Kesabaran dan ketegasan merupakan kunci dari penerapan etiket makan yang bisa dilakukan setelah anak berusia 4 tahun.
Banyak orang tua menyangsikan anaknya dapat duduk manis di depan meja makan sambil menyantap hidangan. "Jangankan makan di meja, disuapi saja ia masih sulit makan. Jadi bagaimana mau mengajarkan etiket?" Akibat pesimisme semacam ini, bukannya anak yang mengikuti tata cara makan orang tua, tetapi malah orang tua yang justru menuruti kemauan anak. Makan sambil bermain boleh, sambil berlari-larian pun tak masalah, asalkan makanan yang disuapi bisa habis.
Tentu saja, jika dibiarkan bukan tidak mungkin makan sambil melakukan aktivitas lain nantinya akan memunculkan masalah. Atas dasar itulah Roslina Verauli, M.Psi., mencoba meyakinkan kita bahwa sebetulnya anak dapat diajari makan dengan mengikuti etiket. Definisi etiket sendiri adalah tata cara, seperti adat dan sopan santun dalam masyarakat beradab yang bertujuan memelihara hubungan baik di antara sesama manusia. Nah, etiket makan berarti tata cara makan yang baik di meja makan atau di tempat lain secara santun tanpa diselingi dengan tindakan-tindakan yang kurang pantas.
Satu hal yang perlu disadari, etiket makan antara satu daerah dengan daerah lain, satu suku dengan suku lain, atau satu keluarga dengan keluarga lain belum tentu sama. Keluarga A bisa saja menganggap makan sambil berdiri boleh dilakukan tapi bagi keluarga B hal itu melanggar etiket. Di suatu negara ada yang menganggap sendawa sebagai suatu penghargaan tamu bagi tuan rumah, tetapi belum tentu negara lain menganggapnya lumrah.
Lalu mengapa mengajarkan etiket dilakukan sejak usia anak menginjak 4 tahun? "Karena di usia ini anak sudah lebih paham menerima instruksi," ujar Vera, sapaan akrabnya. "Adek, makan, kok, sambil jalan-jalan? Duduk yang manis di sini dong!" kata-kata ini akan mudah dicerna oleh anak 4 tahunan karena perkembangan kognitifnya sudah lebih maju ketimbang anak-anak yang lebih muda darinya.
MENANGGUNG KONSEKUENSI
Soal seberapa penting mengajarkan etiket makan kepada anak, tentunya kembali pada masing-masing keluarga. Nah, bila orang tua memilih tidak mengajarkan etiket makan, berarti harus siap dengan konsekuensi-konsekuensi tersebut.
Akibat dari kebiasaan-kebiasaan buruk kala makan memang tidak banyak berpengaruh pada kondisi psikologis anak. Yang jelas, jika etiket makan tidak diajarkan maka dapat memunculkan perilaku-perilaku yang kurang menyenangkan di meja makan, seperti bersendawa keras, mengangkat kaki, atau berbicara kala mulut penuh makanan. Bila perilaku itu terbawa-bawa menjadi kebiasaan, dikhawatirkan citra anak kita di mata orang lain menjadi negatif. "Bagaimana tidak negatif, kalau saat makan anak selalu bersendawa keras, orang lain, kan, bisa jijik mendengarnya," ujar psikolog di Empati Development Centre, Jakarta ini.
Pandangan negatif orang lain inilah yang nantinya bisa berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak. Begitu ia merasa dicemooh atau dijauhi teman-temannya, anak jadi gampang rendah diri yang pada akhirnya merembet pada perkembangan sosial-emosional lainnya.
AJARKAN BERTAHAP
Saran Vera, alangkah baiknya bila anak diajarkan mengenai etiket makan. Memang tak mudah karena perlu usaha ekstra orang tua untuk melakukannya. Namun, bila didukung dengan contoh dan suasana yang menyenangkan, tak mustahil pembelajaran ini bisa dilakukan
Prinsip pengajaran etiket makan haruslah dimulai dengan hal-hal yang mudah dicerna anak dan menghindari hal-hal yang sulit dipahaminya. Saat anak makan sambil berlari-larian, umpamanya, ajak ia duduk dengan cara halus dengan bahasa yang sederhana. "Kok, makan sambil lari-lari? Nanti muntah, lo. Duduk sini!" Begitu juga saat anak menyembur-nyemburkan makanan, bersendawa atau saat ia memainkan makanan dengan sendoknya.
Pengajaran etiket makan perlu dilakukan dalam beberapa tahapan untuk memudahkan anak menangkap instruksi. Jangan lupa, sertakan contoh langsung agar ia bisa mengikutinya dengan baik. Tahapan pengajaran yang bisa dilakukan, misalnya:
* Duduk di Meja Makan
Mintalah dengan halus agar anak mau duduk di kursi meja makan. Terangkan kepadanya bahwa makan yang baik adalah jika dilakukan dengan duduk tenang. Berikan contoh apa yang dimaksud dengan duduk tenang tersebut.
* Berdoa
Biasakan berdoa sebelum makan. Dengan berdoa diharapkan anak mengetahui bahwa apa yang dimakannya bukan datang tiba-tiba melainkan usaha dari orang tuanya. Tekankan bahwa makanan tersebut merupakan rezeki yang diberikan Tuhan kepadanya.
* Pasang Serbet Makan
Demi kebersihan, pasangkan serbet makan di dada atau pangkuan anak. Apalagi cara makan anak masih "berantakan" sehingga makanan sering berceceran di baju, lantai, bahkan wajahnya. Dengan serbet makan diharapkan bisa meminimalisir "kekacauan" tersebut.
* Memegang Sendok dan Garpu
Ajarkan tangan kiri untuk memegang garpu dan sendok di tangan kanan. Tekankan kalau fungsi garpu adalah untuk membantu sendok dalam mengambil makanan. Sendok dan garpu tidak boleh beradu dengan piring sehingga menimbulkan bunyi nyaring.
* Tidak Ribut
Tanamkan untuk tidak terlalu banyak berbicara atau membuat kegaduhan saat makan karena akan mengganggu ketenangan acara bersantap. Apalagi kala mulut penuh makanan, jika isi mulut terlihat akan muncul pemandangan tak sedap dan orang lain akan menganggapnya tidak sopan.
* Duduk Tegak
Posisi duduk yang baik kala makan adalah badan tegak. Saat menyuap makanan, sendok yang mendekati mulut, bukan mulut yang mendekati sendok.
* Kunyah Perlahan
Kunyah makanan perlahan-lahan alias tidak tergesa-gesa. Hindari juga mengunyah dengan suara keras karena selain kedengarannya tidak enak, juga dianggap tidak sopan.
* Jangan Menyeruput dan Mengorek Gigi
Menyeruput kuah dari piring tidak diizinkan. Juga mengorek-ngorek gigi di depan orang lain selagi makan.Jika mendadak batuk atau bersin, mulut harus cepat-cepat ditutup dengan saputangan, agar makanan di mulut tidak menyembur ke mana-mana.
* Makan Harus Selesai
Tidak boleh meninggalkan meja makan sebelum selesai makan kecuali dalam keadaan mendesak, seperti ingin buang air kecil. Bila harus meninggalkan meja makan padahal belum selesai makan, posisi sendok-garpu tidak boleh "ditutup" karena posisi seperti itu menunjukkan makan sudah selesai.Di resto-resto posisi sendok garpu seperti itu merupakan kode bahwa piring sudah bisa diangkat. Nah, rugi kan kalau makanan yang ada sebenarnya belum selesai dimakan.
* Berikan Pujian
Pujian yang diberikan bisa membuat anak bangga. Jika ia membuat kesalahan jadikan kesalahan sebagai pengalaman agar tidak diulangi lagi pada kegiatan makan berikutnya.
* Makanan Berselera
Syarat penting agar si kecil mau makan dan duduk "manis" di meja makan adalah menciptakan suasana gembira. Umpamanya, hidangan haruslah yang membangkitkan selera dan lezat disantap. Bila anak suka dengan makanan tersebut maka tidak sulit mengajaknya ke meja makan.
TEMPERAMEN IKUT BERPENGARUH
Yang perlu diketahui, temperamen anak akan mempengaruhi proses pengajaran etiket di meja makan. Ada anak yang mudah menerima instruksi, ada pula yang sulit. Jadi meski sudah diajarkan berulang-ulang, ia tetap saja memakai cara makannya sendiri, seperti sambil bermain atau berlari-larian.
Namun, Vera mengingatkan orang tua agar tak menjadi frustrasi yang akhirnya malah membiarkan anak makan tanpa menghargai apa yang dimakannya. Tetaplah berusaha dengan memberi contohcontoh yang baik. Umpamanya, setiap kali makan tunjukkan etiket yang berlaku dengan duduk di meja makan, menyuap nasi secara perlahan dengan tangan kanan, berbicara setelah makanan tertelan, dan lainnya. "Bila kebiasaan yang kita tunjukkan ke anak baik, tak mustahil ia akan mengikuti apa yang kita lakukan. Lebih baik lagi bila ditambah dengan memberikan penjelasan kenapa kita perlu melakukan hal seperti itu."
(tabloid-nakita)
0 komentar:
Posting Komentar