum sepenuhnya memahami Tuhan, tapi lambat laun seiring dengan perkembangan kognitifnya, anak bisa memahaminya.
Tentu saja, anak bisa diajarkan berdoa untuk kesejahteraan orang lain. Dalam doa tersebut terkandung nilai-nilai empati. Saat kakek atau neneknya sakit, ajak anak menjenguk mereka dan berdoa untuk kesembuhan mereka. Dengan demikian, anak terbiasa peduli dengan apa yang dirasakan orang lain. Ini menjadi modal bagi kepekaan sosialnya. Ia bisa mendoakan temannya, bahkan anak-anak sebaya di jalanan yang nasibnya tak seberuntung dia.
Memang, beberapa agama sudah menetapkan doa tertentu untuk aktivitas tertentu. Pandulah dan bimbinglah sedikit demi sedikit. Pengulangan membuat informasi yang diterima tersimpan lama. Umumnya daya tangkap anak usia ini cukup baik, sehingga doa bisa dihafalnya dengan cepat, bak air yang diserap oleh spons. Pengenalan doa ini sangat baik untuk menumbuhkan rutinitas, "Inilah yang penting. Anak terbiasa berdoa sebelum melakukan sesuatu. Kebiasaan itu akan terus tumbuh hingga anak dewasa kelak."
Meskipun begitu, orangtua tetap harus menghargai doa-doa yang dibuat anak dengan kata-kata sendiri, sekalipun doa itu pendek dan sederhana. Seiring pertambahan usianya, dengan seringnya melihat orangtua berdoa, beberapa anak 5-6 tahun dapat merangkai doa sendiri. "Umumnya, anak usia sekolah dasar awal bisa merangkai doanya sendiri dengan lebih panjang dan bervariasi," ungkap psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati ini. Dengan menghargai doa yang dibuat anak, orangtua turut meningkatkan kepercayaan dirinya, sekaligus memberikan suntikan motivasi kepada anak untuk lebih giat berdoa.
Sarat MANFAAT
Menurut Rahmi, banyak manfaat yang didapat dengan mengajarkan doa kepada anak, di antaranya:
1. Mengasah Kecerdasan Spiritual
Kemampuan anak mengenal Tuhan dan hal abstrak lain masih terbatas, tapi bukan berarti kita tak dapat mengenalkan keagungan Tuhan kepada anak. Malah, jika sejak dini dikenalkan dengan kekuasaan Tuhan, setidaknya kita sudah menanamkan bibit spiritualitas pada anak. Selain untuk menyatakan rasa syukur, berdoa juga merupakan wujud ekspresi seorang manusia yang memiliki keterbatasan dan kelemahan. Dengan berdoa kita bersiap menerima kenyataan bahwa ada hal-hal di luar kekusaan kita dan bahwa di atas manusia ada yang Maha Kuat, Maha Besar, dan Maha Perkasa. Tuhanlah yang berkehendak terhadap segala sesuatu. Memang, makanan yang terhidang adalah hasil kerja keras kita, uang yang didapat dari bekerja selama berjam-jam. Tapi jika Tuhan berkehendak, kerja keras kita boleh jadi tak menghasilkan apa-apa. Dengan membiasakan berdoa sebelum makan, anak-anak belajar mensyukuri nikmat-Nya.
2. Menambah Kepercayaan Diri
Apa yang membuat anak lebih percaya diri selain bisa menyanyi dan menari? Berdoa juga bisa, karena anak bangga jika memiliki keterampilan baru. Terlebih, jika lingkungan merespons positif apa yang dikuasainya. Saat orang lain berdecak kagum karena anak berdoa sebelum makan, anak akan bangga dan kepercayaan dirinya semakin bertambah. Ini merupakan modal bagi keterampilan-keterampilan lainnya yang bisa dipelajari anak.
3. Penting buat Tuhan
Dengan menanamkan kebiasaan berdoa, orangtua mengajarkan, anak tidak hanya penting bagi orangtua saja, tapi juga buat Tuhan. Kelak, anak akan merasa bernilai di sisi-Nya. Ia tahu Tuhan akan menjaganya. Nantinya saat beranjak dewasa, bukan tak mungkin anak akan menemukan kedamaian dengan berdoa, utamanya saat dilanda berbagai persoalan dan problema hidup.
4. Belajar Etika
Dengan berdoa, orangtua secara tak langsung mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Saat meminta sesuatu kita harus tunduk, sungguh-sungguh, dan mengupayakannya dengan kejujuran serta kerja keras. Ini merupakan modal dasar saat anak harus mempelajari berbagai etika lainnya.
5. Menghargai Sesuatu
Dengan berdoa sebelum makan, anak diajarkan bagaimana menghargai makanan. Makanan merupakan pemberian Tuhan yang harus disyukuri, tak boleh dibuang dan disia-siakan. Begitu pula kesehatan dan nikmat lainnya.
BAGAIMANA KALAU MENOLAK?
Jangan paksa anak berdoa jika dia menolaknya, biarkan saja dan lanjutkan rutinitas berdoa Anda. Biasanya, anak merupakan peniru ulung dari orang-orang terdekatnya. Dengan banyak melihat orangtua berdoa, akan tertanam pada diri anak untuk berdoa. Anak merasa berdoa merupakan kebutuhan, bukan kewajiban yang kerap menjadi beban. Sikap memarahi justru akan membuat anak malas berdoa. Jadikan berdoa sebagai aktivitas menyenangkan, tapi juga tak melupakan kesungguhan dalam berdoa. Artinya, anak diajarkan bagaimana etika saat berdoa. Misal, si kecil tak boleh tertawa atau berlari-larian. Minta dia bersikap tenang dan khidmat. Sikap itu cermin kesungguhan anak dalam berdoa.(tabloid-nakita)
0 komentar:
Posting Komentar